Mengenal Kanker Paru | OTC Digest

Mengenal Kanker Paru

Berkaca pada peristiwa meninggalnya Menkes dr.Endang Rahayu Sedyaningsih, pada 2012 lalu,  menyisakan sejumlah pertanyaan. Seberapa ganaskah penyakit kanker paru dibanding kanker yang lain? Mengapa penyakit ini tidak bisa terdeteksi sejak dini dengan ilmu kedokteran yang sudah maju.

Menurut dr. Asrul Harsal, SpPD, KHOM dari RS Kanker Dharmais, kanker paru terjadi ketika timbul sel yang tidak normal di saluran bronkus (saluran udara besar yang masuk ke paru-paru). Bisa bermetastasis atau menyebar ke organ lain, seperti kelenjar anak ginjal, hati, tulang dan otak.

Dibanding jenis kanker lain, kanker paru termasuk yang paling mematikan. Gejala awalnya hanya batuk, sehingga sering diduga flu/batuk biasa. Ditambah lagi, karena letaknya yang tersembunyi, bila masih stadium awal (1&2) kanker ini sulit dideteksi. Setelah stadium III atau IV, baru muncul gejala yang lebih berat (napas sesak, tidak nafsu makan, berat badan menurun, dan lain-lain) dan bisa dideteksi.

Kanker paru banyak disebabkan oleh rokok. Merokok satu bungkus sehari, berisiko kena kanker paru 25 kali lebih besar dari yang tidak merokok. Penelitian juga menyebutkan, perokok pasif ikut berisiko terkena kanker ini, dibanding yang tidak terkontaminasi asap rokok sama sekali. 

Faktor Gen

Penyebab lain kanker paru, 5-10% karena paparan zat asing di tempat kerja yang bersifat radioaktif. Juga mereka yang bekerja dengan asbes, kromat, nikel, arsen atau pancaran oven arang.

Yang tak bisa dihindari adalah faktor genetik. Penyakit ini, menurut dr. Asrul, memang bisa muncul, “Karena ada ‘bakat’ (faktor gen) dan trigger.” Mengenai faktor genetik,  Mellisa Conrad Stoppler, MD dari  the University of California, San Francisco School of Medicine, menyatakan banyak penelitian menunjukkan kanker paru bisa dialami oleh mereka yang keluarganya ada yang menderita kanker paru.

Penelitian yang dilakukan International Agency for Research on Cancer (IARC) yang melibatkan 10.000 orang dari 18 negara, mengidentifikasi adanya sekelompok kecil DNA mengandung gen dalam kromosom 15, yang bereaksi terhadap nikotin dan racun rokok lain (nicotinic acetylcholine receptor genes).

Kanker paru dapat timbul di bagian mana pun di paru-paru, tapi 90-95% timbul dari sel epitel – sel yang melapisi bronkus (saluran udara besar) dan bronkioli ( saluran kecil di paru). Sebagian kecil bisa muncul dari pleura (lapisan tipis pembungkus paru dan dinding dada).

Kanker ini ada 2 tipe. Pertama, kanker paru sel kecil (small cell lung cancers) yang lebih agresif dan berhubungan erat dengan racun rokok. Kedua, kanker paru bukan sel kecil (non-small cell lung cancers); 80% penderita kanker paru adalah jenis ini.

Gejala

Kanker paru sulit dideteksi, terutama bila tumor primer yang menempel di paru berukuran kecil. Sel yang menyebar pun berukuran kecil, sehingga tidak menimbulkan gejala kesakitan atau keluhan pada penderita. Ketika organ di sekitar paru mulai tergerogoti, keluhan baru muncul.

“Kanker ini, ketika ditemukan lewat CT scan berbentuk bulatan kecil, seperti koin, hingga disebut coin lesion. Pasien dengan satu coin lesion kerap tidak merasakan gejala,” ujar Mellisa. Gejala paling awam adalah batuk yang menetap, namun gejalanya tergantung dari lokasi tumor itu tumbuh.

Pasien bronkitis kronis yang menderita kanker paru, biasanya batuknya makin parah. Bisa berupa batuk menetap disertai dahak berdarah, ketika kanker menyebar ke jaringan pembuluh darah. Bisa timbul bunyi mengi, karena penyempitan saluran udara di dalam atau sekitar tumbuhnya kanker.

Jika tumor tumbuh di dinding dada, dapat menyebabkan nyeri dada yang menetap. Kanker ini juga bisa menyebabkan penumpukan cairan di paru, menyebabkan sesak napas. Bila menyebar ke saraf di leher, dapat menyebabkan sindroma Horner, yang gejalanya berupa penutupan kelopak mata, pupil mengecil, mata cekung dan berkurangnya keringat di salah satu sisi wajah. (jie)

Baca juga : Penanganan Kanker Paru