obesitas sentral tingkatkan risiko serangan jantung berulang

Obesitas sentral Tingkatkan Risiko Serangan Jantung Berulang

Mereka yang mengalami obesitas sentral alias memiliki perut buncit, lebih berisiko mengalami serangan jantung berulang, bahkan bila mereka yang teratur minum obat jantung.

Penelitian sebelumnya yang dipresentasikan dalam pertemuan tahunan the American Heart Association 2014 menyatakan obesitas sentral, atau perut buncit adalah faktor risiko untuk mengalami serangan jantung yang pertama kali. Tetapi sekarang tim peneliti dari Swedia menemukan bukti yang menghubungkan antara obesitas sentral dengan kejadian serangan jantung berulang.

“Dalam penelitian kami, partisipan dengan peningkatan lemak perut tetap memiliki risiko kejadian serangan jantung berulang, meskipun ia minum obat-obat antihipertensi, diabetes dan penurun lemak,” terang Dr. Hanieh Mohammadi, peneliti dari Karolinska Institute di Stockholm, Swedia.

Obesitas sentral tidak hanya meningkatkan risiko terkena serangan jantung atau stroke untuk pertama kali, tetapi juga kejadian yang kedua kali. “Menjaga lingkar perut sangat penting untuk mencegah serangan jantung atau stroke di masa mendatang, terlepas seberapa banyak obat yang Anda minum atau seberapa baik hasil tes darah Anda,” tambahnya.

Dilakukan pada 22.000 orang

Riset Dr. Mohammadi dan tim ini adalah yang terbesar (pada topik terkait). Ia melibatkan lebih dari 22.000 orang yang pernah mengalami serangan jantung pertama kali. Rata-rata partisipan diikuti selama 3,8 tahun.

Peneliti melihat hubungan antaran obesitas sentral – berdasarkan ukuran lingkar pinggang -  dan risiko kejadian kardiovaskular, seperti serangan jantung, untuk kedua kalinya.

Sebagian besar partisipan mengalami obesitas sentral; lebih dari 80% partisipan pria memiliki lingkar perut >94 cm, dan 90% partisipan wanita dengan lingkar pinggang >80 cm.

Tim peneliti menemukan bahwa peningkatan obesitas sentral (lingkar pinggang) berhubungan dengan kejadian sarangan jantung dan stroke, terlepas dari faktor risiko lain seperti merokok dan diabetes. Dan, meskipun peserta melakukan terapi pencegahan kejadian serangan jantung sekunder.

Peneliti menegaskan lingkar perut adalah penanda yang lebih penting pada kejadian kardiovaskular berulang, daripada obesitas biasa.  

1 dari 5 orang

Para ahli sepakat penghitungan lingkar pinggang lebih efektif, dibandingkan Indeks Massa Tubuh (IMT), untuk menentukan risiko kejadian kardiovaskular, seperti serangan jantung dan stroke.

“Pengukuran paling penting adalah lingkar perut dan rasio pinggang-pinggul,” terang Dr. Megan Kamath, ahli jantung di UCLA Health, AS. “Pengukuran lingkar perut dan rasio pinggang-pinggul telah terbukti berguna dalam memprediksi risiko serangan jantung, karena mereka spesifik untuk lemak perut.”

National Vital Statistics Report tahun 2017 melaporkan tiap 37 detik, satu orang di Amerika Serikat meninggal karena penyakit kardiovaskular, dan tiap 40 detik seseorang mengalami serangan jantung.

“Kemungkinan mengalami serangan jantung untuk kedua kalinya adalah 1:5, atau 20% pasien dapat mengalami serangan jantung kedua setelah serangan pertama, meski menggunakan obat untuk mengurangi risiko,” kata Dr. Sanjiv Patel, ahli jantung intervensi di MemorialCase Heart and Vascular Institute, di Orange Coast Medical Center, California.

Apa yang terjadi setelah serangan pertama

Salah satu faktor risiko untuk serangan jantung kedua adalah mengalami serangan jantung yang pertama.

“Hanya dengan mengalami serangan jantung yang pertama, risiko mengalami serangan kedua sudah ada. Serangan jantung adalah kejadian besar untuk tubuh, menimbulkan banyak peradangan, stres dan bisa membuat area lain di pembuluh jantung tidak stabil. Ini bisa menjadi dasar dari kejadian serangan jantung kedua di kemudian hari,” terang Dr. Patel.

Dr. Nieca Goldberg, direktur medis di NYU Women’s Heart Program, di New York, tidak terkejut dengan hasil penelitian tersebut. Obesitas sentral berhubungan dengan kenaikan gula darah, hipertensi dan peningkatan peradangan. Obesitas sentral diketahui lebih berbahaya daripada obesitas biasa.

Penelitian tersebut membuktikan mengonsmsi obat-obatan setelah serangan jantung tidak cukup untuk mencegah kejadian serangan jantung berulang, tetapi juga perlu perubahan gaya hidup.

Disarankan untuk menjaga pola makan, olahraga dan mengurangi berat badan. Jika Anda memiliki perut buncit, kurangilah. (jie)