Apa dan Bagaimana Penyakit GBS (Bagian 2) | OTC Digest

Apa dan Bagaimana Penyakit GBS (Bagian 2)

Pengobatan GBS

Terapi yang dilakukan merupakan tindakan pemulihan, karena obat yang pasti belum ditemukan. Umumnya, yang dilakukan dokter adalah mencegah agar tidak terjadinya kerusakan lebih parah, terhadap organ-organ tubuh yang “lumpuh”. Lalu, membantu penderita mengatasi permasalahannya akibat kelumpuhan.

Sejauh ini, belum ditemukan suatu tes yang akurat untuk mendiagnosis GBS. Namun, beberapa studi menggunakan beberapa tes, seperti tes reflek, uji fisikal, tes CSF protein dari sumsum tulang belakang, tes antibodi darah, NCV (Nerve Conduction Velocity) test dan banyak lagi.

Tindakan awal dengan memberikan plasmapherisis, untuk menghilangkan racun. Juga untuk membuang antigen/plasma asing berbahaya lainnya dari darah, melalui pengenceran albumin (protein terlarut air dan garam).

Plasmapherisis merupakan pengambilan plasma dari sel darah merah, yang kemudian dikembalikan ke dalam tubuh. Pertukaran plasma ini dan IVIG (Intravenous Immune Globulin) memberikan hasil positif, ditunjukkan dengan berkurangnya jumlah hari masa sakit hingga 50%.

Sayangnya,hampir 30% orang yang pernah mendertia GBS akan merasakan kelemahan yang tersisa setelah 3-5 tahun kemudian. Dan diperkirakan, 3% menderita penurunan kualitas kerja otot, sensasi geli dan kelemahan yang tetap ada hingga beberapa tahun kemudian.

Baca juga : Apa dan Bagaimana Penyakit GBS (Bagian 1)

Terdeteksi sejak 1830-an

GBS sudah dikenal sejak abad 19. Sindrom ini ditemukan oleh seorang ahli medis organ tubuh asal Inggris, James Wardrop pada tahun 1834. Di Amerika Serikat, penyakit ini diduga menyerang Presiden Franklin Delano Roosevelt. Pada 1859, penelitian serius dilakukan oleh neurolog asal Perancis, Jean-Baptiste Landry. Karena itu, sebelum terkenal menjadi GBS penyakit ini sering disebut sebagai Landry ascending paralysis.

Tahun 1916, pakar kesehatan asal Perancis lainnya, Guillain dan Barre, meneliti gejala penyakit ini. Mereka menemukan terjadinya peningkatan protein pada cerebrospinal fluid (CSF), tanpa disertai peningkatan sel darah putih. Berkat penemuan orisinal peneliti ini, neurolog asal Perancis yang lain, Draganescu dan Claudian, pada 1927, menyebut sindrom ini sebagai GBS. (jie)