who sarankan pasien covid-19 isolasi mandiri memakai oximeter

WHO Sarankan Pasien COVID-19 Yang Isolasi Mandiri Memakai Oximeter

Dalam rekomendasi terbaru yang berjudul ‘Clinical management of COVID-19: interim guidance’ WHO memberikan rekomendasi yang menyebutkan bila alat pengukur kadar oksigen oximeter bisa dipakai untuk pasien COVID-19 yang sedang melakukan isolasi mandiri.

Secara garis besar WHO memberikan lima rekomendasi baru terkait manajemen perawatan pasien COVID-19, termasuk isolasi mandiri di rumah.

Dalam salah satu poinnya tertulis penggunaan alat pemantauan oximeter nadi di rumah sebagai bagian dari paket perawatan, termasuk edukasi pasien dan tindakan tindak lanjut yang tepat bila pasien COVID-19 menunjukkan gejala.

Pemakaian oximeter mandiri, ungkap juru bicara WHO Margaret Harris dimaksudkan agar pasien dapat mengukur kadar oksigen secara mandiri.

“Sehingga pasien dapat mengidentifikasi apakah saat di rumah (isolasi mandiri) kesehatan memburuk, atau lebih baik dirawat di rumah sakit,” terang Harris, melansir Reuters.

Pasien COVID-19 yang melakukan isolasi mandiri di rumah biasanya adalah yang tanpa gejala (OTG) atau bergejala ringan. Walau begitu, mereka berisiko mengalami happy hypoxia atau kadar oksigen yang rendah.

Happy hypoxia atau silent hypoxia menimbulkan gejala yang bervariasi, mulai tanpa gejala sampai gejala fatal, dan dapat menyerang semua organ. Beberapa pasien yang tampak baik-baik saja tetapi memiliki kadar oksigen yang rendah, dapat mengalami ketidaksadaran hingga kematian.  

Baca: Happy Hypoxia, Gejala Kekurangan Oksigen yang Sebabkan Pasien COVID-19 Meninggal

Alat oximeter berbentuk seperti klip (penjepit) kecil. Cara pemakaiannya dengan menjepitkannya ke ujung jari tangan, kaki atau daun telinga. Alat akan memancarkan cahaya, kemudian mengukur perubahan penyerapan cahaya dalam darah yang beroksigen.

Oximeter dapat mendeteksi perubahan kecil kadar oksigen dengan cepat. Tetapi perlu diketahui, faktor-faktor seperti gerakan, suhu atau cat kuku bisa mempengaruhi keakuratan alat.

Cat kuku dapat menyerap cahaya yang dipancarkan oximeter sehingga mengganggu pendeteksian kadar oksigen. Demikian pula gerakan, sehingga disarankan sebisa mungkin minimalkan gerakan jari / tangan setelah alat terpasang.

Suhu atau cahaya ruangan yang berlebihan juga bisa membuat pembacaan oximeter tidak akurat. Sebaiknya saat menggunakan oximeter, tidak terpapar cahaya terang secara langsung, agar dapat bekerja secara baik.

Normalnya kadar oksigen dalam darah berkisar antara 95-100%. Pada pasien yang mengalami happy hypoxia dilaporkan kadar oksigen dalam darah antara 70-80%, bahkan pada kasus ekstrim di bawah 50%.  

Alat oximeter nadi saat ini bisa dibeli dengan mudah, banyak dijual di toko kesehatan atau penjual online (e-commerce) dengan harga yang bervariasi, antara Rp 80 ribu – Rp 300 ribuan. (jie)