makan makanan olahan terlalu sering
makanan_olahan

Apa yang Terjadi pada Tubuh saat Anda Makan Makanan Olahan?

Makanan olahan adalah panganan yang paling banyak dijejer di rak mini market, mulai dari camilan kemasan, sosis, nugget, roti dan kue, mie instan, dsb. Walau tidak semuanya buruk, terlalu sering mengonsumsi makanan olahan dapat memberikan efek negatif untuk kesehatan Anda. 

Makanan olahan adalah makanan yang sudah dimasak, dibekukan, dikemas atau dirubah/ditambah komposisi nutrisinya. Makanan ini ada yang diolah minimal (tomat kalengan, sayuran potong, buah beku, dll), atau diproses lebih banyak; disebut makanan ultra-olahan seperti sosis, daging deli, ham, daging patty, keripik kentang, dll.

Memang, tidak semua makanan olahan negatif, beberapa ditambahkan (difortifikasi) zat gizi tertentu. Misalnya susu yang diperkaya dengan vitamin D dan prebiotik. 

Pasteurisasi juga adalah salah satu bentuk pengolahan makanan yang lebih banyak manfaatnya, dibanding efek negatifnya. Pasteurisasi menerapkan pemanasan pada makanan (seringkali susu) untuk membunuh bakteri berbahaya.

“Selain manfaat kesehatan ini, makanan olahan dan kemasan juga bisa lebih nyaman untuk mereka yang sibuk,” ujar Sarah Schlichter, RD, dietisien di Washington DC, Amerika Serikat. 

Tidak semua orang memiliki waktu untuk memasak makanan dari awal. “Saya mendorong seorang ibu yang sibuk menyiapkan makan malam keluarganya dengan membeli sayuran potong atau beku, rotisserie chickendan roti untuk menghasilkan makanan yang benar-benar sehat dan seimbang,” imbuh Schlicher, melansir Livestrong.

Dampak Makanan Olahan terhadap Tubuh

Sebaliknya terlalu banyak makanan ultra-olahan dapat merugikan kesehatan. Ini yang terjadi pada tubuh saat Anda makan makanan olahan terlalu sering. 

1. Kenaikan berat badan

Konsumsi makanan olahan bisa berhubungan dengan kenaikan berat badan, karena biasanya makanan olahan tinggi kalori. 

Mereka yang sering makan makanan olahan cenderung mengonsumsi sekitar 500 kalori lebih banyak daripada peserta yang minimal mengonsumsi makanan olahan, menurut studi tahun 2019 di jurnal Cell Metabolism

Selain itu, konsumsi lebih banyak makanan olahan dikaitkan dengan risiko obesitas yang lebih tinggi, menurut ulasan di jurnal Current Obesity Reports (2017).  

2. Mengurangi umur

Meskipun tidak ada satu bahan atau makanan ultra-olahan yang terbukti secara langsung menyebabkan kanker, diet tinggi makanan olahan dikaitkan dengan peningkatan risiko kematian secara keseluruhan, menurut riset di BMJ, yang menganalisa diet 20.000 orang selama 5 tahun. 

Dalam riset tersebut, penyebab kematian terbanyak adalah kanker dan risiko kematian secara keseluruhan adalah 62% lebih tinggi pada mereka dengan konsumsi makanan ultra-olahan lebih dari 4 porsi sehari. 

3. Berdampak ke jantung

Penelitian lain di BMJ melibatkan lebih dari 100.000 orang dan menemukan bahwa makanan olahan berhubungan dengan peningkatan risiko serangan jantung. 

Beberapa jenis makanan yang mereka temukan adalah lemak dan saus ultra-proses, daging, makanan manis dan camilan asin. 

4. Usus mungkin menjadi lebih buruk

Apa yang kita makan mempengaruhi komposisi bakteri usus. Diet tinggi serat akan merangsang pertumbuhan bakteri baik (probiotik) dan menurunkan peradangan di usus, menurut reviu di jurnal Microorganism (2019)

Peneliti juga mengindikasikan ada hubungan antara konsumsi pemanis buatan – biasa ditambahkan di makanan olahan - dengan komposisi bakteri usus. Pemanis buatan secara negatif mengubah komposisi probiotik di usus orang yang tidak biasa mengonsumsinya. Riset ini diterbitkan di jurnal Nutrients.  

5. Memengaruhi otak

Studi skala besar (melibatkan hampir 500 ribu orang) di The American Journal of Clininal Nutrition menemukan bahwa makan makanan olahan – daging deli, bacon dan hot dog – berhubungan dengan peningkatan risiko demensia. 

Jadi, Apa yang Harus Dilakukan?

Semakin sering makan makanan olahan biasanya berbanding terbalik dengan konsumsi serat: jumlah konsumsi sayur dan buah rendah. 

Tetapi jika Anda tetap ingin makan makanan olahan, prioritaskan makanan yang sedikit diproses, dan dikonsumsi dalam jumlah sedang, makanan ini dapat menjadi bagian dari gaya hidup seimbang. (jie)