Mengenali Tanda dan Gejala Shaken Baby Syndrome

Mengenali Tanda dan Gejala Shaken Baby Syndrome

Orang tua harus jeli mengenali tanda dan gejala shaken baby syndrome. Tidak sedikit orangtua yang menjalani tuntutan pengadilan kecurigaan telah terjadi shaken baby syndrome atau Sindrom Menangis Si Kecil (SMS). Di Inggris misalnya, sekitar 250 kasus SMS per tahun disidang di pengadilan. Namun, keputusan bersalah yang dibuat pengadilan tidak selalu tepat.

Menurut dr. Waney Squier, saat bayi lahir, lapisan dura memiliki saluran darah besar yang dapat bocor, tanpa harus disebabkan cedera. Hal ini akan menghilang pada usia dua tahun. Ahli saraf anak asal Inggris yang telah sering bersaksi untuk kasus SMS dan meneliti otak bayi ini menyimpulkan, diagnosis SMS harus harus disertai dengan bukti lain misalnya kerusakan serius pada leher, karena saat bayi diguncang, terjadi tekanan pada leher akibat hentakan kepala.

Berikut ini petikan wawancara dengan dr. Dito Anurogo seputar bagaimana mengenali tanda dan gejala shaken baby syndrome.

 

Bagaimana mengenali tanda dan gejala bahwa bayi mengalami SMS?

Bayi yang menjadi korban SMS sebagian besar dilaporkan mengalami gejala berupa: letargi (mengantuk), pincang, muntah tanpa alasan yang jelas, sesak napas hingga henti napas, dan kejang-kejang. Semua ini bisa disertai tanda-tanda trauma luar. Terjadi perubahan perilaku seperti turunnya selera makan/minum termasuk enggan disusui; mudah marah, tersinggung tanpa sebab; tangisannya bernada tinggi; hilangnya keterikatan sosial (tidak dapat tersenyum, mendengkur, dsb); jeleknya koordinasi menghisap, menyusu atau menelan; pola napas tidak teratur.

Trias klasik SMS adalah pembengkakan otak, perdarahan subdural, dan perdarahan retina. Sebagian ahli menambahkan kriteria: disfungsi neurologis seperti kejang-kejang atau kejadian mengancam kehidupan yang akut.

Tanda-tanda fisik yang mengindikasikan SMS antara lain trauma kepala berupa luka memar; bengkak dan/atau luka di kulit kepala; deformitas (kelainan bentuk) tengkorak kepala; fraktur (patah) iga paravertebra atau di tempat lain tergantung bagaimana bayi tersebut "diperlakukan". Pandangan mata bayi/anak tidak dapat fokus ke satu arah. Terjadi perdarahan dan/atau keluarnya cairan jernih (yang mengelilingi otak) dari hidung atau saluran telinga. Memar di tubuh karena kekuatan cengkeraman pelaku, atau sebagai konsekuensi dari dipukul dengan benda-benda tumpul misalnya sendok kayu, sapu, dan sebagainya.

Juga perlu diwaspadai berbagai faktor risiko SMS; diklasifikasikan menjadi dua kategori. Pertama faktor risiko keluarga, misalnya dinamika keluarga yang tidak stabil atau tak harmonis; orangtua tunggal dan/atau berusia muda sehingga emosinya belum stabil; latar belakang pendidikan rendah; kekhawatiran akan kebutuhan primer (sandang, papan, pangan, finansial); tekanan sosial yang begitu hebat-kuat; kekerasan domestik; penyalahgunaan alkohol/obat; penyakit mental parental (terutama depresi pasca melahirkan); keterbatasan atau ketiadaan sistem dukungan (keluarga, masyarakat, tetangga, religi, dsb); orang dewasa lain yang tinggal atau menumpang di rumah.

Kedua, faktor risiko bayi/anak, berupa: ancaman keguguran; kehamilan yang tidak dikehendaki; berbagai faktor risiko perinatal misalnya prematuritas, malformasi bayi, kelahiran kembar; bayi mengalami kolik; jenis kelamin laki-laki.

 

Apa yang pertama kali harus dilakukan orangtua/pengasuh saat mengenali tanda dan gejala shaken baby syndrome?

Segera dibawa ke dokter anak atau ke IGD/UGD terdekat. Akan dilakukan penanganan kegawatdaruratan. Prosedur ABC (Airway, Breathing, Circulation) menjadi modalitas utama dalam tatalaksana awal SMS. Life-sustaining measures seperti dukungan napas dan operasi untuk menghentikan perdarahan di otak juga direkomendasikan untuk kasus SMS. Referensi lain menyebutkan bahwa tatalaksana SMS serupa dengan manajemen perdarahan kepala pada umumnya, misalnya prosedur drianase dengan pembedahan.

Bila telah telanjur terjadi kerusakan otak, maka sangat sulit diperbaiki, mengingat regenerasi otak belum terjadi pada bayi. Dengan kemajuan riset sel punca pada otak ditunjang

perkembangan di bidang nanoteknologi dan nanomedicine yang begitu pesat, bisa saja ada harapan untuk penderita SMS. Namun yang terbaik, mencegahnya jangan sampai terjadi. Menurut Tasar MA, dkk (2015), Program Pencegahan Shaken Baby Syndrome ala Australia yang dilakukan di Turki, proses edukasi diberikan sebelum kelahiran dan di masa postnatal (tiga hingga tujuh hari setelah melahirkan) lebih efektif dibandingkan jika diberikan segera di periode postnatal.

___________________________________________

Ilustrasi: People photo created by freepik - www.freepik.com