Orang Tua Kurang Nutrisi Jangan Dianggap Sepele

Orang Tua Kurang Nutrisi Jangan Dianggap Sepele, Ini Cara Mendeteksinya

Orang tua kurang nutrisi jangan dianggap sepele. “Kalau asupan nutrisi jelek, imunitas juga jelek. Luka jadi sulit sembuh dan risiko infeksi meningkat,” ungkap konsultan geriatri Prof. Dr. dr. Siti Setiati, Sp.PD, K-GER, M.Epid, FINASIM dari FKUI/RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Orang tua kurang nutrisi banyak terjadi, tapi sayangnya sering terabaikan. Tanpa kita sadari, orang tua atau kakek nenek kita pun mungkin mengalaminya.

Seiring pertambahan usia, angka kejadian malnutrisi makin tinggi. Di usia 50-59 tahun, angkanya ‘hanya’ sekitar 22%; meningkat jadi 25% pada kelompok usia 60-69 tahun, 27% pada usia 70-79 tahun, 33% pada 80-90 tahun, dan 37% pada >90 tahun. Malnutrisi bisa berarti kekurangan (terlalu kurus), atau kelebihan gizi (overweight/obes). “Intinya, malnutrisi adalah keadaan defisiensi (kurang), kelebihan, atau ketidakseimbangan antar zat gizi sehingga bisa berdampak pada fungsi tubuh,” tutur Prof. Siti. 

Penelitian yang dilakukan oleh Prof. Siti, dkk dan melibatkan 702 pasien rawat jalan di 10 RS di Indonesia menunjukkan, 56,7% lansia berisiko terhadap malnutrisi, dan 2,14% terbukti malnutrisi. Ini tidak hanya terjadi di Indonesia. “Berbagai negara, termasuk negara maju, menyoroti masalah malnutrisi,” terang Dr. dr. Siti. Di Eropa, 50% pasien >80 tahun dan pasien yang dirawat di rumah, berisiko terhadap malnutrisi.

 

Mengapa orang tua rentan kekurangan nutrisi

Banyak faktor yang memengaruhi terjadinya malnutrisi pada lansia. Faktor sosial misalnya merasa kesepian karena pasangan/anak sudah tidak ada, bisa menurunkan selera makan. Belum lagi masalah psikis, karena tak jarang, orang tua dianggap tidak mandiri dan merepotkan.

Secara anatomis, kemampuan mengecap berkurang sehingga makanan terasa hambar. Indra penciuman berkurang sehingga bau masakan tak lagi menggugah selera. Gigi mulai banyak yang goyang atau tanggal sehingga mengunyah menjadi hal yang sulit. Diare, sembelit, dan sulit mengontrol buang air kecil juga bisa menimbulkan ‘ketakutan’ sehingga lansia malas makan. Ditambah lagi, penyerapan nutrisi pun kurang baik akibat usia yang menua. Gangguan kesehatan misalnya nyeri, rematik atau diabetes, juga mengganggu selera makan.

 

Dampaknya bila orang tua kurang nutrisi

Seperti telah disebutkan, kurang nutrisi akan menurunkan imunitas tubuh orang tua. Ini membuat mereka rentan mengalami infeksi, dan bila ada luka, akan sulit sembuh. 

Risiko komplikasi, morbiditas (kesakitan) dan mortalitas (kematian) juga meningkat; perawatan di RS jadi lebih lama, dan otot mengecil. “Kalau otot menciut, tubuh lemah dan mudah jatuh,” imbuh Prof. Siti. Bila sudah jatuh, ceritanya bisa panjang. Bila tulang sampai patah, mereka harus banyak berbaring (imobil). Padahal, imobilitas adalah salah satu musuh lansia karena meningkatkan risiko infeksi paru.

Penelitian oleh Bryant Liepmann, gangguan nutrisi meningkatkan lama perawatan di RS hingga 42%. Risiko infeksi meningkat 12,4%, dan kematian menigkat hingga hampir 15%. Biaya rerata harian pasien yang kurang nutrisi, 65% lebih tinggi daripada pasien yang status nutrisinya baik. Ini belum termasuk biaya ruangan, obat dan biaya lain selama perawatan. Kualitas hidup pun akhirnya memburuk; hanya karena masalah sepele kurang nutrisi.

 

Mendeteksi orang tua kurang nutrisi

Orang tua kurang nutrisi sering terabaikan karena kita kerap menganggap bahwa orang tua rapuh dan lemah adalah hal yang “normal”. Di banyak RS di luar negeri, kini setiap pasien wajib diperiksa status nutrisinya. Ada berbagai metode skrining yang bisa dilakukan oleh dokter untuk mendeteksi apakah orang tua kurang nutrisi.

Untuk kita masyarakat awam, harus lebih jeli dan peduli terhadap kondisi orang tua atau kakek nenek. Coba perhatikan, apakah ada penurunan berat badan (BB), penyakit akut atau stres dalam 3 bulan terakhir. Apakah ada depresi atau dimensia. Apakah nafsu makan berkurang dalam 3 bulan terakhir. Bila kita menemukan gejala-gejala demikian, ada baiknya segera mengajak merekake dokter spesialis geriatri, dan minta agar status nutrisi mereka diperiksa.

Bila dalam skrining dicurigai ada malnutrisi, pemeriksaan akan dilanjutkan dengan pengkajian. Bila hasilnya positif, maka dibutuhkan terapi nutrisi, serta monitoring dan evaluasi. Seandainya tidak ada gejala malnutrisi, tetap tidak ada ruginya memeriksakan orang tua kita. Skrining akan mencegah malnutrisi, atau memutus mata rantai malnutrisi yang sudah terjadi. Kita tidak bisa memperpanjang usia lansia, namun kita bisa meminimalkan disabilitas dan ketergantungan sehingga mereka bisa terus aktif dan mandiri.

Menua adalah proses alami, yang pasti terjadi pada semua mahluk hidup. “Menua itu pasti. Tantangannya adalah, bagaimana kita menua tapi tetap sehat, aktif, mandiri, tetap bisa melakukan aktivitas,” pungkas Prof. Siti. (nid)

 

Bersambung ke: Memperbaiki Status Nutrisi Orang Tua