Teknologi Canggih Bayi Tabung yang Meningkatkan Peluang Kehamilan

Teknologi Canggih Bayi Tabung yang Bisa Meningkatkan Peluang Kehamilan

Teknologi reproduksi berbantu seperti inseminasi buatan dan bayi tabung atau IVF (in vitro fertilization) telah membantu banyak pasangan dengan gangguan kesuburan untuk memiliki momongan. Sejauh ini, angka keberhasilan IVF di seluruh dunia tercatat 30-40%. Teknologi canggih bayi tabung yang terus berkembang, makin meningkatkan peluang keberhasilan.

Angka keberhasilan bayi tabung sangat dipengaruhi oleh kualitas embrio. “Dan kualitas embrio sangat ditentukan oleh kualitas telur dan sperma,” terang Prof. Dr. dr. Budi Wiweko, Sp.OG(K), MPH. Untuk itu, teknologi medis dan teknik pengerjaan berperan besar dalam meningkatkan peluang keberhasilan mendapatkan kehamilan. “Teknologi canggih bayi tabung selalu dikembangkan agar kita bisa memilih sperma, sel telur, dan embrio terbaik,” imbuhnya.

Kemajuan teknologi medis memungkinkan pengerjaan yang berhubungan dengan sel telur dan sperma lebih optimal, proses pembuahan sel telur di lab jadi lebih baik, dan kualitas embrio yang telah terbentuk pun lebih terjaga. Teknologi canggih bayi tabung juga memungkinkan dilakukannya pemeriksaan kromosom pada embrio, sehingga kelainan genetik bisa ditapis sejak awal. Semua ini terungkap dalam dalam diskusi sekaligus peresmian virtual RS Pondok Indah IVF Centre beberapa waktu lalu.

Teknologi canggih bayi tabung terkini

Klinik bayi tabung yang didukung oleh tim dokter spesialis kebidanan dan kandungan dengan berbagai gelar sub spesialis, serta dilengkapi dengan teknologi medis terkini, fasilitas yang lengkap, dan personalisasi layanan, memiliki keunggulan karena hal-hal tersebut bisa meningkatkan angka keberhasilan program. RS Pondok Indah IVF Centre termasuk salah satu fasilitas layanan bayi tabung yang dilengkapi berbagai hal tadi.

Berikut ini 4 teknologi canggih bayi tabung terkini, yang bisa membantu meningkatkan angka keberhasilan program IVF.

1. ICSI dan IMSI

Pada metode IVF konvensional, di cawan patri sperma dibiarkan berenang dan berusaha menembus dinding sel telur untuk melakukan pembuahan, dengan kemampuannya sendiri. Kemudian berkembang teknologi ICSI (Intracyctoplasmic Sperm Injection), di mana sperma langsung disuntikkan ke sel telur. “Peluang terjadinya pembuahan pun meningkat. Ini yang membuat program bayi tabung memiliki angka keberhasilan yang baik,” ungkap dr. Yassin Yanuar Mohammad, Sp.OG-KFER, M.Sc dari RS Pondok Indah IVF Centre, satu-satunya klinik IVF modern di Jakarta Selatan.

Teknologi canggih bayi tabung terbaru menggunakan IMSI (Intracyctoplasmic Morphologically-selected Sperm Injection). “Dengan teknologi ini, imaging sperma dibesarkan hingga 6.000 kali lipat, sehingga kita bisa sangat selektif memilih sperma yang paling normal,” terang Prof. Budi. Dengan demikian, kualitas embrio yang dihasilkan pun lebih terjamin.

2. Pemindaian sel telur

Saat melakukan penyuntikan sperma ke ovum, ahli embriologi harus sangat berhati-hati, agar tidak menyentuh materi genetik di dalam ovum. “Untuk itu dibutuhkan alat untuk memindai sel telur dan mendeteksi posisi materi genetik sel telur, saat sperma disuntikkan,” ucap Prof. Budi. Inilah oocyte imaging system, yang akan menuntun proses penyuntikkan sperma.

3. Inkubator

Setelah pembuahan terjadi, embrio yang terbentuk kemudian disimpan dalam inkubator. Kualitas inkubator ternyata sangat menentukan kualitas embrio yang berkembang. “Idealnya, satu inkubator hanya dipakai oleh satu pasien, agar stabilitas temperaturnya terjaga,” jelas Prof. Budi. Diciptakanlah simple incubator yang memiilki 6 kamar di dalamnya. Dengan teknologi ini, ahli embriologi bisa menilai tiap embrio dengan seksama tanpa mengganggu kualitas embrio yang lain, karena embrio dari masing-masing pasien disimpan dalam kamar berbeda.

Inkubator ini juga dilengkapi dengan teknologi time-lapse imaging. “Jadi kita bisa mengamati perkembangan embrio 24 jam penuh melalui kamera yang sudah terintegrasi. Perkembangan embrio bisa dicatat dengan lebih detil, dibandingkan bila melakukan observasi manual dengan mengeluarkan embrio dari inkubator,” papar dr. Yassin, yang juga praktik di RS Pondok Indah – Pondok Indah. Kamera untuk mengamati embrio pun bersifat personal, artinya embrio masing-masing pasien diamati secara terpisah.

4. Penapisan genetik embrio

Yang akan ditanam di rahim ibu adalah embrio hari kelima, yang berada dalam fase blastokista. Sebelum proses penting ini dilakukan, embrio diperiksa dulu dengan pre-implanation genetic testing. “Kita lihat kromosom pada tiap embrio yang terbentuk, dan kita pilih embrio yang kromosomnya normal,” terang Prof. Budi.

Dengan teknologi ini, embrio akan dibiopsi, lalu dilakukan pemeriksaan genetik untuk menilai kromosomnya. Bila ditemukan bahwa kromosom embrio tidak normal, maka embrio tidak akan ditanam. Ini adalah usaha untuk menapis penyakit genetik pada bayi yang akan lahir nanti.

Apa yang terjadi seandainya embrio dengan kromosom tidak normal ditanam di rahim? “Kemungkinan besar tidak terjadi kehamilan, atau kalaupun ibu hamil, janin yang dikandungnya akan memiliki kelainan bawaan,” tutur Prof. Iko. (nid)

_________________________________________

Ilustrasi: Background photo created by freepic.diller - www.freepik.com