Bagaimana mengenali perbedaan Alergi hidung mampet
Hidung tersumbat sangat menyiksa

Derita Hidung Tersumbat

Hidung adalah gerbang masuk udara saat bernafas. Hidung juga menghangatkan udara yang masuk, menjaga kelembaban saluran nafas, membersihkan udara yang kita hirup, menghilangkan air dari udara yang kita hembuskan, dan berfungsi sebagai indra penciuman. Hidung tersumbat, semua fungsi ini terganggu.

Hidung bisa tersumbat akibat penebalan mukosa (selaput lendir) dan peningkatan produksi lendir. Menurut dr. Rusdian Utama Roeslani, Sp.THT dari RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta, ini bisa disebabkan banyak hal. Utamanya rinitis (pilek), karena infeksi, alergi, atau non infeksi dan non alergi.

Pilek memicu produksi lendir berlebihan, menyebabkan pembengkakan pada konka, tulang di rongga hidung yang memanjang secara horizontal dan bersusun tiga seperti rak. “Fungsinya antara lain sebagai pemanas suhu udara setiba di paru-paru,” terang dr. Rusdian.

Produksi lendir dan pembengkakan konka, dipengaruhi pembuluh darah dan saraf di hidung (saraf simpatis dan parasimpatis). “Saraf simpatis berfungsi mengerutkan pembuluh darah di hidung. Parasimpatis sebaliknya,  melebarkan pembuluh darah di hidung dan menambah sekresi (pengeluaran) lendir,” papar dr. Rusdian. Saat udara dingin, pembuluh darah akan melebar. Konka membesar sehingga rongga hidung menyempit, membuat hidung tersumbat.

Perbedaan pilek karena infeksi dan alergi, bisa dilihat melalui pemeriksaan endoskopi. “Pada infeksi, lendir berwarna putih. Pada alergi, konka membengkak karena hipersensitif terhadap sesuatu,” ungkap dr. Rusdian.

Pilek/selesma /common cold utamanya disebabkan infeksi rinovirus (70-80); biasanya berlangsung 1-3 hari. Bila pilek tidak sembuh dalam 7 hari, biasanya karena  infeksi bakteri. Flu akibat infeksi virus membuat daya tahan tubuh menurun. Bisa terjadi infeksi sekunder; kuman yang ada di kulit seperti Staphylococcus dan Streptococcus, menginfeksi hidung. Lendir yang awalnya encer, lama-lama berwarna kuning kehijauan.

 

Alergi rinitis

Alergi didapat dari keturunan (faktor gen), dari orangtua atau kakek-nenek.  Atau, seseorang pernah menderita alergi seperti asma, urtikaria (gatal-gatal), dan eksim. Pasien asma bisa mengalami alergi rinitis di kemudian hari. Sebaliknya, mereka dengan alergi rinitis bisa berkembang menjadi asma bila alergi tidak ditangani dengan baik. Proses alergi berjalan terus, yang tadinya di hidung bisa turun ke paru menjadi asma.

Pada alergi rinitis, yang khas adalah bersin sampai 4-5 kali. Disertai gatal pada hidung, mata, langit-langit mulut dan kadang telinga. Lendir encer, bening dan hidung meler. Bersin-bersin bisa sepanjang hari; paling sering di pagi hari.

Sebanyak 70-80% alergi di Indonesia dipicu tungau debu rumah (house dust mite); kutu berukuran mikroskopis yang ada di debu rumah. “Tungau sembunyi di karpet, gorden, tumpukan buku dan lain-lain. Jadi bukan alergi debu, melainkan alergi terhadap kutunya,” tegas dr. Rusdian. Protein pada tungaulah yang memicu reaksi alergi rinitis. Pemicu lain misalnya protein pada tubuh kecoak, dan partikel kulit hewan peliharaan.

Makanan dan/atau obat tertentu, bisa memicu alergi. Misal makanan laut (udang, cumi, kepiting), telur, coklat, susu. Pada beberapa orang, muncul alergi saat mengonsumsi analgesic (pereda nyeri) dari golongan kodein dan OAINS (obat anti inflamasi non steroid), antibiotik golongan tertentu seperti penisilin dan tetrasiklin, dan antikejang seperti phenytoin dan carbamazepine.

Faktor pemicu pada alergi makanan /obat mudah dikenali. Untuk mengenali alergen, perlu uji tusuk kulit (skin prick test). Kulit lengan bagian dalam atau paha, ditusuk dengan jarum khusus, lalu ditetesi berbagai alergen. Didiamkan +15 menit, untuk melihat reaksi yang muncul. “Bila ada reaksi gatal dan kemerahan, berarti alergi terhadap zat tersebut,” kata dr. Rusdian.

 

Non infeksi non alergi

Pilek yang bukan karena infeksi mau pun alergi, ada beberapa tipe. Yang paling umum dan kadang diduga alergi yakni rinitis vasomotor, atau,  “Gangguan keseimbangan saraf simpatis.” Pad­­­­a tipe ini, rinitis dipicu hal-hal non spesifik, seperti perubahan lingkungan (cuaca, temperatur udara, kelembaban, tekanan barometrik), iritan udara (bau-bauan, asap), makanan (pedas, alkohol), rangsang seksual dan faktor emosi. Diduga, pemicu ini menyebabkan pelebaran pembuluh darah pada rongga hidung, sehingga membengkak.

Ditengarai, rinitis vasomotor muncul akibat peradangan pada jalinan saraf. Lebih banyak terjadi pada perempuan ketimbang laki-laki, sehingga dicurigai,faktor hormonal turut berperan. Rinitis vasomotor bisa berdampingan dengan rinitis alergi.

Rhinitis non infeksi non alergi bisa dipicu pekerjaan, misalnya mereka yang bekerja dengan bahan-bahan kimia dan tekstil. Atau dipengaruhi hormon, misal  kehamilan atau gangguan kelenjar tiroid. (nid)

Bersambung ke sini