nyeri dada tidak berarti penyakit jantung

Nyeri Dada Tidak Selalu Berhubungan dengan Penyakit Jantung

Nyeri dada sering diidentikkan dengan serangan jantung. Sebenarnya, banyak yang dapat menyebabkan dada terasa nyeri. Bagaimana membedakannya?

Seperti peristiwa malam itu yang dialami Suryo (38 tahun). Saat sedang menyelesaikan laporan pekerjaan, ia merasa dadanya sesak yang segera menjalar ke seluruh tubuh. Muncul rasa panas seperti terbakar di dada, membuatnya mual dan ingin muntah. Panik, sang istri membawa suaminya ke UGD rumah sakit terdekat.

Dokter mencoba menenangkan dan bertanya langsung kepada Suryo, mengenai nyeri dada yang dialami. Setelah mengajukan beberapa pertanyaan, dokter mendiagnosis yang dialami Suryo karena asam lambungnya naik. Bukan serangan jantung. Kondisi ini memang mirip serangan jantung, tetapi beda. Kalau serangan jantung, rasa nyeri yang dialami menjalar dari dada ke tangan dan “tembus” ke belakang (punggung) dan pasien mengalami sesak napas. Penderita yang asam lambungnya naik, dada  serasa terbakar disertai rasa pahit di mulut

Suryo diberi obat penurun asam lambung. Setelah sakitnya mereda, ia diberi kuisioner untuk mempertegas diagnosis dokter, tentang seberapa kerap ia mengalami hal seperti itu.

Nyeri dada, memang, identik dengan serangan jantung. Sebenarnya,  banyak yang dapat menyebabkan sakit di dada. Data di Amerika Serikat, seperempat penduduknya mengalami nyeri dada, namun tidak selalu berhubungan dengan penyakit jantung.

 

Aneka Nyeri dada

Nyeri dada bisa karena ada masalah di organ tubuh tertentu. Misalnya karena infeksi kulit oleh virus herpes. Nyeri yang dirasakan biasanya memiliki sensasi tajam, seperti ditusuk-tusuk. Letak nyeri mudah ditunjuk dengan jari dan, biasanya, tampak adanya kelainan pada kulit. Kaku otot arteri (coronary artery spasm) di dada, bisa menyebabkan napas sesak. Kaku otot arteri terjadi temporari,  menurunkan atau bahkan menghentikan pasokan darah ke jantung. Martha Grogan, MD., dari Mayo Clinik, Amerika Serikat, menjelaskan, “Jika kondisi ini terjadi cukup lama, dapat memicu nyeri dada (angina), bahkan serangan jantung.”

Hal itu biasanya terjadi pada orang dengan risiko serangan jantung, seperti tinggi kolesterol dan atau hipertensi. Bisa terjadi pada yang tidak memiliki faktor risiko, tapi berhubungan dengan penyakit autoimun, seperti lupus. Bisa karena stres berlebihan, flu berat dan penggunaan narkoba seperti kokain dan amphetamine.

Penyebab lain, terjadi kontraksi otot esofagus/kerongkongan yang “kram” karena tekanan  terlalu tinggi dari esofagus yang berkontraksi. Kadang, esofagus  menjadi hipersensitif saat terpapar asam. Kondisi ini belum diketahui pasti penyebabnya, pastinya bisa menyebabkan nyeri dada. Karena terkena pukulan atau trauma latihan, tulang dada bisa memar dan dada terasa nyeri. Tulang yang sering mengalami memar ialah tulang rusuk.

Sebab lain, karena masalah di paru-paru. Sebagian besar penyakit pada paru-paru seperti TB, radang paru, bronkitis, memar paru, tumor paru dapat menimbulkan nyeri dada. Nyeri bersifat tumpul dan tidak terlokalisasi, seperti halnya nyeri akibat serangan jantung. (jie)


Ilustrasi: www.freepik.com-Designed by Freepik