olahraga ekstrim picu serangan jantung

Olahraga Ekstrim Picu Aritmia Dan Serangan Jantung

Banyak artis Indonesia yang meninggal di usia muda karena serangan jantung , sebut saja Adjie Massaid dan Ashraf Sinclair. Mereka dikenal getol olahraga. Olahraga terbukti baik untuk pencegahan penyakit jantung, tetapi olahraga terlalu ekstrim justru bisa melukai jantung, memicu aritmia dan serangan jantung.

Olahraga ibarat pisau bermata dua : bisa bermanfaat sekaligus berbahaya. Penelitian yang dilakukan oleh James H. O’Keefe dari Mid America Institute of Saint Luke’s Hospital, Kansas City, menyebutkan beberapa atlet yang berolahraga dengan intensitas sangat tinggi, dalam jangka waktu lama, memiliki risiko masalah jantung yang lebih tinggi daripada mereka yang berolahraga moderat.

Olahraga endurance yang dilakukan dalam waktu lama bisa menyebabkan kerusakan jantung dan gangguan irama jantung (aritmia). Mereka dengan faktor risiko genetik adalah kelompok yang sangat rentan.

Membebani otot jantung

Berbeda dengan weekend warriors, yang hanya olahraga ringan-sedang di akhir pekan, atlet dituntut untuk bisa melampaui batasan kemampuan fisik mereka.

Jarak tempuh semakin ditambah, atau menambah kecepatan lari. Atlet tak jarang harus mengesampingkan rasa sakit, lelah, bahkan dehidrasi. Istilah yang kerap kita dengar adalah : no pain no gain.  

Riset yang diterbitkan European Heart Journal menemukan bukti bahwa pemain ski lintas negara memiliki kenaikan risiko aritmia ketika mereka bermain ski lebih lama dan lebih cepat.

Temuan keseluruhan menunjukkan bahwa latihan yang melelahkan serta berulang kali akan membebani otot jantung - bukan hanya otot rangka - dan kerusakan tersebut dapat menyebabkan masalah jantung.

Studi lain oleh McCullough PA (diterbitkan di jurnal Nephrology 2011) menyatakan, latihan endurance ekstrim dan jangka panjang memberi beban yang sama ekstrimnya pada sistem kardiovaskular. Para ahli menemukan bahwa setelah atlet marathon menyelesaikan lomba lari ekstrem, sampel darah mereka mengandung biomarker yang terkait dengan kerusakan jantung.

'Indikator kerusakan' ini biasanya hilang dengan sendirinya. Tetapi ketika jantung mengalami tekanan fisik ekstrem berulang kali, kerusakan "sementara" tadi dapat menyebabkan apa yang disebut "renovasi" jantung, atau perubahan fisik seperti dinding jantung yang lebih tebal dan jaringan parut.

Hal tersebut juga dapat meningkatkan risiko aritmia, terutama untuk orang yang sudah memiliki masalah jantung sebelumnya seperti kardiomiopati hipertrofik (penebalan ruang jantung) atau penyakit jantung koroner.

Panduan olahraga

Para ahli setuju, baik Anda adalah seorang penggemar olahraga, seorang pemula atau sedang dalam tahap rehabilitasi jantung, aktivitas fisik baik untuk Anda.

The American Heart Association (AHA) merekomendasikan minimal 150 menit aktivitas fisik intensitas sedang per minggu.

Olahraga intensitas sedang meliputi sepeda santai, jogging atau berenang. Secara umum Anda masih bisa bercakap-cakap dengan normal  (tidak terengah-engah) saat melakukan olahraga intensitas sedang.

Yang tidak kalah penting adalah asupan nutrisi dan air minum. Pastikan kecukupan protein untuk memperbaiki kerusakan-kerusakan jaringan yang terjadi selama Anda berolahraga. Dehidrasi atau over hidrasi (terlalu banyak minum) bisa berbahaya untuk jantung Anda.

Jika Anda memiliki gejala, riwayat kondisi jantung, atau faktor risiko penyakit jantung, tanyakan kepada dokter sebelum memulai atau mengganti jenis olahraga.

Bagi atlet yang memiliki gejala baru atau didiagnosis penyakit jantung, atau mereka yang khawatir tentang kelanjutan kompetisi atau olahraga endurance, Anda harus dievaluasi oleh ahli jantung olahraga. (jie)