Waspadai Malnutrisi Tersembunyi pada Lansia | OTC Digest

Waspadai Malnutrisi Tersembunyi pada Lansia

Malnutrisi merupakan suatu keadaan tubuh di mana terjadi ketidakseimbangan nutrisi, bisa kelebihan atau kekurangan nutrisi. Karena penurunan berbagai fungsi tubuh, lansia (mereka yang berusia > 60 tahun) rentan mengalami kelebihan berat badan, atau justru kurang berat badan.

Tahukah Anda, lansia baik dengan berat badan normal, kelebihan atau kekurangan berat badan, bisa mengalami malnutrisi tersembunyi. Menurut Dr. dr. Purwita Wijaya Laksmi, SpPD-KGer, Staf Divisi Geriatri Departemen Ilmu Penyakit Dalam (IPD) FKUI/ RSCM, yang dimaksud malnutrisi tersembunyi adalah penurunan massa dan kekuatan otot, sementara komposisi lemak bertambah.  

“Pada lansia bisa terjadi sarkopenia, atau hilangnya massa dan fungsi otot (kekuatan dan perfoma) yang umumnya mulai terjadi ketika berusia 50 tahun ke atas,” urainya dalam acara Nestle BOOST Optimum Ajak Lansia Indonesia Hidupkan Mimpi yang Tertunda, di Jakarta (11/11/2019).

Kehilangan massa otot dimulai sejak usia 30 tahun ke atas dengan rata-rata 0,5 – 1,2% per tahun, ini dibarengi dengan kehilangan kekuatan otot sekitar 3% per tahun.

Pada riset longitudinal yang dilakukan selama 5 tahun pada partisipan berusia 70-79 tahun (pria dan wanita), didapati berat badan yang stabil menutupi kondisi sarkopenia pada lansia. Dan, pertambahan lemak tetap terjadi tanpa memperhatikan ada tidaknya perubahan berat badan.

Dr. Purwita menambahkan, secara alamiah lansia berisiko mengalami ketidakseimbangan gizi, baik gizi makro (karbohidrat, protein, lemak) atau mikro (vitamin dan mineral). Riset dari multicenter study dengan setting rawat jalan menyatakan 56,7% lansia Indonesia berisiko malnutrisi.  

“Terjadi peningkatan kebutuhan protein, kalsium dan vitamin D,” katanya. “Namun di satu sisi terjadi penurunan penyerapan zat gizi seperti kalsium, vitamin B12, Zat besi dan beta-karoten.”

Risiko malnutrisi juga disebabkan oleh menurunnya nafsu makan karena berkurangnya fungsi indera penciuman dan perasa, terbatasnya pilihan makanan akibat menciutnya gusi dan gigi tanggal, atau akibat melambatnya proses pengosongan lambung (menyebabkan cepat merasa kenyang).

Mencegah malnutrisi

Meningkatkan nafsu makan penting untuk mencegah malnutrisi tersembunyi pada lansia. “Harus dicari akar masalahnya kenapa lansia tidak nafsu makan. Bisa jadi karena tidak ada yang menemani, karena pada dasarnya makan adalah aktivitas sosial,” tambah dr. Purwita.

Bisa juga karena penyakit dan efek samping obat. Terlalu banyak obat yang harus diminum juga berisiko menimbulkan rasa mual.

Sementara pada lansia dengan gangguan indera pengecapan dan penciuman, tidak disarankan menambah seasoning (gula dan garam) untuk meningkatkan rasa makanan. Tetapi yang dilakukan adalah dengan menanamkan pemahaman bahwa makan adalah suatu kebutuhan.  

“Sambil cari tahu penyebabnya bisa diberikan suplementasi nutrisi oral (susu khusus lansia),” tutur dr. Parwita.

Sebaiknya suplementasi oral diberikan di antara waktu makan besar. Tetapi pada lansia yang benar-benar kesulitan makan – hanya bisa makan makanan encer/cair - suplementasi bisa diberikan sebagai pengganti makan utama.

Riset menyatakan pemberian suplementasi nutrisi oral selama 6 minggu, disertai latihan fisik, pada lansia dengan kondisi renta efektif meningkatkan kekuatan ototnya. Hasil analisa dari 34 penelitian juga menunjukkan suplementasi nutrisi oral mampu meningkatkan berat badan hingga 2,3%, mencegah kehilangan berat badan ketika asupan makanan biasa tidak mencukupi.   

Protein penting

Kombinasi antara asupan protein dari makanan / minuman ditambah aktivitas fisik yang cukup akan menjaga kesehatan otot lansia.

Protein merupakan zat gizi makro yang penting untuk meningkatkan massa dan kekuatan otot, menjaga kesehatan dan fungsi otak, membentuk jaringan dan membantu proses pemulihan, serta mempertahankan kesehatan tulang.

“Lansia membutuhkan protein 30% lebih banyak dibanding orang dewasa,” terang dr. Purwita.

Yang direkomendasikan menurut Permenkes RI No.41 Tahun 2014 adalah 2-4 porsi protein hewani sehari, setara dengan 2-4 potong daging sapi/ayam/ikan ukuran sedang sehari. Atau 3-4 poris protein nabati sehari, setara dengan 4-8 potong tempe/tahu ukuran sedang per hari.  

Mengapa anggota keluarga harus peduli

Keadaan malnutrisi pada lansia tidak boleh dianggap enteng, karena bisa menyebabkan beberapa hal berikut :

  1. Meningkatkan risiko ulkus dekubitus atau luka tekan akibat berbaring terus-menerus.
  2. Penyembuhan luka yang lama.
  3. Meningkatkan risiko patah tulang.
  4. Meningkatkan risiko komplikasi dan infeksi.
  5. Meningkatkan lama tinggal di rumah sakit.
  6. Meningkatkan risiko kerentaan.
  7. Meningkatkan ketergantungan pada orang lain.
  8. Menurunkan kualitas hidup. (jie)