mengurangi risiko infeksi serius covid-19 pada lansia

Bila Anda Termasuk Kelompok Berisiko Tinggi: Bagaimana Mengurangi Risiko Infeksi dan Apa Yang Harus Dilakukan Saat Sakit

Bila Anda tergolong kelompok berisiko tinggi mengalami infeksi serius akibat COVID-19, Anda perlu ekstra hati-hati untuk menghindari infeksi. Anda mungkin memiliki pertanyaan tentang langkah-langkah tertentu yang harus dilakukan, bagaimana hal ini mempengaruhi risiko terkena infeksi dan apa yang harus dilakukan bila sakit.

Dilansir dari laman health.harvard.edu berikut beberapa hal yang perlu Anda ketahui.

Siapa yang berisiko tinggi mengalami infeksi serius karena COVID-19?

Mereka yang usia lanjut, terutama menderita penyakit seperti bronkitis kronis, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), gagal jantung, atau diabetes lebih mungkin mengalami infeksi serius.

Sebagai tambahan, beberapa kondisi medis berikut bisa meningkatkan risiko infeksi berat akibat COVID-19 pada semua kelompok umur :

  1. Kelainan darah seperti penyakit sickle cell, atau mengonsumsi pengencer darah.
  2. Penyakit ginjal kronis.
  3. Penyakit hati kronis, termasuk sirosis dan hepatitis kronis.
  4. Kondisi apapun atau sedang menjalani terapi yang melemahkan daya tahan tubuh, seperti kanker, transplantasi organ atau sumsum tulang belakang, mengonsumsi obat penekan sistem imun, penderita HIV / AIDS.
  5. Sedang mengandung atau habis melahirkan kurang dari 2 minggu.
  6. Diabetes.
  7. Memiliki sindroma metabolik dan gangguan mitokondria.
  8. Penderita penyakit jantung, termasuk penyakit jantung koroner, penyakit jantung bawaan dan gagal jantung.
  9. Penyakit paru, seperti asma dan PPOK.
  10. Menderita penyakit saraf atau gangguan perkembangan otak seperti cerebral palsy, epilepsi, stroke, gangguan pertumbuhan ringan sampai berat, cedera tulang belakang dan penyakit penyusutan otot.

Bagaimana mengurangi risiko infeksi serius pada lansia yang sudah menderita penyakit kronis?

Siapapun yang berusia 60 tahun ke atas tergolong berisiko tinggi menjadi sakit karena virus corona. Ini berlaku baik yang memiliki penyakit penyerta atau tidak, meskipun kasus infeksi serius bahkan meninggal sebagian besar terjadi di antara orang tua yang memiliki penyakit kronis, seperti jantung dan diabetes.

CDC (Centers for Disease Control and Prevention) menyarankan langkah-langkah berikut untuk mereka yang berisiko tinggi :

  1. Pastikan persediaan obat untuk beberapa minggu jika Anda tinggal di rumah untuk waktu yang lama.
  2. Selalu menjaga jarak minimal 1 meter antara Anda dengan orang lain.
  3. Saat berada di ruang publik, menjauhlah dari orang sakit, batasi kontak dekat dan lebih sering cuci tangan.
  4. Hindari kerumunan.
  5. Hindari melakukan perjalanan yang tidak perlu.
  6. Selama pandemi COVID-19 sebisa mungkin tetap berada di rumah untuk mengurangi risiko terpapar virus SARS-CoV-2.

Saya berusia 30 tahunan tetapi memiliki penyakit kronis. Apa yang harus dilakukan untuk mengurangi risiko infeksi?

Anda bisa menurunkan risiko terinfeksi sejak dari awal, caranya:

  1. Sebisa mungkin batasi kontak dengan orang lain selain anggota keluarga.
  2. Selalu jaga jarak minimal 1 meter dengan orang lain.
  3. Lebih sering cuci tangan menggunakan sabun minimal selama 20 detik.
  4. Hindari menentuh area muka (mata, hidung, mulut).
  5. Jauhi orang yang sedang sakit.
  6. Sebisa mungkin berada di rumah untuk mengurangi risiko paparan virus corona.
  7. Bersihkan menggunakan disinfectant permukaan benda-benda yang biasa tersentuh, seperti meja, gagang pintu, perlengkapan kamar mandi, telepon, keyboard atau tablet setiap hari.

Sebagai tambahan, lakukan usaha agar tubuh tetap fit dan sehat. Ini termasuk minum obat sesuai anjuran dokter, olahraga teratur, konsumsi makanan bergizi, dan istirahat teratur. Dan bila memungkinkan siapkan persediaan obat selama 90 hari dan minta dikirim ke rumah Anda, sehingga Anda tidak perlu pergi ke apotek.

Saya mengonsumsi obat penekan sistem imun. Haruskah menghentikan pengobatan?

Jika Anda tertular virus, respons tubuh terhadapnya tergantung pada banyak faktor. Menghentikan pengobatan sendiri dapat menyebabkan kondisi Anda semakin buruk.

Sehingga sangat penting untuk tidak membuat keputusan ini sendiri atau mengubah dosis obat tanpa terlebih dahulu berbicara dengan dokter.

Ada kabar obat penurun tekanan darah bisa memperburuk gejala COVID-19. Haruskah saya berhenti minum obat hipertensi?

Angiotensin converting enzyme (ACE) inhibitor (penghambat ACE) dan angiotensin receptor blockers (ARB / penghambat reseptor angiotensin) biasanya digunakan dalam pengobatan hipertensi dan penyakit jantung. Dokter juga biasa meresepkan obat tersebut untuk mereka dengan kondisi ada protein dalam urin (biasa dialami penderita diabetes).

Saat ini, the American Heart Association (AHA), the American College of Cardiology (ACC) dan the Heart Failure Society of America (HFSA) tetap merekomendasikan pasien untuk tetap mengonsumsi obat tersebut, bahkan jika mereka terinfeksi virus corona.

Kekhawatiran tersebut dimulai saat para peneliti melakukan riset pada hewan menggunakan virus corona yang berbeda (virus SARS), dan menemukan bahwa area tertentu di sel paru-paru yang disebut reseptor ACE-2 ‘membantu’ virus SARS memasuki paru-paru dan menyebabkan pneumonia. Obat ACE inhibitor dan ARB meningkatkan level resptor ACE-2 pada hewan.

Lantas apakah ini berarti mengonsumsi obat-obat tersebut membuat kita lebih gampang terinfeksi COVID-19 dan lebih mungkin mengalami pneumonia? Nyatanya penemuan tersebut belum terkonfirmasi dalam penelitian pada manusia.

Beberapa penelitian menunjukkan bila ACE inhibitor dan ARB dapat mengurangi cedera paru-paru pada orang dengan pneumonia virus lainnya. Hal yang sama mungkin terjadi pada pneumonia yang disebabkan oleh COVID-19.

Menghentikan dua obat tersebut akan meningkatkan risiko komplikasi karena tekanan darah akan naik dan masalah jantung semakin buruk. (jie)