penyebab dan gejala sindrom guillain-barre
penyebab dan gejala Guillain-barre syndrome

Sindrom Guillain-Barre Gejalanya Mirip Stroke, Bisa Berakibat Serius Dalam Hitungan Jam

Awalnya jari-jari kaki kesemutan, merembet ke kaki sampai tungkai, kemudian menjalar sampai lengan dan jari -jari tangan. Gejala lain yang dialami bisa berkembang cepat, hanya dalam hitungan jam. Pada sebagian orang, gejala sindrom Guillain-Barré sepintas memang mirip gejala stroke. Bila tidak segera ditangani, akibatnya pun bisa sama: mengalami kelumpuhan.

Sindrom Guillain-Barre termasuk penyakit langka. Centers for Disease Control and Prevention (CDC), Amerika Serikat, menyebutkan sekitar dua pertiga penderita sindrom Guillain-Barré terjadi setelah terserang diare atau infeksi pernapasan. Dari sini para pakar menduga, sindrom ini dipicu respons imun tubuh yang tidak tepat terhadap penyakit sebelumnya.

Faktor risiko paling umum tak lain infeksi Campylobacter jejuni, bakteri penyebab diare yang banyak dijumpai di Amerika Serikat. Bakteri ini sering ditemukan pada makanan, khususnya daging unggas yang tidak sempurna dimasak (kurang matang). Sindrom Guillain-Barré terjadi karena sistem kekebalan tubuh menyerang sistem saraf perifer. Yakni sistem saraf yang menghubungkan otak ke seluruh tubuh dan mengirim sinyal ke otot. Karena saraf ini rusak atau terganggu, otot tidak dapat merespons sinyal dari otak.

Penyebab sindrom Guillain-Barre

Sel saraf tepi memiliki axon yang dilapisi selubung myelin, yang berperan untuk mempercepat hantaran impuls listrik. Pada sindrom ini terjadi proses demielinisasi, ditandai adanya kerusakan pada selubung myelin. Kerusakan juga bisa menyerang axon yang diselubunginya. Selain oleh bakteri campylobacter yang menyerang sistem pencernaan, sindrom ini bisa disebabkan virus Epstein-Barr, cytomegalovirus dan HIV. National Institute of Neurological Disorders and Stroke menyebutkan, kejadian sindrom ini sekitar 1: 100.000 orang di Amerika Serikat.

Gejala sindrom Guillain-Barre

Seperti disebutkan di atas, gejala awal sindrom ini adalah kesemutan pada kaki atau tangan. Bisa disertai rasa nyeri pada tungkai atau punggung. Gejala lain: kelemahan tubuh ditandai dengan sulit berjalan. Pada kebanyakan kasus, kelemahan dimulai dari tungkai dan menjalar ke atas. Bisa dimulai dari mata. Berikutnya, kelemahan menyerang otot-otot pernapasan.  

Selain kelemahan otot, penderita dapat mengalami gangguan penglihatan karena melemahnya otot-otot sekitar mata, sulit menelan, sulit bicara dan mengunyah, sensasi seperti tertusuk jarum pada tangan dan hati, dan rasa nyeri cenderung memburuk di malam hari. Penderita juga dapat mengalami gangguan koordinasi; postur tidak stabil, detak jantung tidak beraturan, tekanan darah naik, dan gangguan pencernaan.

Gejala bisa berbeda pada tiap individu. Keparahan yang terjadi mulai dari hitungan jam, hari atau berminggu-minggu. Pada fase akhir, penderita bisa mengalami paralisis total, termasuk paralisis otot pernapasan, sehingga perlu dibantu alat bantu napas.

Pengobatan sindrom Guillian-Barre

Dilansir dari Healthline, sindrom Guillain-Barré merupakan proses inflamasi autoimun yang self-limiting.Artinya dapat sembuh sendiri. Bagaimana pun, penderita harus dirawat di rumah sakit untuk dilakukan observasi. Tak lain, karena gejala yang muncul bisa dengan cepat memburuk dan  berakibat fatal. Pada kasus yang parah, seluruh tubuh penderita bisa mengalami kelumpuhan.

Pengobatan bertujuan untuk mengurangi keparahan serangan kekebalan dan mendukung fungsi tubuh penderita. Pengobatan yang bisa dilakukan:

Plasmapheresis (pertukaran plasma). Dimaksudkan untuk menghilangkan antibodi yang menyerang saraf. Prosedur ini dilakukan dengan bantuan mesin khusus. Darah dikeluarkan dari tubuh penderita, kemudian dimasukkan kembali setelah “dibersihkan”. 

Imunoglobulin intravena (IVIG). Diambil dari donor yang normal dan sehat. Imunoglobulin dosis tinggi dapat membantu memblokir antibodi yang menyebabkan sindrom Guillain-Barré. 

Dokter bisa memberikan obat untuk menghilangkan rasa sakit dan mencegah pembekuan darah. Penderita bisa diterapi okupasi dan fisik. Lengan dan kaki penderita digerak-gerakkan agar tetap fleksibel. (sur)