Olahraga untuk Penderita Hipertensi, Pilih yang Non-Kompetitif
Olah raga dan Hipertensi

Olahraga untuk Penderita Hipertensi, Pilih yang Non-Kompetitif

Olahraga untuk penderita hipertensi tidak boleh sembarangan. Menurut dr. Arieska Ann Soenarta, Sp.JP(K), FIHA, penderita hipertensi perlu olahraga sesuai kondisinya. Nilai tekanan darah dan informasi mengenai kondisi organ tubuh lain, penting untuk menentukan boleh tidaknya berolahraga, takaran dan jenis olahraga yang dilakukan. "Olahraga ditujukan untuk meningkatkan daya tahan (endurance), dan tidak boleh meningkatkan tekanan darah secara berlebihan," terangnya.

Badan Kesehatan Dunia WHO dan Joint National Committee (JNC) menyatakan, penanganan hipertensi ringan tanpa faktor risiko atau kerusakan organ adalah dengan terapi non farmakologi. Yakni penurunan berat badan bagi yang obesitas, olahraga teratur, diet sehat, stop  merokok dan alkohol. Untuk hipertensi berat yang disertai dengan faktor risiko dan kerusakan organ, perlu terapi farmakologi. Target tekanan darah <140/90 bagi hipertensi tanpa komplikasi dan <130/80 bagi hipertensi dengan komplikasi. Studi menunjukkan, penurunan tekanan darah 5-6 mmHg, bisa mengurangi risiko stroke dan serangan jantung.

Manfaat olahraga di antaranya dapat membuat kerja jantung efisien, membakar lemak sehingga lemak yang menyumbat dinding pembuluh darah berkurang dan tensi (tekanan darah) secara otomatis menurun. Pembuluh darah jantung atau arteri koroneria pun jadi lebih besar dan lebar, dibanding mereka yang tidak berolah raga. Karena aliran darah lancar, risiko komplikasi akibat hipertensi bisa dicegah. Termasuk mencegah penggumpalan darah, sehingga kerja jantung lebih ringan. 

 

Pilihan olahraga untuk penderita hipertensi

Seperti telah disebutkan, penderita hipertensi sebaiknya menghindari olahraga yang terlalu banyak meningkatkan tensi. Olahraga untuk penderita hipertensi disarankan yang bersifat non-kompetitif. Misalnya jalan kaki, lari ringan (jogging), bersepeda, dan renang.

Meditasi, yoga dan latihan relaksasi juga dinilai sangat menjanjikan, sebagai sarana menjaga tekanan darah. Meditasi dapat mempengaruhi aktivitas  sistem saraf otonom, yaitu saraf yang mengatur tekanan darah. Meditasi dapat menenangkan aktivitas di sistem saraf simpatis (yang mempersempit pembuluh darah ketika stres) dan meningkatkan aktivitas sistem saraf parasimpatis (yang mendorong pelebaran pembuluh darah).

Olahraga yang bersifat kompetitif tidak dianjurkan, karena dapat memacu emosi sehingga mempercepat peningkatan tekanan darah. Olahraga seperti angkat beban dan sejenisnya, juga menyebabkan peningkatan tekanan darah secara mendadak.

Dianjurkan memeriksa tekanan darah, sebelum dan sesudah latihan. Olahraga untuk penderita hipertensi selain ditentukan denyut jantung, juga berdasarkan reaksi tekanan darahnya.