Mencari ASI Donor Harus Hati-Hati
ASI_donor

Mencari ASI Donor Harus Hati-Hati

Menyediakan ASI donor, silakan hubungi kami”. ‘Iklan’ semacam ini makin marak di berbagai sosial media seperti Facebook dan Twitter. Bagi ibu, yang karena satu dan lain hal tidak bisa menyusui, ASI donor bisa menjadi jalan keluar. ASI (air susu ibu) yang diperoleh dari donor, yakni ibu lain, merupakan alternatif ketimbang memberikan susu formula.

Dari satu sisi, fenomena ASI donor adalah baik karena berarti kesadaran ibu untuk memberikan ASI meningkat. Bagaimanapun juga, kita perlu kritis dan berhati-hati karena beberapa penyakit bisa ditularkan melalui ASI.

Berikut petikan wawancara dengan dr. Rosalina Dewi Roeslani, Sp.A(K), mengenai donor ASI.

 

Bagaimana dokter melihat fenomena donor ASI?

ASI adalah makanan alami terbaik untuk bayi. Kalau ASI dari ibu sendiri tidak perlu dipertanyakan, karena bila ibu menderita penyakit misalnya hepatitis C, bayinya sudah mendapat antibodi tersebut. Jadi, kemungkinan si kecil tertular penyakit kecil karena sudah mendapat antibodi dari ibunya.

Ada keadaan di mana ibu tidak bisa menyusui bayinya. Misalnya sedang menjalani kemoterapi atau radiasi untuk pengobatan kanker. Atau bayi lahir prematur, sehingga ASI ibu sedikit. Pada kondisi ini, bayi membutuhkan ASI donor. Yang perlu diperhatikan, bayi yang menerima ASI donor dari ibu yang memiliki penyakit tertentu, bisa tertular. ASI adalah cairan tubuh; ada beberapa virus yang bisa ditularkan melalui ASI, di antaranya HIV, Hepatitis B dan C, CMV (Cytomegalovirus) dan HTLV (Human T Lymphotrophic Virus) 1 dan 2.

Di Amerika Serikat (AS), ada syarat ketat untuk mendonorkan ASI. Calon pendonor menjalani skrining secara lisan dan tulisan, mengenai kesehatan dan pola hidupnya. Petugas akan mengumpulkan data dari RS tempat si ibu berobat, untuk menilai kelayakan sebagai calon donor. Selanjutnya, ibu tadi menjalani tes darah untuk HIV, HTLV, Hepatitis B dan C, serta sifilis.

Bila dinyatakan sehat, ASI-nya dikumpulkan dan dipasteurisasi. Sebelum dan sesudah pasteurisasi, ASI dikultur untuk dilihat, apakah ada kuman dalam ASI. Kalau ada, ASI tidak boleh digunakan. Begitu rumit dan ketatnya untuk mencegah penularan penyakit. Badan CDC (Central Disease Control) AS, tegas melarang pemberian ASI yang tidak melalui skrining.

Di AS, ASI donor tidak gratis: 2,50 sen dollar untuk 30 ml ASI atau sekitar Rp 20.000. Itu bukan penjualan ASI, tapi untuk mengganti biaya skrining. Sedih kalau di Indonesia ada yang “menjual” ASI, padahal tidak melalui proses skrining.

 

Bagaimana di Indonesia?

Kita belum punya bank ASI. Sentra ASI donor resmi pun belum tercatat. Di RSCM (Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta), kami memiliki penyimpanan ASI donor tapi khusus untuk pasien RSCM dan digunakan sebagai obat, bukan nutrisi; maksimal pemberian 5 cc. ASI donor diberikan pada bayi yang belum bisa mendapat ASI dari ibunya, untuk menumbuhkan fili-fili ususnya. Kalau bayi langsung diberi susu formula, BAB-nya berdarah karena ususnya luka.

Kami melakukan skrining dengan memeriksa darah calon donor, tapi tidak termasuk HTLV karena belum ada pemeriksaan untuk HTLV di Indonesia. Untuk mencegah penularan virus ini, ASI disimpan di suhu -20oC; suhu serendah ini akan mematikan HTLV dan CMV. Sebelum ASI donor diberikan, dilakukan pasteurisasi. Pasteurisasi dengan alat khusus sangat mahal, maka dilakukan secara sederhana dengan proses pretoria/flash, untuk mematikan CMV dan HIV.

 

Pasteurisasi tidak merusak ASI?

Ada efeknya, tapi tidak banyak. Mungkin ada komponen tertentu yang awalnya 100% turun menjadi 80%. Tapi masih berfungsi, tidak rusak sepenuhnya atau habis menjadi nol.

Cara melakukan pasteurisasi pretoria/flash yakni, panaskan air 450 ml hingga mendidih, lalu matikan kompor. Rendam ASI yang disimpan dalam botol kaca tertutup ke dalam air tersebut selama +20 menit, dan ASI siap diminum. Bila ASI tidak habis sebaiknya dibuang, jangan disimpan lagi untuk digunakan di lain waktu.

 

Lanjutan wawancara dengan dr. Rosa di sini.

____________________________________________

Ilustrasi: Business photo created by senivpetro - www.freepik.com