pengukuran viral load dalam tes covid-19

Apa Itu Viral Load yang Kerap Muncul Dalam Tes COVID-19

Jika kita membaca berita tentang tes untuk COVID-19, di sana kerap disebutkan mengenai ‘viral load’ virus SARS-CoV-2 yang mempengaruhi keparahan infeksi. Sebenarnya apa itu viral load?

Viral load merupakan banyaknya virus yang terdeteksi dalam darah. Ini dinyatakan sebagai jumlah partikel virus di setiap milliliter darah. Viral load yang lebih tinggi dapat memiliki dampak yang berbeda untuk virus yang berbeda, tetapi biasanya berarti infeksi sedang berkembang.  

Bagaimana mengukur jumlah virus?

Tes viral load mengukur kuantitas materi genetik - biasanya RNA - virus yang ada dalam darah. Beberapa tes dilakukan dalam periode yang panjang, dengan pengukuran awal sebagai patokan (baseline) dan pengukuran lanjutan sebagai pembanding.  

Pengukuran jumlah virus dapat berbeda setiap hari, oleh karena itu pengukuran jangka panjang lebih disukai untuk mengevaluasi perkembangan penyakit.

Dilansir dari Healthwise ada tiga tes utama untuk mengukur viral load: reverse transcription-polymerase chain reaction (RT-PCR), branched DNA (bDNA), dan tes nucleic acid sequence-based amplification (NASBA).

Tiap tes tersebut memberikan hasil yang berbeda, yang berarti sangat penting untuk konsisten dalam tes mana yang digunakan selama pemantauan.

Bagaimana membaca pengukuran jumlah virus?

Ketika jumlah virus bertambah, infeksi tampak terus berkembang. Namun, bila terjadi penurunan viral load dalam beberapa tes, infeksi diartikan bisa ditekan.

Pemantauan viral load selama infeksi juga dapat menunjukkan seberapa baik pasien merespon pengobatan.

Dalam laman resmi Organisasi Kesehatan Dunia (www.who.int) dijelaskan pengukuran viral load bisa sangat penting dalam pengobatan suatu penyakit tertentu. Misalnya, viral load yang tinggi dari partikel virus HIV-1 dikaitkan dengan peningkatan tingkat kerusakan sel T CD4 (sel darah putih),dan dengan demikian semakin cepat berkembang menjadi AIDS.

Tujuan pengobatan HIV adalah menjaga jumlah sel T CD4 tetap tinggi dan viral load rendah. Oleh karena itu viral load sangat penting saat memutuskan memakai pengobatan antivirus.

Viral load dan COVID-19

Sebagian besar penelitian tentang viral load berfokus pada HIV, karena ini terkait dengan perkembangan penyakit. Namun, baru-baru ini penelitian berganti fokus pada COVID-19.

Dalam New England Journal of Medicine disebutkan, viral load virus SARS-CoV-2 (penyebab COVID-19) diketahui tinggi di area hidung dan tenggorok. Penelitian juga menunjukkan bila virus itu memiliki viral load tertinggi hanya dalam 1-3 hari setelah gejala pertama muncul.

Ini memiliki pola yang lebih konsisten daripada influenza, atau SARS (juga disebabkan oleh virus corona). Mengindikasikan potensi penularan sangat tinggi sejak awal infeksi.

Viral load juga ditemukan pada pasien COVID-19 tanpa gejala (asimptomatik). Ini mirip dengan pasien simptomatik (dengan gejala), yang menunjukkan mereka memiliki potensi yang sama untuk menularkan infeksi. (jie)