Stroke Usia Muda, Waspadai Stenosis | OTC Digest

Stroke Usia Muda, Waspadai Stenosis

Stroke merupakan penyebab kematian nomor 3 di dunia, setelah penyakit jantung dan kanker, tapi merupakan penyebab utama kecacatan. Salah satu penyebab stroke adalah penyempitan pembuluh darah (stenosis).

Data dari Indonesian Stroke Registry yang dilakukan di 18 rumah sakit pada 2014, menunjukkan, dari 5.411 pasien stroke, 67% merupakan stroke iskemik (sumbatan) dan 33% stroke hemoragik (pecah pembuluh darah).

Dulu stroke identik sebagai penyakit lanjut usia. Kini, rerata usia pasien 30-55 tahun, bahkan usia 22 tahun. Ada kondisi tertentu yang tidak terlihat, tapi meningkatkan risiko stroke, salah satunya adalah penyempitan pembuluh darah arteri.

Stenosis (penyempitan) bisa terjadi pada arteri carotid, yakni pembuluh darah besar yang memasok darah ke kepala dan leher.

Plak bisa terbentuk pada arteri carotid internal yang menyuplai darah ke otak. Plak ada yang lunak, ada yang keras. “Plak yang keras kalau tidak diganggu, akan tetap di tempatnya tapi mempersempit pembuluh darah. Plak yang lunak rapuh dan bisa terlepas,” tutur dr. Andi Darwis, Sp.Rad (K) dari RS Pondok Indah - Puri Indah, Jakarta.

Baca : Kenali AVM, Kelainan Pembuluh Darah Penyebab Stroke

Aliran darah mendorong gumpalan plak (emboli) hingga ke pembuluh darah di otak. Karena pembuluh makin mengecil, emboli dapat menimbulkan sumbatan sehingga aliran darah di bagian tersebut terhambat.

Bila sumbatan bersifat sementara akan menyebabkan transient ischemic attack (TIA) atau stroke ringan. Di satu sisi sumbatan bisa bersifat permanen (stroke).

TIA merupakan tanda peringatan, kadang disebut sebagai gejala stroke. Kondisi ini sering diikuti serangan stroke berat, utamanya dalam dua hari pertama.

TIA berlangsung <24 jam dan biasanya memunculkan tanda seperti lemah, kesemutan, hilangnya sensasi pada tangan/kaki di satu sisi tubuh, atau hilangnya penglihatan di satu mata. Gejala lain yang kurang umum, terdengar suara denyut arteri atau dengung di telinga.

Terapi

Pada stenosis, penanganannya secara umum terbagi dua. Bila sumbatannya ringan-sedang, dokter merekomendasikan perubahan gaya hidup, untuk memperlambat progresi plak.

Berhenti merokok, menurunkan berat badan, mengonsumsi makanan sehat, olahraga teratur serta mengurangi asupan gula, garam dan lemak. Dokter mungkin juga meresepkan obat untuk mengontrol tekanan darah dan menurunkan kolesterol, atau obat pengencer darah untuk mencegah terbentuknya bekuan darah.

Bila sumbatannya berat atau telah terjadi TIA/stroke, sumbatan perlu dihilangkan. Bisa dengan carotid endarterectomy. Dokter membuat sayatan di leher, lalu mengangkat plak di arteri. Selanjutnya, arteri diperbaiki dengan jahitan atau graft.

Angioplasti atau stenting dilakukan bila sumbatan sulit dijangkau dengan endarterectom, atau pasien memiliki kondisi berisiko bila dilakukan operasi. Prosedurnya, balon kecil dimasukkan melalui kateter ke daerah yang tersumbat. Balon digembungkan untuk meluaskan arteri, lalu dimasukkan stent untuk mencegah arteri kembali menyempit.

“Lebih baik kita tahu dari awal, lalu ditangani. Jangan tunggu sampai stroke,” tutur dr. Andi. (nid - jie)