Seni Perang Melawan Nyamuk | OTC Digest
Nyamuk

Seni Perang Melawan Nyamuk

Buku Seni Perang Sun Tzu menyebutkan: “Kenali dirimu, kenali lawanmu dan kenali medan tempurmu. Dan kau akan memenangi seribu pertempuran.” Ini berlaku juga dalam “pertarungan” menghadapi nyamuk, vektor tular berbagai penyakit berbahaya. Pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan 3M hingga kini jadi andalan kita. Seberapa ampuh senjata ini? “PSN 3M sebenarnya berpengaruh, tapi perlu pendekatan terpadu,” ungkap Dr. dr. Leonard Nainggolan Sp.PD-KPTI, Konsultan Penyakit Tropik dan Infeksi dari Perhimpunan Peneliti Penyakit Tropik dan Infeksi Indonesia (PETRI).

Maksudnya, perlu strategi yang lebih spesifik sesuai dengan sifat dan karakteristik nyamuk. Tiga spesies yang banyak menyebarkan penyakit (Culex, Anopheles dan Aedes aegypti) memiliki karakteristik tersendiri. Dengan mengenalisifat-sifat mereka, kita bisa melakukan tindakan yang lebih tepat sasaran.

Sekadar informasi, pada dasarnya,  nyamuk (betina maupun jantan) makanan utamanya berupa sari bunga dan buah. “Yang menggigit itu hanya nyamuk betina, karena ia membutuhkan protein dalam darah untuk perkembangan telurnya,” jelas Dr. dr. Leo.

 

Culex

Culex adalah nyamuk “biasa” yang sering kita jumpai di kebun dan dekat parit. Namun sesungguhnya, nyamuk ini bisa menularkan ensefalitis (radang otak) dan filariasis. Filariasis disebabkan oleh cacing parasit jenis filarial, misalnya Wuchereria bancrofti. Cacing ini penyebab utama filariasis limfatik; bila tidak diobati bisa menjadi kronis dan timbullah elephantiasis (kaki gajah). Infeksi ini menyebabkan penyumbatan kelenjar getah bening (limfatik) di daerah paha. “Karena terjadi sumbatan, aliran di pembuluh limfatik jadi terhambat sehingga menimbulkan bengkak yang disebut kaki gajah,” terang Dr. dr. Leo.

Filariasis memang jarang menimbulkan kematian, tapi menyebabkan stigma sehingga penderitanya merasa malu. Aktivitas sehari-hari pun jadi terganggu. Tentunya, berjalan jadi sulit karena kaki bengkak. Bila bengkak sudah terjadi hingga begitu besar, “Tidak ada lagi pengobatan.” Pengobatan hanya untuk memperkecil bengkak, tapi tidak bisa kembali ke ukuran normal.

Gejala akut dari filariasis yakni demam berulang selama 3-5 hari; bisa hilang saat istirahat dan muncul lagi setelah bekerja berat. Bengkak di leher, ketiak, atau paha, tanpa ada luka. Muncul sakit yang menjalar dari paha keujung kaki, dan bisa ada pembesaran tungkai, lengan, buah dada, buah zakar, dan terasa panas.

Culex bisa mengigit manusia maupun hewan sebagai sumber makanannya (darah). Nyamuk ini berkembang biak di septic tank, saluran air, parit, kolam, rawa, bentangan sungai, selokan. Intinya air yang banyak mengandung bahan organik karena larva nyamuk ini membutuhkannya sebagai makanan. Nyamuk dewasa beristirahat pada tumbuhan di tempat gelap yang ada di sekitar rumah dan pinggir jalan. Culex aktif mengigit sejak senja, sepanjang malam, hingga menjelang fajar.

Untuk itu, penting untuk membersihkan sumber air yang berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk. Sebisa mungkin hindari kebun atau rawa-rawa di siang hari, atau kenakan baju berlengan panjang dan celana panjang bila bepergian ke tempat seperti itu. Losion anti nyamuk juga bisa digunakan. Untuk menghindari gigitan nyamuk di malam hari, pasanglah kelambu di tempat tidur. Obat semprot bisa digunakan di dalam rumah.

 

Anopheles

Anopheles betina yang menularkan malaria, bertelur sebanyak 50 – 200 telur dalam sekali waktu. Bisa mengigit manusia maupun hewan, dan bisa “beroperasi” di dalam maupun di luar rumah. Masa metamorfosisnya dari telur hingga menjadi nyamuk dewasa berlangsung dalam 7 – 14 hari. Menyukai daerah dengan kelembapan tinggi.

Habitatnya mencakup air mengalir maupun air diam yang jernih. Air mengalir misalnya saluran air, selokan/parit yang mengalir lambat, hingga saluran irigasi maupun sungai yang beraliran deras. Air tergenang misalnya waduk, rawa-rawa, “Dan yang sering terabaikan adalah sumur.” Malaria utamanya menyebar di daerah perkebunan, pantai, hutan dan bersawahan; lebih banyak di luar perkotaan.

“Pada beberapa daerah yang sudah tidak ada kasus malaria, bisa terjadi endemis kembali akibat perubahan lingkungan yang memudahkan perkembangan nyamuk,” papar Dr. dr. Leo. Akibat perubahan iklim, bisa terjadi peningkatan curah hujan. Sedangkan, curah hujan merupakan salah satu faktor yang memengaruhi perkembangbiakan Anopheles. Selain itu, nyamuk ini juga mengalami resistensi terhadap insektisida, dengan kadar yang bervariasi dari ringan hingga berat.

Anopheles biasanya berada di luar (outdoor), lalu memasuki rumah mulai pukul 17 – 22. “Mulai aktif menggigit larutmalam, puncaknya tengah malam sampai menjelang pagi,” tegasnya. Karenanya, penggunaan kelambu di daerah endemis malaria  sangat efektif sebagai pencegahan. Memiliki habitat dan “jam kerja” yang mirip dengan Culex, maka tindakan untuk melindungi diri dari Culex juga bisa diterapkan untuk melindungi diri dari Anopheles. (nid)

Bersambung ke: Perlu Banyak Senjata untuk Hadapi Ae. Aegypti