efikasi vaksin sinovac belum diketahui bagaimana jika gagal

Efikasi Vaksin Belum Diketahui, Bagaimana Jika Uji Coba Vaksin Sinovac Gagal?

Hingga saat ini PT Bio Farma masih terus menggenjot uji coba vaksin Sinovac. Mereka mengejar waktu agar vaksin segera bisa diedarkan pada Januari 2021. Di satu sisi uji coba vaksin lain – yang dikembangkan oleh Sanofi Pasteur dan GlaxoSmithKline (GSK) – diketahui gagal pada beberapa lansia.

Efikasi (kemanjuran) vaksin Sinovac yang diuji coba Bio Farma masih menjadi pertanyaan besar, sehingga ditakutkan bagaimana jika gagal.

Menurut Sekretaris Perusahaan Bio Farma, Bambang Heriyanto, efikasi vaksin Sinovac masih menunggu uji klinis fase 3 yang masih berlangsung.

“(Efikasi) belum dapat ditentukan saat ini, dan harus menunggu sampai datanya cukup,” tulis Bambang dalam keterangan resmi dalam akun Instagram Bio Farma.

Saat ini tahap uji klinis vaksin Sinovac mulai masuk tahap pemantauan efikasi dan monitoring setelah 3 bulan penyuntikan untuk melihat imunogenitas dan efikasi serta pengambilan darah selama 3 bulan.

Seluruh relawan telah mendapatkan suntikan kedua per 6 November 2020. Data - data uji klinis dari tim di Universitas Padjadjaran nantinya akan diserahkan langsung ke Badan POM untuk dievaluasi sebagai proses persetujuan penggunaan darurat.

Sampel darah para relawan saat ini juga telah dikirmkan ke Balitbangkes untuk diuji netralitas terhadap virus COVID-19. Bio Farma menyebut tak ada laporan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) serius yang ditemukan pada semua relawan.

Tim uji klinis telah mengumpulkan data-data yang diperlukan untuk membuat laporan interim ke BPOM seperti data efikasi setelah satu bulan penyuntikan dan data pengambilan darah setelah 3 bulan. Laporan akan dikirimkan pada awal pertengahan Januari 2021.

Lantas bagaimana jika uji klinis vaksin Sinovac gagal? Menjawab hal tersebut Head of Corporate Communication Bio Farma Iwan Setiawan, pada Oktober 2020 lalu pernah mengatakan, pada dasarnya Bio Farma meyakini bila uji klinis tahap tiga akan berhasil karena tidak ada efek samping yang berarti.

“Kalaupun gagal nanti ada yang namanya Vaksin Merah Putih yang sedang kita kerjasamakan dengan konsorsium nasional,” kata Iwan, dilansir dari Metrotvnews.

Vaksin Sanofi – GSK gagal untuk lansia

Sementara itu pada Jumat (11/12/2020), Sanofi dan GSK mengumumkan bila kandidat vaksin COVID-19 yang sedang diujicobakan gagal pada beberapa lansia.

Perusahaan tersebut mengatakan bahwa hasil sementara dari uji klinis tahap awal mereka menunjukkan bahwa, di antara orang dewasa berusia 18 - 49 tahun, vaksin tersebut merangsang respons kekebalan yang sebanding dengan pasien yang telah pulih dari COVID-19.

Tetapi pada orang dewasa yang lebih tua dan lansia menunjukkan respons imun yang rendah, kemungkinan karena konsentrasi antigen yang tidak mencukupi, protein yang merangsang reaksi kekebalan tubuh.

“Kami sangat peduli dengan kesehatan masyarakat, itulah sebabnya kami kecewa dengan penundaan ini, tetapi semua keputusan kami akan selalu didorong oleh data dan sains,” kata Thomas Triomphe, wakil presiden eksekutif dan kepala Sanofi Pasteur. “Tidak ada satu pun perusahaan farmasi yang dapat membuatnya sendiri; dunia membutuhkan lebih dari satu vaksin untuk melawan pandemi."

Perusahaan mengatakan mereka berencana untuk menguji vaksin COVID-19 versi modifikasi dalam uji coba yang lebih kecil mulai Februari 2021. Suatu kemunduran yang signifikan pada ujicoba tahap akhir yang awalnya diharapkan bisa dimulai (disuntikkan di AS) pada Desember ini. (jie)