Membandingkan Virus Corona dan SARS, Mana yang Lebih Berbahaya? | OTC Digest

Membandingkan Virus Corona dan SARS, Mana yang Lebih Berbahaya?

Hingga kini wabah virus corona jenis baru (2019-nCoV) sudah menyebar di 27 negara. Secara global WHO mencatat virus ini menginfeksi 17.387 orang, dengan 362 orang meninggal. Virus corona ini diketahui memiliki karakteristik mirip dengan SARS, yang juga menyebabkan banyak kematian.

WHO telah menyatakan status darurat global terkait virus corona. Ini berarti setiap negara harus bersiap-siap menanggulangi / mengantisipasi penyebaran virus corona. Pemerintah Indonesia, setelah berhasil memulangkan 238 WNI yang sempat terkurung di Wuhan, segera melakukan karantina (observasi) di pangkalan militer di Natuna, Kepulauan Riau.

Sempat terjadi penolakan oleh warga Natuna dengan keberadaan area isolasi tersebut. Mereka kawatir akan terjadi penyebaran virus corona di Natuna. Walau dinggap wajar, “Namun hal tersebut berlebihan,” ungkap dr. Daeng M Faqih, SH, MH, dicuplik dari tayangan TV One, Senin (3/2/2020).

Ia mengatakan pemilihan lokasi karantina (observasi) sudah berdasarkan standar yang dikeluarkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sehingga kemungkinan untuk menulari masyarakat sekitar sangat kecil.

Mirip dengan SARS

Diketahui virus jenis 2019-nCov ini memiliki karakteristik yang mirip dengan SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) yang pertama kali ditemukan di Beijing, China dan menyebar ke 29 negara selama 2002-2003.

Saat itu tercatat 8.096 orang terinfeksi SARS, dengan 774 kematian (angka fatalitasnya 9,6%). SARS menjadi berbahaya karena menginfeksi saluran napas bagian atas dan bawah. Menyebabkan penyakit pernapasan yang parah dan komplikasi lainnya.

Ditambahkan oleh dr. Daeng, pemerintah sudah berpengalaman menanggulangi wabah virus, seperti SARS atau flu burung. “Virus corona ini tidak lebih ganas dibanding virus-virus itu. Dari sekitar 17 ribu yang terjangkit virus corona, kematiannya sekitar 300-an, artinya belum sampai 5%. Dibandingkan dengan virus flu burung yang bisa mencapai 80% angka kematiannya, atau SARS yang mencapai sekitar 50%,” terang dr. Daeng.

Dalam situs resminya, WHO mencatat sebanyak 486 orang dinyatakan sembuh. Hal lain yang menyebabkan virus corona baru ini belum segawat SARS atau flu burung adalah bisa dicegah penularannya dengan memakai masker biasa.

“Pada SARS atau flu burung harus dilindungi dengan masker yang betul-betul ketat,” tegas dr. Daeng.

Jarak aman isolasi

Pemerintah melakukan proses karantina pada WNI yang dipulangkan dari Wuhan, China di pangkalan militer di Natuna. Terdapat beberapa alasan pemerintah memilih Natuna sebagai lokasi isolasi.

Pertama, pangkalan militer Natuna memiliki fasilitas rumah sakit yang sesuai standar yang mampu menampung hingga 300 orang. Selain itu, letak rumah sakit di pangkalan militer tak jauh runway pesawat.

Kedua, tempat tersebut jauh dari pemukiman penduduk. Jarak pangkalan militer dengan pemukiman warga terdekat sekitar 6 kilometer.

Menurut Dr. Daeng, ini sudah sesuai dengan anjuran WHO, di mana fasilitas karantina haruslah tidak terjangkau / bersentuhan dengan masyarakat.

“Masyarakat tidak perlu takut, karena penularan virus corona ini dengan kontak dekat. Tetapi dengan sentuhan langsung ke penderita, kontak intens dengan penderita, atau percikan (droplet) saat bersin/batuk,” tambah dr. Daeng.

Ia menambahkan droplet akan jatuh ke tanah dalam jarak 3-5 meter, dan tidak bisa bertahan lama di udara bebas. Sifat dari virus ini hanya bisa bertahan hidup bila masuk ke medium, misalnya masuk ke tubuh manusia.

“Jadi jangan terlalu khawatir, tidak perlu panik, apalagi (lokasi karantina) jauh dan tidak ada kontak dengan dunia luar, tidak memungkinkan penularan ke sekitar,” tutup dr. Daeng.  (jie)