kasus aktif covid-19 di indonesia di bawah rata-rata dunia

Kasus Aktif COVID-19 Di Indonesia Di Bawah Rata-Rata Dunia, Tetapi Positivity Rate Tinggi, Apa Artinya?

Dalam Sidang Kabinet Paripurna di Istana Negara, Presiden Joko Widodo mengatakan kasus aktif COVID-19 di Indonesia turun, bahkan lebih rendah dari rata-rata dunia. Tetapi di satu sisi angka positivity rate Indonesia tinggi.

“Dari data yang saya terima per 1 November 2020, kita punya kasus aktif sebesar 13,78%. Rata-rata dunia kasus aktifnya 25,52%,” terang Presiden Jokowi. “Kita harus terus tekan angka kasus aktif COVID-19, sehingga 13,78% ini bisa diperkecil lagi.”

Data terbaru, hingga Selasa (3/11/2020), menurut Koordinator Tim Pakar sekaligus Jubir Satgas Penganan COVID-19 Prof. Wiku Adisasmito, jumlah kasus aktif sebanyak 54.732 kasus, atau 13%.

"Sedangkan kasus sembuh berjumlah 349.497 kasus atau 83,5%. Dimana kasus sembuh dunia adalah 71,9%,” katanya dalam keterangan pers yang disiarkan kanal YouTube Sekretariat Presiden.

Walau terdapat perbaikan di beberapa sisi, namun para ahli mewanti-wanti potensi lonjakan kasus akibat libur panjang (28 Oktober – 1 November) yang lalu pada 12-14 hari ke depan.

Hal tersebut didasarkan pada pengalaman sebelumnya, di mana terjadi lonjakan kasus COVID-19 pasca libur lebaran (Mei 2020) dan perayaan Hari Kemerdekaan (Agustus 2020).

Dr. Adib Khumaidi, SpOT, Ketua Tim Mitigasi Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), mengatakan di libur panjang periode Mei terjadi lonjakan kasus hingga 41%.

"Bulan Agustus ada long weekend juga, terjadi lonjakan kasus sampai 21 % dengan jumlah orang yang diperiksa naik juga sampai 20 %. Artinya, masih ada potensi untuk sekarang," terang dr. Adib, dilansir dari Liputan6.

Epidemiolog Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) Tri Yunis Miko mengkritisi pola testing rendah yang dilakukan pemerintah saat mengklaim angka penularan kasus COVID-19 menurun.

Menurutnya, penurunan kasus selama periode libur panjang dikarenakan ada pengurangan pemeriksaan spesimen, sehingga penemuan kasus positif juga berkurang.

Selain itu, Miko menjelaskan, untuk mengetahui apakah ada tren penurunan, perlu dilihat pada angka positivity rate harian. Selama periode libur panjang ini, data Satgas COVID-19 mencatat positivity rate harian masih sebesar 14,3%.

WHO menyatakan salah satu indikator keberhasilan pengendalian pandemi bila positivity rate < 5%. Positivity rate merupakan jumlah kasus positif COVID-19 dibandingkan dengan tes PCR pada kasus baru.

Semakin tinggi persentase positivity rate berarti semakin tinggi transmisi dan kemungkinan lebih banyak orang dalam komunitas yang tidak di tes.

Mengutip situs resmi Satgas Penanganan COVID-19 (covid19.go.id) pada 28 Oktober angka positif harian sebanyak 4.029 kasus. Jumlah itu berangsur turun menjadi 3.565 (29 Oktober) hingga 2.696 (1 November).

Dari sisi testing, pada 28 Oktober dilakukan pemeriksaan pada 40.572 spesimen. Jumlahnya terus menurun menjadi 34.317 di 29 Oktober, dan 23.208 spesimen pada 1 November.

Tes pasca libur panjang

Prof. Wiku menyarankan masyarakat yang pulang dari bepergian agar melakukan tes (pemeriksaan) COVID-19. Hal ini perlu dilakukan untuk mengantisipasi penularan virus corona pada masyarakat saat mengisi libur panjang di luar rumah atau bepergian ke luar kota.

Masyarakat diharapkan terbuka saat pemerintah melakukan tracing (pelacakan). Keterbukaan, imbuh Prof. Wiku, menjadi kunci utama dalam melacak kontak terdekat, sekaligus memastikan bagi yang positif COVID-19 memperoleh perawatan yang lebih dini dan lebih baik.

"Jika testing menunjukkan hasil yang positif, segera lakukan karantina di fasilitas yang telah ditetapkan pemerintah. Ikuti anjuran tenaga kesehatan, sehingga treatment yang dilakukan dapat berjalan efektif, dan angka kematian dapat ditekan," pungkasnya. (jie)