singapura bersiap anggap covid-19 seperti virus flu biasa

Singapura Bersiap Perlakukan COVID-19 Seperti Flu Biasa, Indonesia Kapan?

Negara tentangga Singapura akan memperlakukan COVID-19 layaknya virus flu biasa, sementara negara-negara Eropa sudah mulai melakukan aktivitas normal seperti dulu. Kuncinya pada vaksinasi dan kepatuhan terhadap protokol kesehatan.

Singapura tengah mempersiapkan cetak biru (blueprint) untuk hidup dengan COVID-19. Mereka akan menganggap pandemi ini sebagai endemi, yang artinya virus corona akan dianggap seperti virus flu atau virus lain yang tidak bisa hilang.

Ini berarti warga Singapura harus dapat beraktivitas normal hidup dengan COVID-19 tanpa harus menjalani karantina dan lockdown. Ini adalah arti dari hidup normal baru (new normal) yang sebernarnya.

Otoritas penanganan COVID-19 Singapura menyatakan, virus SARS-CoV-2 ini akan ditangani seperti penyakit endemik lainnya seperti influenza (flu) dan cacar air.

Singapura mempersiapkan langkah jangka panjang menuju new normal tersebut. Di antaranya meningkatkan jumlah vaksinasi, memperkuat testing, menyiapkan perawatan dan pengobatan COVID-19 yang efektif, dan meningkatkan kesadaran serta tanggung jawab sosial.

Melansir situs Pharmaceutical Technology, Singapura telah memberikan 3.407.068 dosis vaksin kepada warganya. Jumlah tersebut termasuk 25,6% dari populasi di Singapura telah mendapatkan vaksinasi secara penuh.

Pertandingan olahraga pemicunya

Hidup normal dengan virus COVID-19 ada di sekitar kita ternyata bisa dilakukan. Ini tergambar dari negara-negara di Eropa. Syaratnya vaksinasi.

Mereka bahkan mendorong vaksinasi demi warganya bisa menonton pertandingan olahraga. Hungaria misalnya, Puskas Arena di Budapest adalah satu-satunya tempat turnamen Euro 2020 yang tidak membatasi kapasitas penonton.

Alhasil, pertandingan antara Hongaria dan Portugal menarik perhatian luas dari penggemar sepak bola. “Kami senang bahwa pertandingan ini penuh, dan kami adalah satu-satunya yang melakukannya di Eropa,” kata seorang fans sepak bola, melansir Global Times.

Hongaria merupakan negara berpenduduk 10 juta jiwa, telah menyuntikkan lebih dari 9 juta dosis vaksin, dengan rerata 964,7 dosis per 1000 dosis. Tercatat 49,6% yang mendapat vaksinasi lengkap dari total populasi.

Sementara di Inggris, The Athletic menulis para penggemar harus memiliki paspor vaksin (menandakan mereka sudah mendapat vaksin dosis kedua) untuk memasuki stadion Wembley, untuk menyaksikan klub favoritnya bertanding di Euro Cup 2020.

Stadion Wembley telah menjadi tuan rumah beberapa pertandingan dengan penonton terbatas 25% dari total kapasitas.

Untuk mendapatkan tiket masuk, setiap penonton harus menunjukkan bukti negatif COVID-19 yang harus diambil kurang dari 48 jam sebelum pertandingan, atau menunjukkan paspor vaksin yang diterima setidaknya 14 hari sebelum pertandingan.

“Semua pemegang tiket yang berusia 11 tahun ke atas harus menunjukkan bukti mereka berisiko rendah menularkan COVID-19 untuk memasuki Stadion Wembley. Jika tidak, berarti Anda tidak dapat menghadiri pertandingan,” tulis UEFA (badan pengatur pertandingan Eropa) dalam pernyataan resminya.

Inggris sejauh ini telah memberikan lebih dari 27 juta orang dua dosis vaksin, sementara lebih dari 40 juta orang yang baru mendapat satu dosis.

Bagaimana Indonesia?

Tampaknya Indonesia masih lama bisa seperti Singapura atau negara-negara Eropa.

Ketua Satgas COVID-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Prof. dr. Zubairi Djoerban, SpPD-KHOM, menekankan tidak perlu latah dan membandingkan negara kita dengan Singapura yang akan perlakukan COVID-19 seperti flu biasa.

“Pekerjaan rumah kita masih banyak: Varian Delta + tingkat vaksinasi masih rendah + testing rendah + rumah sakit penuh. Mari fokus penanganan di negara sendiri,” tulis Prof. Zubairi dalam akun Twitternya.  

Menurut situs resmi pemerintah (covid19.go.id), per 28 Juni 2021, dari target total vaksinasi 181 juta orang (untuk memperoleh herd immunity dengan 70-80% tervaksinasi) baru sekitar 13 juta orang yang mendapat vaksin dosis lengkap, ini sekitar 7,1%.  

Sementara itu berdasarkan data Satgas COVID-19 Nasional tingkat kepatuhan warga terhadap protokol kesehatan < 60%. Menurut Ketua bidang Data dan Teknologi Informasi Satgas COVID-19, Dewi Nur Aisyah menurunnya tingkat kepatuhan protokol kesehatan dimulai sejak pasca libur Idul Fitri 2021.

Dalam rapat koordinasi Satgas Penanganan COVID-19, Minggu (20/6/2021) juga dijelaskan sebanyak 43 dari 339 kabupaten/kota mendapati nilai merah dalam rangka menerapkan protokol kesehatan terkhusus dalam menjaga jarak dan menghindari kerumunan.  

Hanya dengan mematuhi protokol kesehatan dan mengikuti vaksinasi, baik program pemerintah atau gotong royong, kita bisa hidup normal berdampingan dengan COVID-19. (jie)