Apakah Anda pernah mengalami kulit memerah, bengkak, mungkin ada ruam dan terasa gatal? Ini menandakan terjadi peradangan. Dalam istilah medis disebut dermatitis. Pada kondisi seperti ini biasanya dokter meresepkan obat kortikosteroid topikal.
Ada banyak macam obat kortikosteroid, namun secara umum kortikosteroid adalah kelompok obat yang mengandung hormon steroid sintesis. Obat ini akan menghambat produksi zat yang menimbulkan peradangan dalam tubuh, serta bisa bekerja sebagai imunosupresan dalam menurunkan aktivitas dan kerja sistem imun.
Khusus kortikosteroid topikal (oles), adalah yang digunakan untuk mengatasi gejala peradangan di kulit, seperti ruam, gatal, nyeri, kemerahan dan bengkak. Biasanya diresepkan terkait penyakit misalnya, eksim atau psoriasis.
Ia bekerja dengan menghambat pelepasan zat yang menyebabkan peradangan di kulit. Secara khusus menghambat pelepasan fosfolipase A2, enzim yg bertanggung jawab dalam pembentukan prostaglandin(senyawa yang memicu berbagai efek inflamasi, termasuk menyebabkan rasa sakit) dan leukotriene (mediator peradangan).
Obat ini juga mengecilkan pembuluh darah pada area radang, sehingga pembengkakan, kemerahan dan nyeri berkurang. Juga memiliki efek imunosupresif atau menekan sistem imun (menurunkan proliferasi sel T/sel darah putih, dan mengurangi jumlah sel Langerhans).
Hubungan formulasi dan potensi
Kortikosteroid berbeda dalam potensinya berdasarkan pada bahan pembawa dalam formula. Beberapa pembawa hanya digunakan pada bagian tubuh tertentu.
1. Salep (ointments)
Salep akan memberikan efek lubrikasi dan lebih oklusif (memiliki struktur yang padat dan berat) dibandingkan preparat lain, serta merupakan pembawa yang paling efektif untuk mengobati area yang kering atau tebal.
Sifat oklusif ini meningkatkan penyerapan kortikosteroid. Namun, karena ia cenderung berminyak dapat menyebabkan ketidaknyamanan (mengurangi kepatuhan pasien).
2. Krim (w/o)
Krim dapat diaplikasi pada luka kering maupun basah, memiliki kualitas lubrikasi dan kemampuan menyerap ke dalam kulit yang baik.
Kandungan airnya memberi efek mendinginkan saat dioleskan ke kulit yang radang. Sementara minyaknya bersifat melapisi dan melembapkan kulit.
3. Losion dan gel
Losion dan gel merupakan bahan pembawa yang paling tidak berminyak dan oklusif dari semua pembawa steroid topikal.
Losion mengandung alkohol, yang memiliki efek pengeringan pada lesi yang mengalir. Gel memiliki konsistensi seperti jeli dan bermanfaat untuk peradangan bernanah. Bisa digunakan di area berambut karena meninggalkan sedikit residu.
4. Foam, mousses, dan shampoo
Foam, mousses, dan shampoo juga merupakan pembawa yang efektif untuk penggunaan kortikosteroid pada kulit kepala, dapat diaplikasikan dan menyebar dengan mudah, terutama di daerah berambut.
Potensi mana yang dipilih?
Dr. Amanda Oakley, dermatologis dan profesor klinis di Tristram Clinic, Selandia Baru, menjelaskan kortikosteroid topikal digunakan untuk mengobati banyak kondisi kulit. Sebaiknya digunakan pada potensi serendah mungkin dalam waktu sesingkat mungkin untuk mengendalikan gejala.
Kortikosteroid dengan potensi rendah biasanya digunakan saat merawat area yang luas atau untuk penggunaan jangka panjang. “Kortikosteroid ini juga lebih cocok untuk digunakan pada anak-anak atau area dengan kulit yang lebih tipis seperti wajah, selangkangan atau ketiak,” kata dr. Oakley, melansir bpac.org.nz.
Kortikosteroid yang lebih kuat cocok untuk kondisi yang parah dan untuk digunakan pada area tubuh yang memiliki kulit lebih tebal seperti telapak tangan dan kaki. Ference JD, dalam tulisannya (Choosing Topical Corticosteroids) menjelaskan, kortikosteroid ini umumnya tidak boleh digunakan di bawah oklusi atau pada area dengan kulit yang lebih tipis.
Kortikosteroid dengan potensi tinggi dan sangat tinggi tidak boleh digunakan pada wajah, pangkal paha, ketiak atau di bawah oklusi, kecuali dalam situasi yang jarang terjadi dan untuk jangka waktu pendek.
Desoxymethasone 0,25%
Salah satu kandungan kortikosteroid topikal adalah desoxymethasone 0,25%. Termasuk sebagai kortikosteroid kuat (potent) yang telah lama dipakai untuk mengobati dermatitis.
Studi klinis membandingkan antara desoxymethasone (0,25% dan 0,05%), betamethasone valerate 0,1% dan hydrocortisone 1%. Terapi diberikan selama 3 minggu, dioleskan 2 kali sehari, pada anak (>2 tahun) hingga dewasa dengan dermatitis non infeksi.
Hasilnya desoxymethasone memberikan hasil paling efektif dibandingkan kortikosteroid jenis lain pada semua parameter (kemerahan, kulit bersisik, gatal dan luas area yang terkena).
Desoxymethasone 0,25% terlihat sebagai yang paling efektif, memberikan perbaikan terbesar secara klinis. Sementara hydrocortisone adalah yang paling tidak efektif. Riset ini diterbitkan di The Journal of International Medical Research.
Salep atau krim desoxymethasone dapat dioleskan pada luka kering maupun basah, dan tidak terlalu lengket di kulit (lebih nyaman). Fase air (bahan-bahan yang larut dalam air) dalam salep/krim ini memberi efek “mendinginkan” saat diaplikasikan. Sementara fase minyak (mengandung minyak/tidak larut air) memiliki efek melembutkan dan melembapkan kulit.
Desoxymethasone teruji klinis mengatasi dermatisis dengan cepat, efektif dan nyaman. (jie)