bagaimana membedakan antara selesma dan flu

Sama-Sama Demam dan Hidung Mampet, Bagaimana Membedakan Antara Selesma dan Flu

Demam, sakit kepala, batuk dan hidung mampet. ‘Rombongan’ penyakit ini kerap terjadi, terutama pada anak-anak. Masyarakat awam menyebutnya sebagai flu, sementara para ahli mengidentifikasi sebagai selesma. Bagaimana membedakan antara selesma dan flu.

Infeksi saluran napas akut (ISPA) merupakan salah satu penyakit yang paling banyak menyerang, terutama anak-anak. Bisa menyerang saluran napas atas (hidung hingga tenggorok), yang kemudian berlanjut ke saluran napas bawah (paru-paru).

Menurut Dr. dr. Nastiti Kaswandani, SpA(K), Ketua Unit Kelompok Kerja (UKK) Respirologi, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), anak balita bisa mengalami ISPA bagian atas hingga 5-8 kali setahun.

Saluran napas atas, terutama pada anak-anak, merupakan organ tubuh yang paling mudah terpapar virus. Dibandingkan orang dewasa, anak kecil lebih mudah teserang virus karena sistem kekebalan tubuhnya yang belum sempurna.

ISPA umumnya disebabkan oleh infeksi virus. Dari ratusan jenis virus penyebab ISPA, ada tiga tersering yakni rhinovirus (30-50%), coronavirus (human coronavirus menyumbang angka 10-15%) dan virus influenza (5-15%).

Virus-virus tersebut menunjukkan gejala-gejala umum seperti demam, sakit kepala, batuk, pilek hingga hidung mampet. Saking umumnya gejala gangguan saluran napas, maka dikenal sebagai common cold (flu yang umum terjadi), atau selesma.

“Selesma disebabkan oleh ratusan virus, salah satunya influenza. Flu adalah selesma yang spesifik disebabkan oleh virus influenza,” kata dr. Nastiti dalam acara Rangkaian Kebaikan Alam yang Melindungi untuk Jaga Kesehatan & Lindungi Diri Secara Menyeluruh dari BETADINE®, di Jakarta (27/2/2020).

Membedakan antara selesma dan flu

Karena memiliki gejala yang mirip kita kerap sulit membedakan antara selesma dengan flu.

Menurut dr. Nastiti, gejala selesma bersifat ringan, seperti sakit kepala ringan, batuk, sakit tenggorokan atau pilek ringan. Gejala tersebut muncul secara perlahan dan biasanya sembuh sendiri dalam beberapa hari.

Tetapi lain ceritanya dengan flu, gejala yang dirasakan penderita lebih berat, dan tiba-tiba. Penderita bisa mengalami demam, sakit kepala hebat, nyeri tenggorokan, nyeri otot, sesak napas, batuk parah, sampai sulit untuk bangun.

“Infeksi virus influenza berpotensi menjadi berat. Di Amerika Serikat saat winter (musim dingin) flu sampai bisa menyebabkan kematian,” terang dr. Nastiti.

The Journal of American Medical Association (JAMA) melansir musim flu sepanjang tahun 2019 hingga awal 2020 dianggap cukup parah, dengan sejumlah besar penderita harus dirawat inap dan menyebabkan kematian.

Hingga 15 Februari 2020 CDC (Centers for Disease Control and Prevention) mencatat setidaknya 29 juta orang sakit flu, dengan 280 ribu dirawat di rumah sakit, dan 16.000 kematian.  

Pengobatan berlebih

Infeksi virus, baik selesma atau flu, pada dasarnya dapat sembuh sendiri dalam 3-10 hari, karena tubuh memiliki mekanisme pertahanan melawan virus.

“Seringkali anak mendapat antibiotik yang tidak diperlukan untuk gejala selesma. Selesma dapat sembuh sendiri,” tegas dr. Nastiti. “Jangan setiap kali sakit (selesma) memakai antibiotik, sehingga saat benar-benar memerlukan antibiotik, (bakterinya) sudah kebal.”

Ini termasuk pengobatan yang berlebihan. Pemberian antibiotik diperbolehkan bila selesma telah mengalami infeksi sekunder oleh bakteri.

Ditunjukkan dengan dahak berwarna kuning kehijauan, yang disertai dengan nyeri leher, ada bintik-bintik putih di amandel, atau perdarahan di tenggorokan. Dalam pemeriksaan lab terjadi peningkatan jumlah sel darah putih, dan terkonfirmasi positif adanya sampel bakteri dalam pemeriksaan swab tenggorok.

Selain itu anak kerap mendapat resep obat steroid (antiperadangan) atau penekan rangsang batuk (antitusif). “Obat antitusif bekerja di susunan saraf pusat, menekan reflek batuk. Antitusif memang bisa menghilangkan batuk, tetapi tidak menyembuhkannya. Ini berbahaya, dan di semua guideline (pedoman) tidak direkomendasikan diresepkan terutama untuk anak,” terang dr. Nastiti.

Pemberian terapi uap (nebulizer) untuk selesma termasuk terapi yang berlebihan dan salah sasaran. Terapi uap menyasar saluran napas bagian bawah, sementara selesma / influenza menyerang saluran napas atas.

Semprot hidung

Pengobatan utama untuk selesma adalah istirahat (bed rest). Obat-obatan bersifat simptomatik atau hanya meredakan gejala. Salah satunya pemberian nasal spray (semprotan hidung) untuk meredakan gejala pilek lebih cepat.

Iota Carrageenan merupakan salah satu bahan alami dalam obat nasal spray , berasal dari ganggang merah. Riset membuktikan bila mampu menguatkan pertahanan mukosa (sel selaput lendir) hidung.

“Cara kerjanya dengan memblokade (melapisi) permukaan hidung sehingga virus tidak bisa menempel di hidung. Juga bersifat antivirus dengan membungkus virus, sehingga ia juga tidak bisa menempel,” terangnya.

Studi menunjukkan Iota Carrageenan dapat mengurangi jumlah virus, durasi gejala dan kekambuhan, sehingga bisa digunakan sebagai alternatif pengobatan selesma atau flu. (jie)

Baca juga :Pembunuh Balita Nomor Satu itu Bernama Pneumonia