Mengubah Kota dan Pola Hidup untuk Menanggulangi Diabetes | OTC Digest
diabetes_cities_changing_posbindu_cek kesehatan

Mengubah Kota dan Pola Hidup untuk Menanggulangi Diabetes

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menemukan, Jakarta adalah kota yang jumlah penyandang diabetesnya paling banyak di Indonesia. Prevalensi penyandang diabetes meningkat cukup tajam; dari 2,5% (Riskesdas 2013) menjadi 3,4% (2018). Angka ini yang sudah terdiagnosis. Yang belum terdiagnosis mungkin 3-4x lipatnya.

Makin mengkhawatirkan lagi, penyakit degeneratif ini makin banyak menjangkiti usia muda. “Sekitar 45% penyandang diabetes di Jakarta berusia di bawah usia 40 tahun bahkan 10% berusia di bawah 30 tahun,” jelas peneliti dari IMERI FKUI, dr. Dicky Levenus Tahapary, Sp.PD-KEMD, Ph.D. Ini diungkapkannya dalam peringatan Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke-54 yang dipusatkan di Lapangan Monumen Nasional, Minggu (9/12/2018).

Kedua fakta tersebut adalah peringatan keras bahwa masalah diabetes di Jakarta harus segera ditanggulangi. Mengusung tema “Aku Cinta Sehat” sebagai tema HKN 2018, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bekerjasama dengan Kedutaan Denmark, FKUI, PERKENI, dan Novo Nordisk, mengembangkan program Cities Changing Diabetes (CCD), yang diluncurkan Agustus lalu.

CCD adalah program untuk mempercepat perjuangan global melawan diabetes di perkotaan, yang telah dilakukan di kota-kota besar dunia, dengan kemitraan lokal untuk mengatasi faktor sosiokultural yang turut menyumbang peningkatan prevalensi penyandang diabetes. Jakarta menjadi kota ke-17 pelaksanaan program ini.

Program CCD dimulai dengan pemetaan, untuk mengidentifikasi masalah utama diabetes di Jakarta. “Setelah masalahnya ditemukan, akan dilakukan tindakan sesuai dengan permasalahan,” ujar dr. Widyastuti, MKM, Kepala Bidang Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta. Hasilnya akan dibagikan ke kota-kota lain di seluruh dunia, sehingga tiap kota/negara bisa saling belajar dari hasil di negara lain. Jakarta merupakan pilot project CCD di Indonesia, dan akan menjadi percontohan untuk daerah lain dalam menanggulangi diabetes.

 

Gaya hidup

Meningkatnya prevalensi diabetes di Jakarta, tak lepas dari pola hidup yang kurang sehat. Utamanya, pola makan yang tidak seimbang, dan kurang beraktivitas fisik. Terlihat dari temuan 60% penyandang diabetes di Jakarta diawali dengan kegemukan.

Penduduk dari kota lain yang kemudian tinggal di Jakarta juga menunjukkan hal serupa. “Kami pernah membandingkan orang Flores yang pindah ke Jakarta dengan yang tetap tinggal di Flores. Ternyata, yang pindah ke Jakarta mengalami penambahan lingkar perut setengah sentimeter setiap tahun,” papar dr. Dicky. Sementara itu, kesadaran masyarakat untuk datang ke Posbindu masih rendah.

Kementrian Kesehatan menganjurkan tiga hal untuk mencegah penyakit kronis, termasuk diabetes tipe 2. Yakni beraktivitas fisik minimal 30 menit setiap hari, memperbanyak makan sayur dan buah, serta melakukan cek kesehatan secara teratur. “Cek kesehatan bisa dilakukan di Puskesmas dan Posbindu, tidak harus mahal,” jelas dr. Wiendra Woworuntu, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung. Saat ini ada 500 Posbindu di bawah binaan Puskesmas di seluruh DKI Jakarta.

Sempatkanlah beraktivitas fisik secara rutin dan kontinyu. Dengan makin banyaknya ruang terbuka di Jakarta, seharusnya beraktivitas fisik kini makin mudah dan nyaman. Jangan lupa cek ksehatan; minimal kadar gula darah dan kolesterol. “Jangan baru periksa saat sudah ada gejala. Kalau punya faktor risiko, lakukan pemeriksaan,” sambung dr. Dicky.

Faktor risiko misalnya kegemukan, lingkar perut melebihi batas normal (90 cm untuk laki-laki dan 80 cm untuk perempuan), dan ada riwayat diabetes tipe 2 di keluarga. Ini bisa mulai dilakukan sejak usia 40-45, dan di usia yang lebih muda pada yang memiliki faktor risiko.

Sudah ada upaya dari pemerintah untuk menanggulangi diabetes. Bolanya di tangan kita, mau ikut berubah atau tidak. (nid)