Apa Itu Sindrom Peter Pan? | OTC Digest

Apa Itu Sindrom Peter Pan?

Tak seorang pun yang mau terus menjadi anak-anak, kecuali tokoh Peter Pan dalam novel J. M Barrie (1911). Namun, dalam dunia nyata, ada pria atau wanita yang tubuhnya kecil layaknya anak-anak, meski usianya sudah dewasa. Berbeda dengan cebol yang struktur tulangnya pendek tapi wajahnya dewasa, penderita sindrom Peter Pan tubuh dan wajah mereka layaknya anak-anak.

Dalam dunia medis disebut Hipogonadotropin hipogonadism. Penyebabnya adalah gangguan hormon di otak, tepatnya di hipotalamus dan hipofisis. Hipotalamus secara langsung dan tidak langsung mengontrol aktivitas kelenjar endokrin, yang menghasilkan antara lain hormon pertumbuhan dan reproduksi.

Ada pun hipofisis (master gland) menghasilkan hormon yang mengatur kerja hormon-hormon lain, termasuk hormon pertumbuhan yang berfungsi pada fase anak dan pubertas. Karena terganggu, pertumbuhan tinggi badan dan tanda-tanda seksual sekunder penderita terhambat.

Hipogonadotropin hipogonadism bukan penyakit turunan, melainkan kelainan hormon yang diderita sejak bayi. Menurut dr. Aditya Suryansyah Semendawai, Sp.A, dari RS Harapan Kita, kelainan hormon ini bisa dikoreksi sebelum masa puber. Lewat masa pubertas, epifisis tulang menutup sehingga tulang tidak lagi tumbuh.

“Terapi hormon bisa mengoreksi 70-80% sampai posisi tinggi genetik, atau batas tinggi maksimum sesuai genetik,” ujarnya.

Terapi hormon sebaiknya dilakukan saat anak menginjak usia 5 – 6 tahun, di mana secara fisik ia mulai tertinggal dibanding teman sebaya. Pada saat ini, epifisis tulang masih “terbuka” sehingga memungkinkan anak bertambah tinggi. Epifisis merupakan ujung tulang panjang, yang lebih lebar dari badan tulang. Terdiri dari jaringan spons di tengah dan lapisan tipis dari tulang kompak di pinggiran.

“Pada wanita, epifisis menutup di usia 16-17 tahun dan pada pria di usia 17-20 tahun. Sebelum epifisis menutup, terapi hormon bisa optimal,” ujar ahli endokrin anak ini.

Perlu pemeriksaan hormon lengkap, seperti hormon testosteron, estrogen, GH (groth hormone), IGF 1 (insulin like growth factor) dan hormon tiroid. Juga pemeriksaan bone age, untuk mengetahui kesesuaian umur tulang dan usia genetik. Misalnya, seorang penderita sindorm Peter Pan berumur 13 tahun, tapi umur tulangnya seperti anak usia 5 tahun.

Suntik hormon dilakukan 2 -5 kali seminggu. Evaluasi dilakukan setelah 3 bulan. “Kalau sudah bagus dihentikan. Pemberian hormon yang berlebihan, bisa berakibat pubertas lebih cepat atau tulang lebih cepat mentutup,” katanya.

Terapi hormon tidak akan bermanfaat, bila anak memang berpotensi tidak tinggi (dilihat dari tinggi ayah – ibu), atau anak memiliki kelainan tulang. Yang tak kalah penting adalah mengajarkan pada anak untuk bersyukur dan ikhlas, dengan keadaan tubuhnya. (jie)