gejala covid-19 ringan karena sudah divaksin

GEJALA RINGAN KARENA SUDAH VAKSIN

Dodi senang sudah mendapat vaksin COVID-19 lengkap sebanyak 2x. Vaksinasi diketahui dapat memicu sistem imun tubuh, sehingga dapat melindungi bila ada virus yang masuk. Belum satu bulan setelah mendapat vaksin kedua, Dodi merasa tidak enak badan. Ia terserang flu, batuk-batuk, sakit kepala dan sakit tenggorokan.

Ketika istri memasak rendang, Dodi sama sekali tidak mencium bau masakan kesukaannya itu. Cek antigen ke sebuah klinik, ia dinyatakan “positif”. Tes swab beberapa hari kemudian, hasilnya juga “positif”. Tidak diragukan lagi, Dodi sudah terinfeksi COVID-19. Ia tidak bisa menduga-duga, kapan di mana dan dari siapa ia terpapar virus.

Pastinya, sejak vaksin kedua rasa percaya dirinya meningkat. Ia merasa, setelah divaksin berarti sudah memiliki sistem pertahanan tubuh yang baik. Sesekali ia bertemu teman dan makan di luar. Meski istri melarang, Dodi tetap melakukannya. Ketika makan, otomatis masker dilepas. Ketika itulah virus dari pasien OTG (orang tanpa gejala) dapat memapar kepada yang lain.

Sejauh ini, menurut Direktur Rumah Sakit Umum Pusat M Djamil Padang Dr. Yusirwan Yusuf, pemberian vaksin merupakan upaya untuk memutus mata rantai penyebaran COVID. Mereka yang sudah divaksinasi, kalau kemudian terkena COVID-19, gejala yang diderita biasanya jauh lebih ringan. Tak lain karena dalam tubuhnya sudah ada memori sel antibodi.

"Meskipun sudah divaksinasi, tidak berarti seseorang bebas dari infeksi  COVID-19. Tapi, karena sudah divaksin, gejala yang dialami tidak  bersifat fatal," katanya beberapa waktu lalu. Seseorang yang sudah divaksin kemudian terinfeksi virus, bisa jadi karena yang bersangkutan sudah terpapar virus sebelumnya. Atau terpapar setelah divaksin, ketika tubuhnya antibodinya belum optimal.

Vaksin memerlukan waktu beberapa hari sampai beberapa minggu untuk membangun sistem kekebalan tubuh. Antibodi baru akan terbentuk 14 - 28 hari setelah vaksinasi kedua. Vaksinasi pertama dimaksudkan untuk memperkenalkan anactivated vaccine (vaksin tidak aktif) kepada tubuh penerima, sehingga akan terbentuk antibodi. Vaksin kedua berfungsi sebagai booster (penguat), untuk meningkatkan kekuatan vaksin sehingga antibodi bertambah kuat dan optimal.

Jika virus corona menyerang pada rentang waktu tersebut, risiko infeksi dapat terjadi. Juga, meski vaksin COVID-19 sudah membentuk kekebalan tubuh, risiko terinfeksi masih mungkin terjadi. Hanya saja, gejala yang dialami pasien umumknya tidak berat. Yang terjadi pada Dodi, tampaknya ia terinfeksi COVID-19 karena antibodinya belum mencapai titik optimal.

Itulah, mengapa mereka yang sudah divaksin, apalagi baru satu kali, jangan terlalu percaya diri dan mengabaikan protokol kesehatan (jaga jarak, pakai masker, cuci tangan rutin, hindari kerumunan dan tidak bepergian).

Vaksin efektif melindungi

Gejala yang dialami pasien berbeda-beda. Ada yang seperti terserang flu, tenggorokan sakit, perut sakit atau mual dan muntah-muntah. Gejala agak berat berupa badan lemas tak bertenaga, hilang penciuman dan hilang nafsu makan. Dada dan punggung terasa panas, napas sengal-sengal dan terus-menerus batuk. Gejala sedang sampai berat, biasanya dialami oleh pasien yang memiliki faktor komorbid: usia lanjut, sakit jantung,  diabetes (kencing manis) dan lain-lain. Atau karena terlambat memperoleh penanganan dokter.

Sejauh ini vaksin terbukti efektif memberi perlindungan terhadap tubuh seseorang. Meski belum ada penelitian yang membuktikan, kuat dugaan perlindungan yang diberikan vaksin tidak bersifat selamanya. Jadi, tampaknya kita harus divaksin lagi dalam jangka waktu tertentu, untuk merangsang pembentukan antibodi dalam melawan virus. (sur)