Penderita Diabetes Rentan Mengalami Infeksi Gusi, Ini Sebabnya | OTC Digest

Penderita Diabetes Rentan Mengalami Infeksi Gusi, Ini Sebabnya

Diabetes kini semakin banyak penderitanya, tak hanya menyerang orang lanjut usia, orang dewasa muda, bahkan anak-anak pun banyak yang terkena penyakit ini. Dari kondisi kadar gula yang tidak terkontrol, penderita bisa mengalami komplikasi bermacam penyakit, salah satunya periodontitis atau penyakit tulang dan gusi.

Gusi berfungsi untuk melindungi jaringan serta akar gigi terhadap rangsangan dari luar, khususnya dari bakteri di mulut. Bagian gusi terpenting adalah bagian di sekitar leher gusi, yang menyerupai sekat yang menghalangi masuknya bakteri rongga mulut ke jaringan sekitar akar gigi.

Drg. Sandra Olivia, MARS, SpPerio, staf pengajar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia menjelaskan, tanda awal masalah gusi adalah adanya darah saat kita sikat gigi; disebut radang gusi (gingivitis). Gusi berubah menjadi merah - bukan merah muda seperti gusi normal, membengkak dan lembut. Gusi mudah berdarah saat bersentuhan dengan bulu sikat gigi.

Bila gingivitis tidak ditangani dengan baik, dapat menyebabkan yang kondisi lebih parah yang disebut periodontitis. Yakni permukaan gusi semakin turun, perlekatan dengan gigi berkurang sehingga bakteri dengan mudah bisa masuk ke jaringan tulang gigi, menyebabkan infeksi di gusi dan tulang gigi. Gigi rusak, goyang dan kemudian copot.

Penderita DM yang kadar gula darahnya tidak terkontrol, rentan terkena infeksi. Hal ini disebabkan oleh peningkatan glukosa pada cairan gusi dan darah. Di sisi lain kekurangan sel darah putih polimorfonuklear,­ menyebabkan imunitas tubuh menurut. Kondisi ini mengubah lingkungan bakteri di mulut; bakteri jahat menjadi lebih banyak/dominan.

Di mulut terdapat jutaan bakteri, bakteri baik dan yang jahat. Terdapat bakteri periodontik, yang hanya terdapat pada jaringan gusi dan tulang gigi. Bakteri ini termasuk golongan bakteri gram negatif yang anaerobe, alias mampu hidup tanpa oksigen.

Pada penderita DM, terjadi perubahan pembuluh darah yakni menjadi lebih tebal. Efeknya aliran darah menjadi terhambat sehingga gusi tidak mendapat suplai makanan, sementara sisa metabolisme tidak bisa dibuang. Akibatnya sistem pertahanan gusi melemah.

Akibatnya, penderita DM mengalami kehilangan perlekatan antara gusi dan gigi lebih tinggi dibanding yang non-diabetes, dan bakteri dengan mudah masuk. Peningkatan resiko gigi berlubang, juga ditemukan pada pasien dengan diabetes yang tidak terkontrol.

Manifestasi lain adalah mulut menjadi kering, ada sensasi mulut terbakar dan produksi air ludah berkurang yang berakibat meningkatnya bakteri anaerob dalam mulut.

“Yang paling parah, bisa terjadi pembengkakan berisi nanah, karena sudah ada kerusakan pada tulang gigi. Nanah bisa terjadi di gusi bagian dalam atau luar,” ujar drg Sandra.

Penderita DM berusia >30 tahun lebih berisiko mengalami kerusakan jaringan pendukung gigi, meski hal bisa juga terjadi pada golongan usia yang lebih muda. Dan penelitian membuktikan adanya efek kebalikan; ketika gusi dirawat, gula darah penderita akan turun.

Salah satu cara untuk melihat apakah gusi masih baik, adalah dengan melakukan cek tulang gigi (periodontal probe). Alat ini mengukur kedalaman tulang gigi dari permukaan gusi. Bila 0-2 mm berarti sehat, lebih dari 3-5 mm ada penyakit gusi ringan dan masih bisa diterapi dengan pembersihan karang gigi, pola hidup bersih, dan pemakaian pasta gigi yang tepat.

“Jika kedalaman antara 6-13 mm berarti sudah rusak berat dan perlu perawatan yang lebih intensif,” jelas drg. Sandra.

Perawatan gusi      

Secara umum, merawat gusi adalah dengan menyikat gigi minimal 2x sehari: pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur, menggunakan bulu sikat yang lembut. Menyikatnya dengan gerakan memutar; ini sekaligus “memijat” gusi.

“Gunakan pasta gigi khusus, yakni yang mengandung sodium bicarbonate (NaHCO3),” papar drg. Sandra.

Pasta gigi khusus gusi mampu mengembalikan keasaman mulut. Juga mencegah perkembangan atau kolonisasi bakteri dalam plak dan mengurangi pembentukan plak. Jika plak di kantong gusi dan karang gigi dibersihkan, otomatis bakteri mulut dapat diminimalisir dan radang diredakan.

“Baik membersihkan gigi dengan benang gigi (floss), namun perlu hati-hati jangan sampai melukai gusi. Bisa berkumur menggunakan mouthwash untuk membersihkan sisa makanan yang luput dari sikat gigi atau floss,” katanya.

Mengonsumsi banyak air putih, sayuran hijau serta buah dapat menstimulasi aliran air ludah di mulut. Mengurangi makanan karbohidrat olahan dan menghindari rokok.

Yang tak kalah penting, rutin kontrol ke dokter spesialis penyakit dalam untuk mengatasi DM, dan rutin memeriksakan rongga mulut ke dokter gigi spesialis periodonsia, untuk menangani penyakit gusinya. (jie)