Susu Hipoalergenik | OTC Digest

Susu Hipoalergenik

Penyebab utama terjadi alergi di usia dini yakni bayi tidak diberikan ASI. Namun tak bisa dipungkiri, pada kondisi tertentu ASI tidak keluar atau produksinya sedikit, meski segala cara sudah diupayakan. Atau ibu mengalami kondisi yang tidak mungkin memberikan ASI misalnya harus mengonsumsi obat-obatan tertentu. Maka harus dicari alternatifnya.

Mayoritas susu formula berbahan dasar susu sapi. Namun, susu sapi harus dihindari pada kasus alergi. Bila ayah, ibu atau anggota keluarga lain ada yang alergi, maka bayi harus diberikan susu khusus, meski ia belum menunjukkan tanda-tanda alergi. Pada kasus seperti ini, pilihannya yakni susu yang  terhidrolisis parsial atau partially hydrolyzed whey formula (pHWF). “Ini untuk pencegahan sebelum reaksi alergi muncul. Jangan sampai terlambat,” tegas Dr. dr. Zakiudin Munasir, Sp.A(K) dari FKUI/RSCM, Jakarta.

Susu hidrolisat parsial adalah susu sapi yang protein whey-nya dihidrolisis sebagian menggunakan proses enzimatik. Protein dipecah menjadi partikel yang lebih kecil, sehingga susu jadi lebih mudah dicerna oleh bayi. “Prinsipnya adalah memberikan protein susu sapi sedikit-sedikit agar anak jadi toleran,” ujar Dr. dr. Zaki. Ini mirip dengan prinsip imunoterapi untuk pengobatan alergi. Sangat disarankan untuk memilih susu hidrolisat parsial yang juga mengandung probiotik; kombinasi ini diyakini efektif mencegah alergi.

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) merekomendasikan penggunaan susu formula hidrolisat parsial dan hidrolisat ekstensif kasein bila ada indikasi medis bayi tidak bisa mendapat ASI. Berdasarkan penelitian Health Economic Indonesia, susu hidrolisat parsial bisa menghemat pengeluaran hingga US$ 4 juta (Rp 51 miliar) per anak. Belum lagi manfaat tidak langsung: anak bebas dari alergi selama 38 hari, dan kualitas hidupnya meningkat. Namun demikian, ASI tetap pilihan utama. Susu hidrolisat hanya digunakan bila bayi tidak bisa mendapat ASI karena ada indikasi medis.

Bila bayi sudah menunjukkan gejala alergi, susu hidrolisat parsial tidak bisa diberikan, karena peptida protein susu masih cukup besar; bisa menimbulkan reaksi alergi. Yang disarankan adalah susu hidrolisat ekstensif. Pada susu jenis ini, protein susu dipecah menjadi lebih kecil lagi daripada susu hidrolisat parsial. Rasa susu hidrolisat ekstensif kurang enak dan harganya lebih mahal, karenanya disarankan hanya bila sudah ada gejala alergi susu sapi.

 

Isolat Kedelai

Selain susu sapi, ada susu hipoalergenik yang berbahan dasar kedelai (soya). Isolat kedelai untuk bayi bukanlah susu atau sari kedelai yang dijual bebas di pasaran, melainkan formula dengan isolat protein kedelai yang sudah diproses dan difortifikasi sehingga bisa memenuhi kebutuhan gizi bayi. Formula isolat kedelai bisa digunakan pada bayi yang telah menunjukkan gejala alergi susu sapi, dan tidak disarankan sebagai pencegahan sebelum alergi muncul.

Formula isolat kedelai biasanya tidak dianjurkan untuk bayi <6 bulan karena protein nabati yang terkandung dalam susu kedelai tidak selengkap yang ada di sumber hewani, serta tidak mengandung kolesterol yang dibutuhkan bayi untuk tumbuh kembang organ-organ tubuhnya. Namu pada kondisi tertentu misalnya alasan ekonomi, atau bayi tidak bisa menerima formula hipoalergenik lainnya, formula isolat kedelai bisa diberikan.

Diskusikan dengan dokter anak mengenai pemilihan susu, apakah sebaiknya menggunakan susu sapi hidrolisat ekstensif ataukah isolat protein kedelai, karena kondisi tiap anak tentu berbeda. (nid)

 

Baca juga: Beban Berat Alergi