Kenali AVM, Kelainan Pembuluh Darah Penyebab Stroke | OTC Digest

Kenali AVM, Kelainan Pembuluh Darah Penyebab Stroke

Stroke merupakan penyebab kematian nomor 3 di dunia, setelah penyakit jantung dan kanker, tapi merupakan penyebab utama kecacatan. Salah satu penyebab stroke adalah kelainan pembuluh darah arteri dan vena (AVM).

Dulu stroke identik sebagai penyakit lanjut usia. Kini, rerata usia pasien 30-55 tahun, bahkan usia 22 tahun. Ditengarai, hal ini disebabkan pola hidup yang malas bergerak, banyak mengonsumsi makanan tinggi gula, lemak, garam dan minim serat. Diperparah dengan alkohol dan rokok.

Baca : Hubungan Mesra Hipertensi dan Stroke

Ada kondisi tertentu yang tidak terlihat, tapi meningkatkan risiko stroke, yakni kelainan pembuluh darah otak atau yang mengarah ke otak, salah satunya AVM.

Arteriovenous malformation (AVM ) adalah kelainan bentuk arteri dan vena (pembuluh darah balik) di otak. Seharusnya, arteri yang membawa oksigen dari jantung menuju otak. Kemudian dari otak, darah yang sudah terpakai dibawa oleh vena menuju jantung.

“Pada AVM, darah lewat jalan pintas,” tutur dr. Andi Darwis, Sp.Rad (K) dari RS Pondok Indah - Puri Indah, Jakarta. Terbentuk jalinan rumit pembuluh darah yang menghubungkan arteri dan vena, sehingga sebagian darah mengalir langsung dari arteri ke vena.

Arteri memiliki dinding lebih tebal, memungkinkan darah yang kaya oksigen dan nutrisi melewatinya dengan tekanan tinggi. Sedangkan vena memiliki dinding yang lebih tipis, di mana darah mengalir dengan tekanan yang lebih rendah.

Bila terbentuk jalan pintas antara kedua pembuluh darah ini, vena akan menerima darah dengan tekanan tinggi, melebihi yang bisa diterima. Dinding pembuluh darah yang terbentuk pada AVM pun rapuh, sehingga lama kelamaan bisa pecah dan menyebabkan perdarahan di otak.

Gejala AVM antara lain sakit kepala dan/atau kejang-kejang. Risiko terjadinya perdarahan akibat AVM 1-3% / tahun. Selama >15 tahun, total risiko terhadap AVM berdarah mencapai 25%.

Penanganan

Dulu, kelainan bentuk arteri dan vena ini ditangani dengan cara diikat lalu diangkat melalui prosedur pembedahan. “Sekarang ada intervensi technical radiology,” terang dr. Andi.

Diberikan radiasi dosis tinggi yang difokuskan. Prosedur ini menyebabkan pembuluh darah pada AVM menebal dan menutup. Cara ini bisa dilakukan pada AVM ukuran kecil, kurang dari 3 cm, atau lokasi AVM ada di dalam, atau pasien tidak bisa menjalani operasi.

Teknik lain dengan embolisasi; diinjeksikan cairan khusus seperti lem untuk memblok arteri yang tidak normal. Ini untuk menyusutkan AVM sebelum dilakukan operasi atau stereotactic radiosurgery. Pada kasus tertentu, embolisasi bisa digunakan untuk menghilangkan AVM yang kecil.

Ada kalanya dilakukan prosedur konservatif. Yakni mengatasi gejala AVM dengan obat-obatan anti kejang. Ini direkomendasikan pada pasien usia tua dengan AVM yang tidak pecah, atau AVM ukuran besar yang disertai risiko besar bila dilakukan penanganan. (nid –jie)