covid-19 bisa sebabkan diabetes baru
menderita diabetes pasca covid-19

COVID-19 Bisa Sebabkan Diabetes Baru, Bagaimana Penjelasannya?

Kita patut bersyukur kasus harian COVID-19 di Indonesia semakin melandai, data situs covid19.go.id menyatakan per 8 November 2021 tercatat hanya ada 244 kasus baru, sementara kasus sembuh sebanyak 1.238 orang. Tetapi dibalik berita bagus itu, ada fakta banyak penyintas COVID-19 mengalami kondisi hiperglikemia, atau kadar gula darah di atas normal. Laporan juga menyatakan adanya kasus diabetes baru pasca COVID-19.

Diabetes tidak hanya menjadi komorbid COVID-19, tetapi pada orang yang sebelumnya tidak memiliki masalah gula darah, dilaporkan COVID-19 bisa sebabkan kejadian diabetes baru.

Pada bulan Mei lalu Peter Jackon, profesor di Standford University (AS) menulis laporan di jurnal Cell Metabolism, menunjukkan bila SARS-CoV-2 mempengaruhi sel-sel pankreas yang memroduksi insulin (hormon yang memungkinkan gula darah diolah di dalam sel) dan bisa merusak sel-sel tersebut – menunjukkan bahwa virus ini dapat menyebabkan diabetes.

Walau beberapa ahli berpendapat kejadian ini jarang terjadi, Jackson menunjukkan data sepanjang tahung 2020 lebih dari 100.000 orang didiagnosa dengan diabetes baru yang tak terduga.

Salah satu peneliti mengkhawatirkan kondisi ini. “Ini bisa menjadi pandemi di dalam pandemi,” kata Paolo Fiorina, profesor endokrinologi di University of Milan, Italia.

Studi di Inggris pada 47.000 pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit menunjukkan setelah melewati masa pemantauan selama 7 bulan terlihat 5% pasien mengalami tanda-tanda diabetes.

Bagaimana corona merusak pankreas

Salah satu tugas pankreas (organ yang berperan penting dalam sistem pencernaan) adalah memroduksi hormon insulin; dilakukan oleh sel beta pankreas. Insulin ibarat anak kunci yang membuka pintu di sel sehingga gula darah bisa masuk, untuk diolah menjadi energi atau disimpan di dalam sel. Kadar gula dalam darah pun ikut turun.

Sementara itu ada jaringan lemak yang memroduksi hormon adiponektin. Hormon ini membuat sel-sel tubuh menjadi peka terhadap insulin, sehingga insulin dapat mengambil lebih banyak gula dari darah.

Sinergi insulin dan adiponektin akan menjaga kadar gula darah di rentang normal. Tetapi saat ada gangguan proses tersebut menyebabkan gula di darah tinggi.

Virus corona tidak hanya menyerang sel-sel di saluran napas, tetapi juga merusak sel beta pankreas. Menyebabkan produksi insulin terganggu, berujung pada kadar gula dalam darah tetap tinggi.

Riset Reiterer et al, menunjukkan virus COVID-19 juga bisa menginfeksi sel-sel lemak. Akibatnya produksi adiponektin turun, sel-sel tubuh menjadi resisten terhadap insulin, kadar gula dalam darah tetap tinggi (hiperglikemia).

Yang perlu dipahami, kondisi hiperglikemia tidak sama dengan diabetes. Namun, bila tidak ditangani, keadaan hiperglikemia karena resistensi insulin bisa berkembang menjadi diabetes.

Riset Prof. Fiorina, dkk, di Italia, pada 551 pasien COVID-19 yang sebelumnya tidak menderita diabetes menunjukkan 46% partisipan mengalami kondisi hiperglikemia baru. Corona telah benar-benar mengganggu profil hormon partisipan, meskipun kadar hormon mereka normal sebelum infeksi.

“Sekarang glukosa mereka sangat tinggi karena tubuh mereka menjadi kurang efisien menggunakan insulin,” tulis Prof. Fiorina dalam laporannya.  

Merusak pankreas secara tidak langsung

Ada teori lain yang berkembang. Ketika sistem imun melakukan pertahanan terhadap infeksi corona, kadang ia bereaksi berlebihan dan menyerang tanpa pandang bulu. Menyebabkan peradangan di seluruh tubuh. Ini bisa membuat pankreas stres dan meningkatkan kadar gula darah.

Obat steroid yang digunakan untuk mengobati respons peradangan itu juga bisa memperburuk keadaan. Dr. Kathleen Wyne, PhD, ahli endokrinologi di Ohio State University’s Wexner Medical Center (AS), mengatakan orang dengan profil hormonal normal dan tidak ada faktor risiko diabetes menerima obat steroid ini tanpa masalah.

“Tetapi bagi mereka yang sudah rentan terhadap diabetes, steroid dapat memberi tahu tubuh untuk memroduksi begitu banyak insulin sehingga sel-sel berhenti meresponsnya. Ini juga menaikkan kadar gula darah,” ujarnya, melansir National Geographic.

Apa yang harus dilakukan?

Bila Anda mengalami hiperglikemia pasca sembuh dari COVID-19, segera konsultasikan ke dokter. Tetapi secara umum hiperglikemia bisa diatasi dengan cara:

  1. Melakukan aktivitas fisik / olahraga rutin 3-5 kali seminggu, selama 30 menit
  2. Lebih banyak konsumsi makanan berserat (sayur dan buah)
  3. Mengurangi makanan tinggi karbohidrat sederhana seperti nasi putih, roti, dll
  4. Memperbanyak minum air putih
  5. Istirahat cukup
  6. Minum obat sesuai rekomendasi dokter (jie)