Mengenal Teknologi Cath Lab: Perkecil Risiko Kematian akibat Serangan Jantung | OTC Digest

Mengenal Teknologi Cath Lab: Perkecil Risiko Kematian akibat Serangan Jantung

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), penyakit jantung merupakan penyebab utama kematian di Indonesia, dengan jumlah sekitar 35% pada tahun 2016. Dari berbagai jenis penyakit jantung, penyakit jantung koroner (PJK) adalah yang paling banyak terjadi.

PJK disebabkan oleh penyempitan / sumbatan di pembuluh koroner yang menyupai darah ke jantung.  Sangat penting untuk dilakukan tindakan penyelamatan secepatnya saat terjadi serangan jantung, yakni dengan revaskulari sasi (mengembalikan aliran darah).

Golden period (waktu terbaik) tindakan revaskularisasi adalah <12 jam. Karena otot jantung sekali rusak, ia tidak lagi bisa kembali seperti sedia kala. Bila tindakan intervensi dilakukan di bawah 12 jam kerusakannya lebih sedikit dan kemungkinan pulihnya lebih baik,” terang dr. Siska Suridanda Danny, SpJP(K), dari RS Pusat Jantung Nasional Harapan Kita, Jakarta.

Revaskularisasi perlu segera dilakukan bila seseorang mengalami gejala serangan jantung. Sangat disarankan segera bawa pasien ke rumah sakit, jangan menunggu atau melakukan terapi tradisional, seperti kerokan atau menepuk-nepuk lengan.   

Ditambahkan oleh Prof. dr. Asikin Hanafiah, SpJP(K), “Makin banyak waktu yang terbuang, makin banyak otot jantung yang rusak. Waktu <12 jam itu harus digunakan betul, kalau pasien datang dalam 90 menit bisa diperbaiki sirkulasinya, dalam 2-3 hari bisa pulang seperti orang biasa.”  

Cath lab

Terapi pada serangan jantung akut (mendadak) antara lain adalah fribrinolitik dengan mengonsumsi obat-obatan untuk pengencer darah atau menghancurkan sumbatan, seperti obat golongan nitrat (nitrogliserin).

Bila sumbatan berat tidak bisa ditangani dengan obat, dibutuhkan terapi yang lebih ‘agresif’, yakni dengan intervensi koroner perkutan /PCI (kateterisasi, pamasangan stent/ring dan balonisasi), atau tindakan bedah bypass arteri koroner.

“PCI adalah tindakan yang paling baik untuk mengembalikan aliran darah koroner. Untuk melakukan tindakan itu diperlukan teknologi cath lab. Ini merupakan suatu ruangan / sarana yang menyediakan mesin x-ray (sinar X) untuk membantu memandu dokter menentukan lokasi sumbatan, dan membantu mengembalikan aliran darah,” papar dr. Sisca dalam acara GE Healthcare Berkomitmen Meningkatkan Layanan Kardiologi Intervensi di Indonesia, pada 28 Novembar 2019 lalu.  

Teknologi cath lab membantu kecepatan dan ketepatan saat melakukan kateterisasi koroner. Selama kateterisasi jantung, menggunakan bantuan x-ray, selang (kateter) dimasukkan ke dalam pembuluh darah dari lipat paha / leher / lengan menuju ke jantung.

Setelah kateter terpasang di jantung, dokter dapat melakukan tes diagnostik, melihat kondisi pasien secara real-time, dan merencanakan jalannya perawatan dengan lebih cepat.

Teknologi cath lab akan mengurangi waktu yang dibutuhkan dokter untuk mendiagnosis, dan memungkinkan dokter memberikan sejumlah perawatan segera pada kasus - kasus yang kompleks dan mengancam jiwa.

Dr. Sisca menjelaskan, berdasarkan data di RS Harapan Kita tahun 2018 -2019, angka kematian pasien serangan jantung akut yang menjalani revaskularisasi  adalah 7,4%, dibandingkan 15,3% tanpa revaskularisasi.

Sebagian besar tindakan revaskularisasi adalah pemasangan cincin / stent di cath lab. Teknologi cath lab dapat mengurangi risiko kematian akibat serangan jantung hingga setengahnya (dari 15,3% menjadi 7,4%). (jie)

Baca juga : Kenapa Serangan Jantung Terjadi di Pagi Hari