vaksin semprot melawan virus corona di hidung dan mulut

Bisakah Vaksin Semprot Memerangi Virus Corona Tepat di Tempatnya Berkembang?

Sebagian besar uji coba vaksin COVID-19 yang sudah memasuki tahap akhir dikembangkan untuk disuntikkan. Peneliti mengembangkan metode lain yang diharapkan bisa memberikan efek perlindungan sekaligus melawan virus corona lebih baik di tempat ia berkembangbiak – di hidung dan mulut.  

Sebagian besar vaksin COVID-19 yang dites membutuhkan dua dosis agar efektif, dan hingga kini belum diketahui seberapa lama ia mampu memberikan perlindungan. Oleh karena itu peneliti mengembangkan metode lain - disemprotkan ke hidung/mulut– dengan harapan menghasilkan respon imunitas yang lebih unggul.

Vaksin semprot (dihirup) akan secara langsung menargetkan sel-sel saluran napas yang diserang virus corona. “Imunitas lokal penting,” kata Frances Lund, ahli imunologi University of Alabama, di Birmingham, Inggris, yang bekerjasama dengan perusahaan Altimmune Inc, pengembang vaksin semprot ini.

Dilansir dari Bloomberg, Ia menambahkan, “Vaksin yang dapat dikirim untuk menghasilkan itu (imunitas lokal) akan memiliki beberapa keunggulan, dibandingkan vaksin yang dikirimkan secara sistemik (merata seluruh tubuh).”

Sebagian besar pengembang vaksin menitikberatkan pada jalur yang familiar – lewat suntikan. Pengembang vaksin hirup / semprot menggantungkan pada sifat unik paru-paru, hidung dan tenggorok; diselubungi mukosa.

Jaringan mukosa mengandung protein IgA yang tinggi, yang akan memberikan perlindungan lebih baik untuk virus-virus saluran napas.

Secara teori, mengaktifkan mekanisme kekebalan ini akan melindungi area yang lebih dalam di paru-paru, area yang paling dirusak virus corona. Mereka juga dapat meningkatkan peluang vaksin untuk menghadang penularan.

“Vaksin generasi pertama (vaksin injeksi) mungkin bisa melindungi banyak orang,” kata Michael Daimond, spesialis penyakit menular dari Universitas Washington, di St. Louis, AS. “Tetapi saya pikir vaksin generasi kedua dan ketiga, dan mungkin vaksin intranasal (semprot) akan menjadi kuncinya, yang pada akhirnya akan diperlukan. Jika tidak kita akan terus berpotensi menulari komunitas.”

Bulan Agustus 2020 lalu, Diamond dan timnya menemukan bahwa pemberian vaksin semprot eksperimental menciptakan respons kekebalan yang kuat di seluruh tubuh (tikus); pendekatan ini sangat efektif terutama di hidung dan saluran pernapasan, mencegah infeksi agar tidak terus berlanjut.

Vaksin semprot (hirup) bisa memberikan manfaat praktis yang lebih baik. Ia tidak membutuhkan jarum suntik, bisa jadi tidak membutuhkan media penyimpanan (saat dikirimkan) dalam temperatur rendah, dan bisa mengurangi kebutuhan tenaga kesehatan untuk mengoperasikannya.

Altimmune Inc, yang berbasis di Gaithersburg, Maryland, AS, berencana untuk melakukan pengujian pada manusia dengan vaksin semprot pada kuartal keempat setelah penelitian pada tikus memberikan hasil positif.

Dikembangkan oleh perusahaan lain

Para ilmuwan di University of Oxford, yang sedang mengembangkan vaksin suntik bersama perusahaan farmasi  AstraZeneca, dan Imperial College London juga merencanakan studi tentang vaksin inhalasi yang sedikit berbeda.

Vaksin eksperimental tersebut akan diberikan melalui semprotan mirip obat asma. Sebelumnya para peneliti di Imerial College London membuktikan bahwa memberikan vaksin influenza lewat semprotan hidung dapat melindungi orang dari penyakit dan mengurangi penularan. Mereka ingin mengetahui apakah ini juga berlaku untuk kasus COVID-19.

Data dari studi vaksin semprot yang dikerjakan Oxford baru akan muncul awal tahun depan, baru diikuti oleh hasil dari Imerial College London pada kuartal kedua, menurut Robin Shattock, spesialis penyakit menular di Imperial College.

“Kami tidak tahu apakah ini akan bekerja baik, tetapi jika berhasil, maka itu bisa menjadi sangat penting,” tegasnya.

Penelitian serupa juga dikembangkan di University of Hong Kong. Uji klinis fase 1 pada manusia akan dimulai November 2020. (jie)