kenapa varian omicron lebih menular tetapi kurang berbahaya

Peneliti Menjelaskan Kenapa Varian Omicron Lebih Menular Tetapi Kurang Berbahaya

Penelitian menunjukkan perbedaan terbesar bagaimana virus corona varian Omicron bereplikasi dibandingkan varian lain, yang menjelaskan kenapa Omicron lebih menular tetapi kurang berbahaya.

Peneliti melihat omicron berkembang biak lebih cepat di saluran napas, tetapi melambat di paru-paru. Dibandingkan dengan varian Delta, Omicron bereplikasi 70 kali lebih cepat di jaringan sepanjang saluran napas, yang memungkinkan penyebaran dari orang ke orang.

Tetapi saat sampai di paru-paru, replikasinya menjadi 10 kali lebih lambat dibandingkan virus corona varian original. Peneliti menengarai hal inilah yang mungkin menyebabkan Omicron lebih menular tetapi kurang berbahaya, tidak memicu penyakit yang parah.   

Tidak sadar sebarkan virus

Sebagian besar orang yang terinfeksi varian Omicron tidak bergejala berat, atau bahkan tanpa gejala. Kondisi ini berpotensi membuat penderita tidak sadar bila ia bisa menyebarkan ke orang lain.

Dalam jurnal JAMA Network Open dijelaskan penularan Omicron tanpa gejala ini terjadi pada 40,5% dari total kasus Omicron di seluruh dunia. Peneliti mengambil data dari 77 penelitian dengan total 19.884 orang terkonfirmasi positif COVID-19.

Mereka menemukan kasus infeksi dalam komunitas umum sekitar 40%nya tanpa gejala. Selain itu 54% pada ibu hamil, 53% penularan terjadi dalam perjalanan, 48% penghuni atau staf panti jompo dan 30% pada pekerja atau pasien rumah sakit.

Persentase pasien tanpa gejala adalah 46% di Amerika Utara, 44% di Eropa dan 28% di Asia. “Tingginya angka infeksi tanpa gejala meningkatkan risiko transmisi di komunitas,” tulis Min Liu, dari Peking University, China, melansir India Times.  

Omicron menempel lebih kuat

Walau sebagian besar kasus infeksi varian Omicron adalah tanpa gejala atau bergejala ringan, kemungkinan bahaya dari varian Omicron tetap ada. Peneliti melihat bila antibodi penetral yang terbentuk tidak seluruhnya mampu memerangi Omicron.

Dr. Michael Chan Chi-wai, peneliti dari Hong Kong University mengatakan, penting untuk dicatat bila tingkat keparahan penyakit tidak ditentukan hanya oleh replikasi virus.

“Tetapi juga oleh respons imun tiap individu terhadap infeksi tersebut, yang kadang kala berubah menjadi reaksi peradangan yang mengancam jiwa,” katanya.

Dr. Chan menambahkan “Penelitian terbaru kami menunjukkan bahwa varian Omicron dapat lolos dari sebagian antibodi yang diperoleh lewat vaksinasi atau infeksi sebelumnya, ancaman keseluruhan dari Omicron mungkin akan signifikan.”

Peneliti melihat Omicron mencengkram sel dengan lebih kuat, menahan sebagian antibodi. Menggunakan pemodelan komputer tentang protein paku varian Omicron, peneliti menganalisa interaksi molekul yang terjadi saat virus ini menempel reseptor (protein di permukaan sel manusia) yang disebut ACE2, ini adalah pintu masuk virus menginfeksi sel manusia.

“Ibaratnya, pada virus original ia bersalaman dengan ACE2, tetapi Omicron seperti pasangan yang berpegangan tangan dengan jari-jari mereka terjalin,” kata Joseph Lubin dari Rutgers University di New Jersey, AS.

Tim peneliti juga memodelkan protein paku ini dengan beberapa antibodi yang berbeda yang mencoba menyerangnya. Antibodi menyerang dari arah yang berbeda. Beberapa antibodi tetap efektif menyerang Omicron, sementara lainnya tidak.

“Vaksin booster diketahui meningkatkan kadar antibodi, sehingga pasukan pertahanan lebih banyak. Ini bisa menggantikan sampai batas tertentu antibodi yang lebih lemah,” Lubin menjelaskan dalam tulisannya yang dipublikasikan situs biorxiv.org.

Sebagai informasi, riset ini belum yang belum ditinjau/dinilai oleh peneliti lain (peer review) untuk menentukan kualitas penelitian. (jie)