who ingatkan anak harus diimunisasi karena rentan imunitas turun

Imunitas Anak Rentan Turun Selama Pandemi, WHO Ingatkan Anak Harus Tetap Diimunisasi

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengingatkan adanya bahaya penurunan imunitas anak akibat berkurangnya anak yang diimunisasi selama pandemi COVID-19.

Dalam keterangan persnya (Rabu 15/7/2020) WHO menjelaskan selama 4 bulan pertama tahun 2020 terjadi penurunan signifikan jumlah anak yang menyelesaikan tiga dosis vaksin difteri, pertussis dan tetanus (DPT). Ini adalah penurunan signifikan pertama yang terjadi selama 28 tahun.

Pada survei yang dilakukan oleh WHO dan UNICEF didapati bahwa ¾ dari 82 negara mengalami gangguan pelaksanaan program imunisasi akibat pandemi ini pada Mei 2020.

Hal ini dipicu mulai dari sulitnya menyediakan layanan imunisasi, gangguan transportasi, hingga keengganan masyarakat untuk meninggalkan rumah. selain itu ada banyak petugas kesehatan yang kesulitan melaksanakan imunisasi karena mobilitasnya dibatasi, prioritas penanganan pada COVID-19, atau kekurangan alat pelindung diri (APD).

WHO dan UNICEF memperkirakan pada tahun 2019, sekitar 14 juta anak tidak divaksin DTP3 dan campak. Dua per tiga di antara mereka yang tidak mendapatkan imunisasi hidup di 10 negara berpendapatan rendah dan menengah, termasuk Indonesia, India, Meksiko, Nigeria, Brazil, dan Filipina.

Akibatnya, kemungkinan anak yang lahir selama pandemi untuk mendapatkan imunisasi lengkap pada usia lima tahun tidak sampai 5%.

Sebelumnya pada 4 Juni 2020, WHO, UNICEF dan Gavi and the Sabin Vaccine Institute, mengatakan lebih dari 80 juta anak berusia di bawah satu tahun berisiko menderita difteri, campak dan polio akibat gangguan program imunisasi ini.

Direktur Jenderal WHO, dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengatakan "Imunisasi adalah salah satu alat pencegahan penyakit yang paling kuat dan mendasar dalam sejarah kesehatan masyarakat.”

"Akan tetapi, pandemi berisiko mengancam pencapaian ini. Penderitaan dan kematian yang seharusnya bisa dihindari karena anak-anak melewatkan imunisasi rutin bisa jadi lebih lebih parah daripada COVID-19 sendiri," katanya. "Namun, kondisi tidak perlu jadi seperti itu. Vaksin bisa diberikan secara aman, bahkan di masa pandemi.

Wabah ganda

Dalam kesempatan berbeda, Tim Komunikasi Publik Gugus Tugas Nasional dr. Reisa Broto Asmoro mengatakan bahwa Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyebut tantangan program imunisasi dalam masa pandemi COVID-19 berpotensi menimbulkan wabah ganda (double outbreak), merebaknya COVID-19 dan penyakit menular lainnya yang bisa dicegah dengan imunisasi.

"Oleh karenanya, imunisasi kepada anak tetap penting diberikan meski di tengah pandemi dengan tetap mengutamakan protokol kesehatan," ujar dr. Reisa dalam konferensi pers secara virtual, beberapa waktu lalu.

Ia menambahkan, pelayanan imunisasi di puskesmas atau fasilitas kesehatan lain memiliki ketentuan tempat pelayanan imunisasi selama pandemi.

Menggunakan ruang yang cukup luas dengan sirkulasi udara yang baik, berdekatan atau terpisah dari poli pelayanan anak atau dewasa sakit. "Ruang atau tempat pelayanan imunisasi hanya untuk melayani bayi dan anak sehat," katanya.

Memastikan ruangan rutin dibersihkan dengan cairan disinfektan dan tersedia fasilitas mencuci tangan atau hand sanitizer. Selanjutnya, "Atur meja pelayanan antarpetugas dan orangtua agar jarak aman 1- 2 meter," imbuhnya.

Jalur keluar dan masuk diatur berbeda, serta sediakan tempat duduk bagi orangtua dan pengantar untuk menunggu. Penyediaan tempat duduk di ruang terbuka, untuk menunggu sebelum dan sesudah imunisasi juga diperlukan.

Penentuan jadwal (hari dan jam) pelayanan imunisasi diperlukan agar layanan lebih efektif. Yang tak kalah penting adalah petugas media harus dilengkapi dengan APD, seperti masker dan sarung tangan.

Baca juga : Saat Pandemi COVID-19 Anak Tetap Harus Imunisasi, Bagaimana Caranya?