Awas, Jerawat Bisa Sebabkan Demam | OTC Digest

Awas, Jerawat Bisa Sebabkan Demam

Jerawat adalah bentuk peradangan kronis pada unit pilosebasia (rambut, folikel/akar rambut dan kelenjar sebasia). Ditandai adanya komedo, papula (ruam berbentuk bintik kecil, keras pada kulit), pustula (ruam yang lebih besar dengan kepala bernanah), nodula (jerawat besar merah karena disertai peradangan) dan kista (nodula dalam bentuk yang lebih besar/ seperti bisul).

Jerawat muncul akibat meningkatnya aktivitas kelenjar lemak. Kelenjar ini  menghasilkan zat berminyak yang disebut sebum (berguna sebagai pelumas kulit dan rambut). Jika sebum atau sisa-sisa sel mati menyumbat pori-pori, lambat laun akan berubah menjadi zat berwarna putih, kemudian berubah menjadi hitam dan tumbuhlah jerawat. Jerawat kerap muncul pada masa pubertas; 85% terjadi pada remaja dan 25% pada dewasa.  

Dr. Gloria Novelita, SpKK, dari Klinik BeYouTiful menyatakan, “Salah satu penyebab munculnya jerawat adalah aktifnya hormon adrogen di masa pubertas. Kelenjar sebasea bertambah aktif dan membesar, sehingga sebum lebih banyak diproduksi.”

Pada kasus ‘spesial’, jerawat bisa menimbulkan demam dan sakit di persendian, disebut jerawat fulminans. Hal ini disebabkan oleh melemahnya sistem kekebalan dan meningkatnya hormon testosteron.

Tingginya hormon  menyebabkan peningkatan produksi dan pengeluaran sebum serta bakteri; merangsang pertumbuhan jerawat. Selain itu, peradangan yang ekstrim dapat menyebabkan penurunan berat badan dan pembengkakan kelenjar getah bening.

“Seakan tubuh menjadi alergi terhadap bakteri penyebab jerawat, sehingga reaksi tubuh hebat. Respon tubuh pada jerawat pun menjadi hebat, sampai bernanah, bau dan berdarah, seperti bisul,” terang dr. Gloria.

Pengobatan

Pada jerawat fulminans, selain diberikan obat antijerawat juga obat kortikosteroid yang berfungsi sebagai antiradang. Protokol pengobatan yang dilakukan adalah pemberian kombinasi, antara prednisolone (obat antiradang) dan isotretinoin.

Isotretinoin merupakan retinoid vitamin A, yang bekerja dalam mengobati jerawat dengan menyusutnya kelenjar sebaceous dan mengurangi produksi sebum. Kalau produksi sebum menurun, otomatis pori-pori kulit wajah akan mengecil. Dengan terapi yang baik, 3-6 bulan jerawat bisa sembuh.

Masalahnya, setelah sembuh bekas jerawat cenderung menimbulkan bopeng. Menurut dr. Gloria, peradangan kulit yang berat dapat mengenai dermis, yang di dalamnya terdapat kolagen atau jaringan penunjang kulit. Jika jaringan ini rusak, sulit menyatu lagi sehingga timbul bopeng/parut.

Perawatan jerawat harus ditunjang dengan kebersihan wajah. Yakni dengan menggunakan pembersih, astringen bila kulit terlalu berminyak dan sunblock sesuai kebutuhan. Jangan memencet jerawat, karena dapat membuat radang bertambah parah. (jie)