stroke usia muda angkanya semakin meningkat

Stroke di Usia Muda Angkanya Semakin Meningkat

Stroke di usia muda bisa menyerang siapa saja meskipun bergaya hidup sehat. Berat ringannya akibat stroke, tergantung bagian otak mana yang diserang.

Stroke dialamai oleh Dani, banyak yang tak percaya ketika mengetahuinya. Dia masih muda, 36 tahun, dan biasa menjalani gaya hidup sehat. Ia tidak merokok dan jauh dari alkohol/ miras. Makanan sehari-harinya cukup seimbang. Olahraga setidaknya satu kali dalam seminggu dan pekerjaannya di bidang marketing membuatnya cukup aktif bergerak. Satu-satunya “kekurangan” Dani, karena ibundanya dulu meninggal karena stroke.

Penyakit atau keadaan yang menyebabkan atau memperparah penyakit tertentu, disebut sebagai faktor resiko. Penyakit tertentu itu antara lain: hipertensi, penyakit jantung, diabetes mellitus, hiperlipidemia. Ada pun keadaan yang dapat menyebabkan stroke adalah keturunan, usia lanjut, obesitas, gaya hidup tidak sehat, jenis kelamin, dan kurang olahraga.

Usia merupakan faktor risiko; semakin tua usia, risiko terkena stroke semakin tinggi. Namun, mereka yang masih berusia produktif pun kini perlu waspada. Penelitian yang dilansir University of Cincinnati Neuroscience Institute menunjukkan, pada tahun 1993-1994, usia rata-rata pasien yang terkena stroke adalah 71 tahun. Tahun 2005, usia rata-ratanya menurun menjadi 68 tahun. Dan persentase pasien stroke usia 20-45 tahun meningkat hingga 7,3 persen tahun 2005 (tahun 1993-1994 persentasenya hanya 4,5 persen). Senada dengan itu, riset Hart and Miller menemukan, setidaknya 3% kasus stroke akibat penyumbatan pembuluh darah di otak diderita mereka di bawah usia 30 tahun.

Tersumbat atau Pecah

Berdasarkan penyebab terjadinya, stroke dibedakan menjadi stroke iskemik dan stroke hemoragik. Stroke iskemik diakibatkan terjadinya penurunan aliran darah ke otak, karena adanya gumpalan atau bekuan darah atau material lain, yang membentuk sumbatan dalam pembuluh darah otak atau leher. Stroke karena penyumbatan pembuluh darah, umumnya ‘disumbang’ oleh penyakit degeneratif seperti diabetes, kolesterol, hipertensi, dan jantung koroner, yang baru berisiko menimbulkan stroke pada usia tua. Penelitian yang dilakukan Tsong Hai Lee, menemukan empat penyebab utama stroke iskemik, yaitu: kelebihan kolesterol (53,1%), merokok (49,8%), hipertensi (45,8%), dan riwayat stroke dalam keluarga (29,3%).

Adapun stroke hemoragik disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak, sehingga terjadi perdarahan ke dalam jaringan otak atau ruang sekitar otak. Stroke jenis ini umumnya dialami oleh mereka yang masih muda usia, karena ada kelainan pembuluh darah yang sudah dimiliki sejak lahir. Seperti, arteri vena malformasi (pembuluh ruwet menyerupai kumpulan cacing) dan anurisma (pembuluh darah menggelembung dan dinding pembuluh menipis). Kebanyakan stroke hemoragik mengakibatkan kematian.

Tergantung Bagian Otak yang Diserang

Serangan stroke terjadi secara mendadak dan menimbulkan gangguan fungsi otak, sebagian atau menyeluruh. Akibat serangan mendadak ini, sel-sel otak kekurangan darah, oksigen serta zat-zat makanan dan akhirnya dalam waktu yang sangat singkat sel-sel tersebut mati, sehingga berakibat fatal pada penderita. Akibat serangan stroke dapat bervariasi pada setiap individu, tergantung lokasi pecahnya pembuluh darah.

Selain itu, stroke juga menyebabkan pembengkakan pada area yang terkena, sehingga sel saraf di sekitarnya untuk sementara berhenti bekerja. “Stroke tidak hanya  menimbulkan kecacatan yang dapat membebani pasien seumur hidup, tapi juga ancaman kematian bagi pasien,” terang Prof. dr. H. Jusuf Misbach, Sp. S (K).

Kerusakan  yang terjadi pada belahan kanan otak, menyebabkan lumpuh dan atau mati rasa pada sisi kiri tubuh; penurunan kemampuan analisis spasial dan persepsi. Akibatnya, salah menilai jarak, tidak dapat mengarahkan tangan untuk mengambil barang, menutup kancing baju atau mengikat tali sepatu; kehilangan memori jangka pendek, namun dapat mengingat peristiwa yang terjadi 30 tahun lalu. Bicara berlebihan dan tidak jelas; kesulitan menelan; kesulitan mengenali wajah dan suara; depresi.                                                                                                                                           

Kerusakan yang terjadi pada belahan kiri otak, akan menyebabkan lumpuh dan atau mati rasa di sisi kanan tubuh. Kesulitas berbicara dan bahasa; lamban; kesulitan mengingat, sulit mempelajari informasi baru; cenderung mengulang beberapa tindakan; kesulitan mengingat dan menghitung angka.

Kerusakan yang terjadi pada batang otak, akan mengakibatkan gangguan bahkan hilangnya kesadaran/koma; masalah pernafasan; perubahan denyut jantung dan tekanan darah spontan; mual dan muntah; penglihatan ganda karena satu mata tidak bisa bergerak bersamaan dengan yang lain; kesulitan koordinasi gerakan ketika mencoba untuk melakukan sesuatu.

Kerusakan yang terjadi pada otak kecil, akan menimbulkan gangguan vertigo (pusing dengan sensasi berputar di sekitarnya, menyebabkan mual dan muntah) yang terjadi tiba-tiba, terus-menerus dan parah;  gangguan gerak mata pada salah satu atau kedua mata, termasuk getaran bola mata, kelopak mata menutup (ptosis) dan pupil mengerut. Gangguan bicara yang disebabkan melemahnya otot-otot mulut, wajah dan sistem pernafasan; ucapan tidak jelas, lambat, monoton dan serak; kesulitan mengunyah atau menelan karena ketiadaan koordinasi atau melemahnya otot tenggorokan dan kerongkongan. Hilang keseimbangan dan koordinasi saat berjalan, sehingga berjalan limbung seperti orang mabuk.

Bila ada Riwayat Keturunan

Faktor resiko gaya hidup atau penyakit yang diderita, memang dapat dirubah. Tidak demikian  halnya dengan riwayat kesehatan dalam keluarga. Studi Sudha Seshadri pada 3.443 partisipan menemukan bahwa jika orangtua mengalami stroke ketika berusia 65 tahun, kemungkinan anaknya mengalami stroke pada usia tersebut meningkat empat kali lipat. Hasil studi ini juga menunjukkan, anak perempuan memiliki risiko paling tinggi terhadap stroke, dari para ibu yang terkena stroke. Sementara itu, stroke yang terjadi pada ayah lebih jarang diturunkan para anaknya. Studi lain menunjukkan, meski angka kejadian stroke pada wanita lebih rendah dari pria, namun angka kematiannya lebih tinggi; faktor hormonal adalah jawabannya. Hasil lainnya memperlihatkan, stroke iskemik paling banyak dialami oleh orangtua yang kemudian diturunkan kepada anaknya.(Puj)


Ilustrasi: Medical photo created by kjpargeter - www.freepik.com