Kombinasikan Protein Nabati dan Hewani agar Asupan Gizi Seimbang

Yuk, Kombinasikan Protein Nabati dan Hewani agar Asupan Gizi Seimbang

Variasi makanan adalah unsur penting dalam menerapkan pola makan gizi seimbang. Makanan pokok tidak hanya nasi, melainkan beragam makanan lain yang kaya akan karbohidrat seperti jagung, ubi, dan singkong. Demikian pula lauk pauk. Tak hanya berasal dari hewani, melainkan juga protein nabati dari tumbuhan.

“Berdasarkan Pedoman Gizi Seimbang, lauk pauk itu dari mencakup protein nabati dan hewani. Disarankan mengonsumsinya dengan perbandingan 1:1,” terang dr. Juwalita Surapsari, M.Gizi, Sp.GK. Anak usia 1-3 tahun misalnya, membutuhkan 2 porsi protein dalam sehari. “Dua porsi ini bisa kita bagi dua, satu porsi dari hewani, dan satu porsi lagi protein nabati,” imbuhnya, dalam diskusi bertajuk Biasakan Anak Terapkan Gizi Seimbang selama di Rumah Saja bersama Danone, Rabu (30/9/20).

Makanan dengan gizi seimbang berarti mencakup makronutrisi (karbohidrat, protein, lemak) dan mikronutrisi (vitamin dan mineral). Untuk porsinya, bisa berpatokan pada Isi Piringku. Sumber protein porsinya sekitar 12-15%, atau 1/3 dari ½ bagian piring. Protein penting untuk pertumbuhan anak, jangan sampai asupannya kurang.

Kombinasi protein nabati dan hewani bisa mulai diberikan sejak anak mulai MPASI (usia +6 bulan). Mengapa perlu dikombinasi? “Memang protein hewani mengandung asam amino esensial lengkap, tapi ada beberapa vitamin dan mineral yang tidak ada dalam pangan hewani, sehingga harus dilengkapi dengan sumber nabati,” terang dr. Juwalita. Kecuali pada anak dengan kondisi khusus misalnya kekurangan zat besi atau perlu mengejar kekurangan berat badan, barulah dititikberatkan pada protein hewani.

Manfaat protein nabati tidak bisa disepelekan. “Yang paling khas adalah folat, yang penting untuk pembentukan sel darah merah. Kandungan penting lainnya misalnya vitamin B1 dan B6, kalium untuk kontraksi otot, serta magnesium dan zinc,” tutur dr. Juwalita. Selain itu, protein hewani juga mengandung serat, yang penting untuk kesehatan.

Trik mengombinasikan protein nabati dan hewani

Protein hewani bisa didapat dari polong-polongan (legume). Ya, di antaranya termasuk kedelai dan olahannya, kacang merah, kacang hijau, dan lain-lain. Protein nabati dan hewani bisa digabung dalam sekali makan, misalnya dengan membuat rolade tahu campur daging, atau nugget tempe campur ayam. Cara lain, misalnya lauk hewani ditambah sup kacang merah.

Kecukupan protein dalam sehari tidak harus dipenuhi dalam sekali makan. Bisa dibagi dalam 3x makan utama dan 2x snack. Semisal anak belum mendapat cukup protein nabati dari makanan utama, selipkanlah di waktu snack. Misalnya dengan es kacang hijau, puding kedelai, atau susu. “Nutrisi untuk anak berbasis soya yang terfortifikasi juga bisa jadi pilihan. Terfortifikasi, artinya sudah diperkaya vitamin dan mineral sesuai usia anak,” ujar dr. Juwalita.

Kecukupan nutrisi dan variasi makanan

Membuat variasi makanan dengan mengombinasikan protein nabati dan hewani juga penting agar anak tidak bosan dengan menu makanan sehari-hari. “Saya cukup sering menemukan, anak jadi malas makan sejak pandemi yang mengharuskan kita di rumah saja. Padahal sebelumnya tidak ada masalah,” ungkap psikolog anak Putu Andani, M.Psi dari Tiga Generasi.

Menurutnya, stres berkepanjangan yang tidak diolah dengan baik bisa memengaruhi perilaku makan anak. Terlebih, sejak pandemi otomatis tidak ada lagi kegiatan makan di luar. Untuk itu, orang tua harus pintar menyiasati menu harian. “Anak juga bisa dilibatkan dalam menyiapkan menu gizi seimbang,” ucap Putu. Ini bisa menjadi kegiatan yang menyenangkan dan edukatif untuk membantu anak mengatasi rasa bosan, sekaligus membuatnya lebih tertarik dengan makanan rumah.

Pastikan asupan nutrisi anak selalu terpenuhi setiap hari. Hal ini disadari betul oleh aktris Soraya Larsati, “Nutrisi itu kunci agar imunitas terjaga, apalagi di masa pandemi.” Laras, begitu ia biasa disapa, sudah biasa menyajikan sumber protein nabati dan hewani untuk kedua buah hatinya.

Ia selalu berupaya menyajikan makanan secara kreatif, serta mengenalkan kedua jagoannya dengan bahan pangan yang belum pernah mereka coba. “Misalnya makanan nabati, yang sangat bervariasi dari polong-polongan. Biasanya saya lengkapi juga dengan nutrisi untuk anak berbasis soya yang terfortifikasi,” imbuhnya. Ini adalah salah satu upaya untuk membentuk gaya hidup sehat sejak dini. (nid)

___________________________________________

Ilustrasi: Food photo created by jcomp - www.freepik.com