memahami ocd dan bagaimana terapi mengatasinya

Ilmuwan Beri Tips Bagaimana Memahami OCD dan Bagaimana Mengatasinya

Obsessive-compulsive disorder (OCD) atau gangguan obsesif kompulsif tidak seperti sebagian besar orang bayangkan. Para ilmuwan menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi di otak, dan bagaimana mengatasinya.

Gangguan obsesif kompulsif (OCD) ini lebih dari takut akan kuman, mencuci tangan atau memakai disinfektan terus menerus. Bagi mereka yang benar-benar menderita gangguan ini, obsesif (misalnya takut kuman) dan kompulsif (perlaku selalu mencuci tangan) bisa sangat menyiksa.

Apakah ini berarti jika menjadi fanatik tentang kebersihan berarti menderita OCD? Tidak. “Obsesif merupakan pikiran atau dorongan yang mengganggu, tidak diinginkan, tanpa henti,” kata Elna Yadin, PhD, seorang spesialis OCD di Perleman School of Medicine, Univeristy of Pennsylvania, AS.

“Menyebabkan rasa takut, bersalah, tertekan atau jijik. Dan dalam upaya menetralkan pikiran itu, seseorang penderita mengembangkan perilaku kompulsif.”

Gangguan ini bisa datang kapan saja, walau biasanya terjadi setelah kejadian traumatik atau yang memicu stres, dan cenderung menyerang di usia praremaja atau tahun awal masa dewasa.

Sejumlah gen dikaitkan dengan gangguan OCD ini, sehingga Anda dapat mewarisi kecenderungan OCD jika orangtua memilikinya.

Pengulangan

Ketika berpikir tentang OCD, Anda mungkin membayangkan seseorang yang tangannya lecet karena mencuci tangan berlebihan. Tetapi gangguan obsesif kompulsif bukan tentang kebersihan.

Ini tentang pikiran yang tidak diinginkan. Dan ketakutan atas kuman adalah satu dari ratusan pikiran kacau yang menyiksa penderitanya, terang Jonathan Grayson, PhD, direktur dari Grayson LA Treatment Center for Anxiety & OCD, di California.

"Obsesi bisa mencakup segala hal mulai dari kekhawatiran meninggalkan kompor, hingga ketakutan bahwa Anda akan membunuh orang tercinta. Obsesi ini hanya dibatasi oleh imajinasi, dan penderita OCD cenderung sangat kreatif dan cerdas," imbuh Grayson, melansir Health.

Obsesi lainnya termasuk pikiran seksual yang menyimpang, ketakutan menyinggung Tuhan dan takhayul tentang warna atau angka. “Penderita OCD terjebak dalam lingkaran pikiran: Bagaimana saya tahu pasti bahwa saya tidak melakukan sesuatu yang buruk/berbahaya, atau bahwa saya tidak akan segera melakukannya?” kata Grayson.

Pikiran itu menghasilkan kecemasan yang menyiksa. Di sanalah perilaku kompulsif masuk. Mereka dimaksudkan untuk melawan obsesi dan menenangkan kecemasan. Bentuknya bisa dari mencuci tangan, memeriksa kompor atau gerakan tubuh yang berulang.

"Obsesi dan kompulsi pada OCD menyebabkan gangguan yang nyata," jelas Jeff Szymanski, PhD, direktur eksekutif International OCD Foundation di Boston. Misalnya, ketakutan akan kontaminasi kuman dapat membuat seseorang menghabiskan waktu berjam-jam untuk membersihkan kantornya setiap hari.

"Jika Anda mengidap OCD, Anda tidak menyukai kompulsi atau ingin melakukannya. Tetapi, Anda harus melakukannya untuk meredakan stres Anda," tambah Szymanski.

Elizabeth McIngvale, PhD, direktur McLean OCD Institute di Houston, yang juga penderita OCD, menjelaskan, "Anda tahu bahwa perilaku kompulsif itu tidak rasional, dan efek lega yang akan Anda dapatkan hanya dalam jangka pendek, mungkin 5 -10 menit, atau satu jam, tetapi dorongan untuk melakukannya dan kecemasan yang menyertainya begitu kuat sehingga Anda tidak merasa memiliki pilihan. Jika hanya itu mekanisme koping yang Anda miliki, Anda menggunakannya. "

Menghadapi ketakutan

Langkah pertama untuk menghadapi OCD adalah menemui ahli yang mengerti bagaimana terapinya. “50% dokter dan sepertiga dari ahli gangguan mental salah mendiagnosa OCD sebagai depresi, gangguan kegelisahan atau bipolar,” terang Szymanski.

Terapi paling efektif untuk gangguan ini adalah dengan terapi paparan dan pencegahan respons (exposure and response therapy / ERP). Dalam ERP, terapis membantu mengekspos diri Anda pada situasi, pikiran atau gambaran yang membuat Anda cemas – tanpa melakukan tindakan kompulsif yang biasa dilakukan sesudahnya.

Jika penderita takut kuman, terapis mungkin akan mendorongnya membelai binatang peliharaan, dan kemudian menahan dorongan untuk membersihkan tangan.

“Kompulsi memberi tahu otak bahwa ketakutan itu nyata. Ketika Anda berhenti melakukannya dan tidak ada hal buruk yang terjadi, Anda mulai dapat melihat ketakutan tersebut secara lebih realistis,” jelas Szymanski.

Terapi ini membutuhkan waktu, komunikasi dan usaha, antara penderita OCD dan terapisnya. Sebagian besar penderita OCD mengalami perbaikan gejala setelah 12-16 sesi.

Beberapa orang juga mendapat manfaat dari kombinasi ERP dengan obat selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI), yang sering diresepkan untuk depresi dan kecemasan.

Meskipun obat-obatan tidak menyembuhkan OCD, namun akan membantu penderitanya mengatasi gangguan OCD, sehingga akan meningkatkan kualitas hidupnya. (jie)