herbal imunomodulator bermanfaat menjaga daya tahan tubuh

Bagaimana Herbal Imunomodulator Bermanfaat Menjaga Daya Tahan Tubuh

Indonesia tercatat sebagai negara dengan kekayaan herbal terbesar ke dua di dunia, setelah Brazil. Dari banyak herbal tersebut, beberapa di antaranya bisa dimanfaatkan sebagai imunomodulator untuk menjaga daya tahan tubuh. 

Imunomodulator merupakan zat yang bisa memodifikasi respon imun, mengaktifkan mekanisme pertahanan alamiah atau adaptif. Akhirnya mengembalikan ketidakseimbangan sistem imun yang terganggu.

Dr. (Cand.) dr. Inggrid Tania, MSi, Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI) menjelaskan pada dasarnya imunomodulator memiliki dua sifat spesifik: sebagai imunostimulan (meningkatkan respon imun terhadap infeksi) dan imunosupresan (menekan respon imun yang terlalu aktif, misalnya pada penyakit autoimun).

“Imunomodulator bekerja dengan menstimulasi mekanisme pertahanan spesifik (satu jenis antigen) dan non spesifik (berbagai macam antigen),” kata dr. Inggrid, dalam peluncuran produk Imugard secara virtual, Kamis (27/10/2020).

Tanaman herbal selain sebagai imunomodulator, juga memiliki sifat anti-inflamasi (anti peradangan) dan kemampuan adaptogen. Ini adalah kemampuan adaptasi alamiah tanaman. “Saat digunakan untuk manusia ternyata juga membantu tubuh kita memperoleh keseimbangan, misalnya keseimbangan hormon saat stres fisik/mental,” katanya.

Beberapa tanaman yang dikenal sebagai imunomodulator seperti echinacea, elderberry, ginseng atau saffron. Sementara untuk herbal asli Indonesia ada meniran, kunyit, daun katuk, jahe, jinten hitam, pegagan, dll.

Echinacea (Echinacea purpurea) terbukti mempercepat penyembuhan selesma (common cold)  dan infeksi saluran napas atas. Maksimal pemakaiannya selama 8-16 minggu berturut-turut. Tidak boleh diberikan pada penderita penyakit autoimun.

Meniran (Phyllanthus niruri) bersifat imunostimulan. “Sudah dilakukan uji klinis, pemberian ekstrak meniran 50 mg, 3x sehari, secara bermakna meningkatkan regulasi respon imun, menghambat peradangan atau perburukan gejala,” dr. Inggrid menambahkan. “Tidak seperti echinacea, meniran aman dikonsumsi jangka panjang.”   

Kunyit - dengan zat aktif curcuminoidnya- selain bersifat imunostimulan, ia juga antiradang dan antioksidan. Saat ini di India sedang dilakuan penelitian uji klinis senyawa kunyit pada pasien COVID-19, imbuh dr. Inggrid. 

Herbal lain yang sudah diteliti sebagai imunomodulator adalah kelor. Apt. Drs. Victor S Ringoringo, SE, MSc, Chief Business Development and R&D PT Deltomed Laboratories, menjelaskan WHO menyebut daun kelor sebagai ‘the magic tree’ karena memiliki nutrisi yang seimbang.

Mengandung serat, protein, lemak, mineral (kalsium, magnesium, zat besi, kalium, dll), vitamin A, vitamin B1, dll. Juga punya zat aktif quercetin yang mampu meningkatkan imunitas.  

“Kelor terbukti sebagai imunomodulator, antivirus, anti-inflamasi dan kaya nutrisi yang berperan dalam peningkatan daya tahan tubuh,” katanya.

Herbal imunomodulator tersebut bisa dikombinasikan untuk mendapatkan efek modulasi respon imun yang lebih optimal, minim efek samping digunakan untuk jangka panjang.

Victor menjelaskan tidak ada satu obat yang 100% aman, intensitas obat dan efek sampingnya tergantung dosis. “Jika menggunakan satu komponen herbal, untuk mendapatkan efek samping yang diinginkan harus menggunakan dosis yang lebih tinggi. Tetapi ada kemungkinan efek samping juga lebih besar.“

“Dengan menggabungkan herbal tidak memakai dosis tinggi. Mendapatkan efek yang diinginkan sebagai imunomodulator dengan efek samping minimal,” ungkapnya.

Dr. Inggrid menambahkan, masyarakat dapat memperoleh zat imunomodulator dengan mengonsumsi tanaman herbal alami atau produk siap minum.

“Konsumsi alami dari herbal dapat digunakan dalam jangka panjang, pasalnya meniran, daun kelor atau kunyit secara umum tidak memiliki kontra indikasi yang membahayakan untuk tubuh. Meski begitu, penggunaan imunomodulator yang sifatnya imunostimulan sebaiknya dibatasi selama 6-8 minggu, atau dengan konsultasi dokter, sebab dikhawatirkan dapat mencetuskan penyakit autoimun atau memperparah alergi,” pungkas dr. Inggrid. (jie)

Baca juga: Kapan Perlu Minum Imunomodulator