Sering Menabrak saat Berjalan, Waspada Glaukoma

Sering Menabrak saat Berjalan, Waspada Glaukoma

Sering menabrak benda saat berjalan, tersandung, atau menyenggol benda-benda di sekitar, padahal sebelumnya tidak begitu, dan tidak punya masalah koordinasi atau keseimbangan? Jangan anggap sepele, waspada glaukoma.

“Glaukoma adalah gangguan pada lapang pandang mata, sehingga pandangan menyempit. Penyebabnya, kerusakan pada saraf mata,” jelas dr. Iwan Soebijantoro, Sp.M(K) dari JEC Eye Hospitals & Clinics. Akibat pandangan yang menyempit, penderita glaukoma pun tidak bisa melihat sisi kanan-kiri, atas atau bawah dengan leluasa. Alhasil, saat berjalan pun sering menabrak atau tersandung, terjatuh saat naik-turun tangga, dan menjatuhkan barang-barang saat hendak mengambil sesuatu.

Glaukoma merupakan penyebab kebutaan nomor 2, baik di Indonesia maupun dunia, setelah karatak. Gawatnya, glaukoma tidak bisa disembuhkan. Terapi hanya bisa memperlambat penyakit, tapi saraf mata yang sudah rusak tidak bisa diperbaiki lagi. Kebutaan yang ditimbulkan oleh glaukoma bersifat permanen; hingga saat ini belum ada teknologi yang bisa mengembalikan penglihatan akibat glaukoma. Karenanya, waspada glaukoma, jangan abaikan tanda dan faktor risiko.

Tekanan bola mata tinggi

Penyebab utama glaukoma yaitu tekanan bola mata yang terlalu tinggi. “Umumnya dianggap bahwa tekanan bola mata di atas 21 mmHg adalah lampu kuning terjadinya glaukoma,” terang dr. Iwan, dalam diskusi virtual JEC Eye Talks untuk memperingati World Glaucoma Week, Rabu (17/3/2021).

Lantas, apa yang menyebabkan tekanan bola mata meningkat? Secara alamiah, mata kita memproduksi cairan yang disebut aqueous humor, yang berfungsi menutrisi sel-sel mata. “Setelah itu, cairan ini akan mengalir keluar lewat drainase pada mata. Namun pada penderita glaukoma, air tidak bisa keluar, sehingga tertimbun di dalam bola mata, membuat tkanan bola mata menjadi tinggi,” papar dr. Iwan.

Tekanan bola mata yang tinggi ini akan menekan saraf-saraf optik. Lama kelamaan saraf-saraf ini pun rusak dan mati, sehingga lapang penglihatan perlahan berkurang, dan makin menyempit seiring waktu dengan makin beratnya kerusakan pada saraf optik.

Faktor risiko glaukoma

Ada beberapa faktor risiko terjadinya glaukoma. Antara lain usia yakni 40 tahun ke atas, dan ada riwayat glaukoma di keluarga. “Mereka dengan riwayat glaukoma di keluarga, memiliki risiko 9x lebih banyak menderita glaukoma dibandingkan yang tidak ada riyawat dalam keluarga,” tutur dr. Iwan.

Faktor risiko lain misalnya mata minus atau plus yang tinggi; penyakit degeneratif seperti diabetes mellitus, hipertensi, dan gangguan kardiovaskular; dan mereka yang mendapat obat-obatan steroid dalam jangka panjang. Misalnya penderita rematik, penyakit autoimun, asma, dan alergi. “Mereka yang mendapat steroid dalam jangka panjang, sebaiknya melakukan pemeriksaan mata secara berkala,” tegas dr. Iwan.

Hati-hati, cedera pada mata juga bisa menyebabkan glaukoma. Dan, kemunculan glaukoma akibat cedera bisa jangka panjang. “Bisa saja cedera mata beberapa tahun lalu, dan glaukoma baru muncul sekarang,” ucap dr. Iwan.

Tanda-tanda waspada glaukoma

Glaukoma kerap disebut “pencuri penglihatan” karena lapang pandang menyempit secara pelan-pelan, sehingga tidak disadari. Ketika tersadar, lapang pandang sudah demikian sempit.

Umumnya, tidak ada tanda atau gejala pada fase awal glaukoma. Namun pada glaukoma primer jenis tertutup yang akut, gejala akan nampak jelas karena tekanan bola mata tiba-tiba meningkat. Gejalanya antara lain: nyeri kepala hebat yang mendadak, mual hingga muntah, pandangan silau, melihat halo, penglihtan menjadi sangat buruk dan kabur.

Sering kali glaukoma akut ini disalahartikan sebagai penyakit lain. “Pasien berobat ke IGD, mengira sakit maag, hipertensi, dan lain-lain,” ujar dr. Iwan. Begitu keluhan berhasil diatasi, ternyata tetap tidak bisa melihat, dan baru kemudian dikonsultasikan ke dokter mata. Dr. Iwan sangat menyayangkan, kecurigaan terhadap glaukoma sering terlewatkan, sehingga penanganan glaukoma jadi terlambat.

Waspada glaukoma. Lakukanlah pemeriksaan mata secara berkala, terutama bagi yang memiliki faktor risiko. Bila ditemukan di fase dini, bisa dilakukan pengobatan sehingga perkembangan penyakit bisa diperlambat, dan penglihatan masih bisa diselamatkan. (nid)

____________________________________________

Ilustrasi: Man photo created by cookie_studio - www.freepik.com