Konsultasi Penyakit Kronis melalui Telemedisin, Kenapa Tidak?

Konsultasi Penyakit Kronis melalui Telemedisin, Kenapa Tidak?

Penyakit kronis atau penyakit tidak menular (PTM) seperti diabetes, hipertensi, dan lain-lain memerlukan pengelolaan jangka panjang. Tidak hanya minum obat setiap hari, mereka yang memiliki penyakit kronis juga perlu berkonsultasi secara rutin dengan dokter. Di era digital, konsultasi penyakit kronis kini bisa dilakukan dengan lebih mudah melalui telemedisin.

Angka PTM meningkat drastis dalam 2 dekade terakhir. “Misalnya saja diabetes mellitus tipe 2 (DM2), kasusnya di Indonesia meningkat sampai enam kali lipat,” ungkap Prof. dr. Abdul Kadir, Ph.D. Sp.THT-KL(K) M.A.R.S. Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementrian Kesehatan (Kemenkes).

PTM atau disebut juga penyakit katastropik, sangat menurunkan kualitas hidup dan produktivitas penyandangnya. DM2 ataupun hipertensi bisa menimbulkan komplikasi berupa gagal ginjal kronis, sehingga penyandangnya harus menjalani hemodialisis (cuci darah) seumur hidup.

Tak hanya itu, perekonomian negara pun ikut terdampak. “Penyakit seperti ini sangat menguras pembiayaan di BPJS Kesehatan. Pelayanannya pun besar dan lebih rumit,” ujar Ketua Pengurus Besar Ikatan Dotker Indonesia (PB-IDI), dr. Daeng M. Faqih, SH, MH, dalam diskusi virtual bertajuk Layanan Tatalaksana Penyakit Kronis Terintegrasi dan Inovatif, Rabu (15/12/2021). Ia menekankan pentingnya continuity of care atau perawatan bekelanjutan dalam pengelolaan penyakit kronis.

 

Layanan Konsultasi Penyakit Kronis melalui Telemedisin

Konsultasi melalui telemedisin menjadi populer sejak pandemi COVID-19, khususnya sekitar 6 bulan lalu ketika kita menghadapi gelombang kedua. “Telemedisin telah memberikan dampak yang sangat positif untuk membantu masyarakat yang terdampak, terutama yang melakukan isoman,” ujar Head of Medical PT Good Doctor Technology Indonesia, dr. Adhiatma Gunawan.

Telekonsultasi pun kini juga banyak digunakan untuk konsultasi penyakit kronis. Hal ini diamine oleh dr. Daeng selaku Ketua PB-IDI. Menurutnya, teknologi digital bisa sangat bermanfaat untuk membantu pengelolaan penyakit kronis.

Seperti kita ketahui, pengobatan penyakit kronis tidak cukup hanya dengan sekali datang, melainkan harus dikelola terus menerus, untuk mencegah munculnya komplikasi. “Keberlanjutan pengobatan dan monitoring harus dilakukan dengan baik. Dengan inovasi teknologi digital, lebih memungkinkan untuk melakukan pelayanan yang berkesinambungan, terawasi, dan termonitor dengan baik, cepat, dan lebih sering,” tuturnya.

Good Doctor Technology Indonesia (Good Doctor) bekerjasama dengan Lembaga Riset IDI memelopori sebuah studi percontohan dalam kerangka sketsa Prolanis (Program Pengelolaan Penyakit Kronis). Dalam studi pilot yang dilakukan sepanjang tahun 2000 – 2001 tersebut, Good Doctor bermitra dengan beberapa klinik BPJS offline.

Studi pilot ini memiliki dua fase. Fase pertama yaitu Focus Group Discussion (FGD) pada Desember 2020. Selanjutnya dilakukan fase kedua, dengan pengelompokan pada Januari hingga Juni 2021. Dilakukan di beberapa klinik daerah Bekasi dan Depok dengan peserta yang memiliki rentang usia dari 24 tahun hingga 79 tahun. “Tujuan utama studi yaitu untuk mengukur seberapa efektif telekonsultasi dalam pemantauan glukosa darah pasien diabetes di klinik BPJS,” terang dr. Adhiatma.

Good Doctor sebagai penyedia layanan telemedisin menyediakan beberapa dukungan, “Antara lain notifikasi/pengingat secara regular untuk melakukan follow up, kontak/tindak lanjut secara reguler, konsultasi online, dan informasi edukatif yang telah dikurasi.” Selama periode tiga bulan, pasien mendapat pengingat dari platform telehealth untuk memeriksa dan mengukur glukosa darahnya.

Hasil studi menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara pasien yang menggunakan telemedisin dan tidak, di mana kepatuhan pasien selama masa observasi memberikan kontribusi yang tinggi terhadap penurunan kadar glukosa darah yang signifikan. “Penggunaan telekonsultasi dinilai dapat meningkatkan kepatuhan pasien sehingga menjadi faktor utama keberhasilan pengelolaan penyakit kronis,” imbuh dr. Adhiatma.

Harus diakui, mengelola penyakit kronis tidak selalu mudah. Konsultasi secara rutin dan berkala seumur hidup, bisa membosankan, merepotkan, atau terabaikan karena lupa. Dengan telekonsultasi maupun fitur pengingat, konsultasi penyakit kronis bisa terasa lebih mudah bagi penyandangnya. “Melalui inovasi digital teknologi yang diterapkan pada layanan tatalaksana penyakit kronis, continuity of care maupun patient centeredness terhadap penyandang penyakit kronis bisa dilakukan dengan baik,” pungkas dr. Daeng. (nid)

____________________________________________

Ilustrasi: Medical photo created by freepik - www.freepik.com