Delapan jam di kantor, dua - tiga jam di rumah. Ini rerata waktu yang kita habiskan dalam posisi duduk. Belum termasuk beberapa jam di kendaraan pergi-pulang kantor. Singkatnya, lebih dari setengah hari kita duduk. Sementara itu berbagai penelitian menemukan, duduk dalam waktu yang lama dapat meningkatkan risiko terhadap diabetes, penyakit jantung, obesitas, masalah ginjal dan kematian dini. Risiko ini bahkan tetap tinggi meski seseorang berolahraga tapi menghabiskan sebagian besar waktunya di atas kursi. Tiap jam yang kita lakukan untuk menonton televisi (sambil duduk tentunya), meningkatkan risiko terhadap diabetes hingga 3,4%. Sementara itu, rerata kita menonton TV hampir 3 jam/hari.
Temuan yang didapat peneliti dari Universitas Utah di Salt Lake City dan institusi lainnya di Amerika Serikat (AS), bisa kita terapkan. Penelitian menggunakan data dari National Health and Nutrition Examination Survey, yang tiap tahun menanyakan masyarakat Amerika mengenai kebiasaan makan, berolahraga, dan menjalankan hidup mereka secara umum. Dikumpulkan data mpnitor dari 3.626 orang dewasa (lelaki dan perempuan), yang sebagian besar dilaporkan sehat di awal periode studi.
Umumnya, partisipan menghabiskan waktu sehari-hari sambil duduk. Menggunakan pengukuran standar, mereka dibagi menjadi: waktu yang dihabiskan untuk duduk; melakukan aktivitas intensitas rendah; melakukan aktivitas intensitas ringan seperti berjalan keliling ruangan; atau melakukan aktivitas sedang misalnya jogging. Selanjutnya, diperiksa laporan kematian tiga hingga empat tahun setelah survei, untuk melihat berapa banyak partisipan yang telah meninggal dunia. Hasilnya digunakan untuk menentukan apakah berdiri, berjalan atau jogging memberikan manfaat terbaik untuk memperpanjang usia.
Temuannya cukup mengejutkan. Aktivitas rendah bepengaruh kecil pada risiko kematian. Mereka yang di dalam studi melakukan aktivitas intensitas rendah misalnya berdiri, penurunan risiko kematiannya tidak terlampau jauh dibandingkan mereka yang paling banyak duduk.
Namun mereka yang berdiri lalu melakukan aktivitas ringan, misalnya berjalan dua menit tiap satu jam duduk, memiliki risiko kematian dini 33% lebih rendah ketimbang mereka yang duduk hampir non stop. Penurunan risiko kematian lebih banyak lagi pada mereka yang melakukan aktivitas sedang, tapi responden yang melakukan hal tersebut sangat sedikit dibandingkan yang duduk, sehingga sulit diukur secara statistik.
Manfat dari aktivitas sedang akan berlipat ganda bila durasinya ditambah. Orang yang sudah biasa berjalan dua menit tiap jam lalu menambah waktu berjalannya dua menit lagi, bisa menurunkan risiko kematian dini lebih besar lagi ketimbang hanya berjalan dua menit.
Menurut Dr. Srinivasan Beddhu, profesor di Universityas Utah yang memimpin studi tersebut, penurunan risiko kematian ini kemungkinan berhubungan dengan keseimbangan energi. Berjalan kaki meningkatkan jumlah kalori yang dibakar, sehingga turut berkontribusi terhadap penurunan berat badan dan perubahan metabolik lainnya.
Saat bekerja, jangan malas bergerak. Mengambil minum di dispenser atau membuat kopi akan memberi kesempatan bagi tubuh untuk bergerak, sekaligus mengembalikan postur tubuh yang kaku di depan komputer. (nid)