kasus harian covid-19 di indonesia tembus 6000

Rekor Baru Kasus COVID-19 Harian Tembus 6000, Pandemi Masih Ada Dan Belum Mereda!

Setelah sebelumnya rerata kasus harian COVID-19 di Indonesia ada di angka 5000-an, pada 29 November 2020 lalu Indonesia kembali mencatat rekor kasus harian dengan 6.267 kasus. Positivity rate lompat dari 14% menjadi 20%.

Dalam satu hari – per 29 November - Kemenkes mencatat total kasus COVID-19 di Indonesia mencapai 534.266 kasus, dengan penambahan kasus aktif sebanyak 2.288 dari sebelumnya (total kasus aktif 71.658), dan total jumlah meninggal dunia pun naik 169 kasus menjadi 16.815.

Kenaikan angka tersebut dibarengi penambahan jumlah tes, dengan 42.903 tes spesimen (total tes spesimen sebanyak 5.655.692) dan 31.021 orang yang dites PCR  (total tes PCR ke 3.797.881 orang).

Dr. Dirga Sakti Rambe, MSc, SpPD, ahli penyakit dalam dan pegiat vaksin dalam akun Twitternya (@dirgarambe) menuliskan: Hanya berselang beberapa hari, Indonesia kembali mencatat rekor kasus harian COVID-19 dengan 6.267 kasus pada 29 November 2020. Positivity rate melompat dari 14% menjadi 20%.

Rumah sakit mulai penuh. Nakes (tenaga kesehatan) dipaksa bertempur lagi. Yang menyedihkan kondisi ini tidak dipersepsi masyarakat sebagai situasi gawat. Sekadar angka. Pandemi masih panjang,” cuitnya.

Sebelumnya dalam Indonesia Situation Report edisi 35 (diterbitkan 25 November 2020) yang dibuat oleh WHO Indonesia dijelaskan terjadi peningkatan kasus per 100 ribu populasi di Pulau Jawa. WHO mengritisi bila jumlah testing menurun saat akhir pekan, serta testing keseluruhan dan positivity rate yang buruk.

WHO juga mengatakan ada perbedaan definisi kematian antara WHO dan Indonesia. Dalam laporannya, WHO menegaskan bahwa tingkat kematian Indonesia hanya didasarkan dari data kasus positif yang meninggal dunia. Padahal WHO mendefinisikan kasus kematian probable maupun suspek yang memiliki gejala mirip COVID-19 harus dicatat sebagai angka kematian yang berhubungan dengan COVID-19.

Dalam laporan tersebut pada periode 19 – 25 November 2020 ada lebih 500 kasus baru di 13 provinsi, 101-500 kasus baru di 17 provinsi, dan 4 provinsi dengan 11-100 kasus baru.

Saat itu rerata kasus harian dalam sepekan ‘masih’ 4.731 kasus / hari, dengan 60,1% kasus terdapat di Pulau Jawa. Angka tersebut meningkat signifikan dibanding pekan awal November dengan 3.562 kasus / hari.

Hingga 23 November 2020, jumlah tes spesimen dan orang secara berurutan adalah 40.083 dan 27.334 orang. Di hari yang sama jumlah kasus suspek sebanyak 66.279. WHO menulis ada celah yang besar antara jumlah kasus suspek dengan orang yang dites.

“Sangat penting untuk meningkatkan kapasitas laboratorium dan memastikan suplai tes yang cukup untuk semua kasus suspek. Rapid test antigen bisa digunakan untuk meningkatkan kapasitas tes, terutama di daerah yang akses laboratorium tes PCR-nya terbatas atau yang hasil tes PCR nya lama,” himbau laporan tersebut.

Data-data tersebut menunjukkan bahwa penularan COVID-19 di Indonesia semakin masif, dan belum sepenuhnya terkendali.

Kesembuhan bertambah

Walau ada kritik dalam penanganan  pandemi, Satgas Penanganan COVID-19 mengatakan kesembuhan pasien COVID-19 setiap hari terus bertambah.

Dari data Kementerian Kesehatan per 29 November 2020, pasien sembuh hari itu bertambah sebanyak 3.810 orang. Penambahan harian ini terus meningkatkan jumlah kesembuhan kumulatif menjadi 445.793 orang atau 83,4%.

Pandemictalks – sebuah platform info & data COVID-19 di Indonesia dari spektrum sains, kesehatan dan sosial - menilai pemerintah melakukan ‘cherry picking data’ karena selalu menonjolkan angka kesembuhan. Ini berisiko membuat masyarakat tidak waspada dan abai.

“Glorifikasi kesembuhan adalah ‘toxic positivity’, karena tidak menyelesaikan masalah utama pandemi di Indonesia yakni testing dan tracing yang tidak adekuat, penyebaran virus yang semakin laju dan tingkat kematian masih tinggi,” tulis Pandemictalks.

Berdasarkan data woldometer (pada 27 November 2020) tingkat kesembuhan Indonesia saat ini (83%) berada di atas tingkat kesembuhan global (69,2%). Indonesia berada di nomor 11 secara global, berada di bawah Chile (95,5%), India (93,6%), Filipina (91,3%), bahkan Iraq (87,1%). (jie)