Pemeriksaan Laboratorium pada Gangguan Ginjal | OTC Digest

Pemeriksaan Laboratorium pada Gangguan Ginjal

Gangguan ginjal sering tanpa keluhan sama sekali. Tidak jarang, seseorang kehilangan 90% fungsi ginjalnya padahal tanpa merasakan keluhan apa pun.  Anda dapat melakukan pemeriksaan laboraturium untuk mengetahui kondisi ginjal.

Beberapa hal ini perlu Anda ketahui dalam pemeriksaan ginjal.

Pemeriksaan urin

Petunjuk awal adanya kerusakan ginjal, bisa diketahui terutama melalui pemeriksaan urin. Pemeriksaan urin rutin (urinalisis) terdiri dari analisa kimia untuk mendeteksi protein, kreatinin, gula dan keton; dan analisa mikroskopik untuk mendeteksi sel darah merah dan sel darah putih.

“Adanya sel darah dan albumin (sejenis protein) dalam urin, bisa merupakan petunjuk terjadinya kerusakan ginjal,” papar dr. Dharmeizar, Sp.PD-KGH.

Proteinuria, protein di dalam urin

Ginjal sehat mengambil limbah keluar dari darah, tapi meninggalkan protein. Gangguan ginjal menyebabkan kegagalan untuk memisahkan protein darah yang disebut albumin dari limbah. Awalnya, hanya sejumlah kecil albumin bocor ke dalam urin; kondisi ini dikenal sebagai mikroalbuminuria, tanda gagal fungsi ginjal.

Seiring memburuknya fungsi ginjal, jumlah albumin dan protein lain dalam urin meningkat, disebut proteinuria. “Bila protein dalam urin positif dan terjadi selama lebih dari 3 bulan, yang bersangkutan bisa dikatakan telah mengalami penyakit ginjal kronis,” jelas dr. Dharmeizar.

Baca juga : Deteksi Gangguan Ginjal

Proteinuria bisa terjadi terus menerus atau hilang timbul, tergantung penyebabnya. Selain merupakan pertanda penyakit ginjal, proteinuria terjadi secara normal setelah olahraga berat. Proteinuria juga bisa terjadi pada proteinuria ortostatik, di mana protein baru muncul di urin setelah penderita berdiri cukup lama, dan tidak ditemukan di urin setelah penderita berbaring.

Hematuria, darah di urin

Hematuria bisa diketahui melalui pemeriksaan mikroskopik atau dengan mata telanjang, yakni jika darah sangat banyak maka urin akan berwarna kemerahan. “Hematuria dapat disebabkan oleh perdarahan di saluran kemih dan atau terjadi kerusakan pembuluh darah di ginjal, sehingga ginjal tidak dapat menjalankan fungsi filtrasinya,” jelas dr. Dharmeizar.

Osmolaritas, kepekatan urin

Osmolaritas penting dalam mendiagnosis kelainan fungsi ginjal. Untuk mendeteksi, pada salah satu tes seseorang tidak boleh minum air putih atau cairan lain selama 12-14 jam. Pada tes lain, pasien diberi suntikan hormon vasopresin. Kemudian kepekatan urin diukur. Dalam keadaan normal, kedua tes seharusnya menunjukkan urin yang sangat pekat, tapi pada penyakit ginjal tertentu urin menjadi sangat encer.

Ureum

Pemeriksaan kadar ureum darah merupakan pemeriksaan yang popular sebab mudah dikerjakan dengan teliti dan tepat. Namun kadar ureum darah dipengaruhi banyak faktor di luar ginjal, sehingga mempengaruhi penafsiran hasilnya. Kadar ureum darah akan meningkat pada peningkatan asupan protein, kurangnya aliran darah ginjal, perdarahan saluran cerna bagian atas, infeksi ginjal, pasca-operasi dan trauma obat.

Kreatinin

Kreatinin adalah limbah yang dibentuk oleh kerusakan sel-sel otot normal. Ginjal sehat mengambil kreatinin darah dan memasukkannya ke urin. Ketika ginjal tidak bekerja dengan baik, kreatinin menumpuk dalam darah.

“Bila pada tes urin ditemukan kadar kreatinin positif, maka orang tersebut sudah mengalami penyakit ginjal kronis tingkat lanjut,” kata dr. Dharmeizar.

Pemeriksaan darah

Selain pemeriksaan urin, bisa melakukan pemeriksaan darah untuk mengukur kadar kreatinin dan urea dalam darah. Jika ginjal tidak bekerja, kadar kedua zat itu akan meningkat dalam darah. Laju penyaringan ginjal bisa diperkirakan dengan cara mengukur kadar kreatinin serum. Kadar urea nitrogen darah, juga bisa menunjukkan fungsi ginjal.
 

Pemeriksaan Lanjutan

Pemeriksaan lanjutan untuk mengenali kelainan ginjal, berupa pemeriksaan imaging – radiologis  dan biopsi ginjal. Biasanya, pemeriksaan ini atas indikasi tertentu dan sesuai saran dokter. Prosedur imaging – radiologis  dapat memperlihatkan gambaran mengenai ukuran ginjal, letak ginjal dan adanya penyumbatan atau kerusakan ginjal. Jenis pemeriksaan ini diantaranya foto polos abdomen, rontgen, USG, CT Scan, dan sebagainya.

Sedangkan prosedur biopsi ginjal, dilakukan dengan mengambil contoh jaringan ginjal untuk diperiksa dengan mikroskop. Prosedur ini dilakukan untuk memperkuat diagnosis dan untuk menilai hasil pengobatan. (puj)