penyakit yang kerap diderita lansia
penyakit degeneratif yang kerap diderita lansia

4 Penyakit Yang Banyak Diderita Lansia, Bagaimana Antisipasinya?

Dengan penurunan fungsi tubuh seiring pertambahan usia, lansia biasanya memiliki banyak masalah kesehatan. Namun perlu dipahami lansia bukan berarti harus renta. Dengan segala keterbatasannya opa oma kita ini tetap bisa produktif.

Sebagai informasi, saat ini Indonesia sudah memasuki aging populasi, dimana terjadi peningkatan jumlah penduduk usia lanjut. Kelompok umur berusia 60 tahun ke atas ini diperkirakan meningkat dari 10,7% di tahun 2020, menjadi 19,9% dari total penduduk pada tahun 2040.

Demikian juga kelompok pra-lansia (usia 45-60 tahun). Data Badan Pusat Statistik tahun 2020 memperkirakan adanya peningkatan dari 10% (2020) menjadi 17% (2040). Transisi demografi ini juga diiringi dengan peningkatan penyakit degeneratif pada lansia.

Menurut dr. Anastasia Asylia Dinakrisma, SpPD, staf Divisi Geriatri, Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM, setidaknya ada empat penyakit yang banyak dikeluhkan lansia, yakni penyakit sendi, hipertensi, penyakit paru dan diabetes mellitus (DM).

“Data Riskesdas (Riset Kesahatan Dasar) 2018 menjelaskan lansia memiliki penyakit kronik seperti 27% dengan penyakit sendi, 13% hipertensi dan terbanyak lainnya adalah penyakit paru dan DM,” terang dr. Anastasia, dalam peluncuran Modul Healthy Aging secara daring, Rabu (28/7/2021).

Penyakit sendi

Jenis penyakit sendi yang paling banyak dikeluhkan lansia adalah osteoporosis dan osteoarthritis. Osteoporosis merupakan pengeroposan tulang – tulang menjadi rapuh karena kerusakan jaringan tulang terjadi lebih cepat daripada produksi sel-sel tulang baru.

Lansia juga kerap mengalami osteoarthritis (radang sendi) karena melemahnya jaringan sendi seiring pertambahan usia. National Library of Medicine menyebutkan banyak orang mengalami gejala osteoarthritis pada usia 70 tahun.  

Bertambahnya usia bukan hanya membuat sendi dan tulang menjadi kaku, melainkan juga membuat produksi cairan sinovial yang berfungsi sebagai pelumas sendi menjadi berkurang.

Akibatnya, lansia rentan mengalami pergesekan antara tulang dan sendi, menyebabkan tulang rawan menipis dan menimbulkan gejala fisik yang mengganggu aktivitas. Di antaranya adalah nyeri, bengkak, dan masalah pergerakan sendi.

Hipertensi

Tekanan darah dikatakan normal jika berkisar antara 120/80 mmHg. Wajar bila tekanan darah selalu berubah, ini dipengaruhi oleh aktivitas seperti berolahraga atau tidur malam, dan daya tahan pembuluh darahnya. Hipertensi terjadi ketika tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg.

Menurut National Heart, Lung, and Blood Institute, seseorang berisiko mengalami hipertensi hingga 90% di masa senjanya.

Hipertensi pada lansia dikaitkan dengan proses penuaan yang terjadi pada tubuh. Semakin bertambah usia, sistem pembuluh darah akan mengalami perubahan, terjadi pengurangan jaringan elastis di arteri, sehingga menyebabkannya menjadi lebih kaku. Akibatnya, tekanan darah akan meningkat.

Pneumonia

Pneumonia (radang paru) bisa disebabkan oleh berbagai kuman, mulai dari bakteri, virus atau jamur. Infeksi ini menyebabkan peradangan di kantung udara (alveoli) paru, sehingga kantung udara dipenuhi cairan atau nanah.

Pada lansia, kebanyakan pneumonia disebabkan oleh menurunnya sistem kekebalan tubuh, sehingga kuman lebih mudah menginfeksi paru-paru. Lansia dengan riwayat penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), stroke atau penyakit jantung juga rentan menderita pneumonia.

Diabetes

Penyakit degeneratif lain yang cukup sering ditemui pada lansia adalah diabetes mellitus tipe 2. Dengan penanganan diet dan obat-obatan, target gula darah yang sebaiknya dicapai lansia sehat/fit adalah 90-130 mg/dl (gula darah puasa), 90-150 mg/dl (gula darah sewaktu), dan HbA1C <7%.

Sementara untuk lansia renta/frail target dula darah yang ingin dicapai adalah 100-180 mg/dl (gula darah puasa), 110-200 mg/dl (gula darah sewaktu), dan HbA1C <8,5%.

Persiapan menjelang lansia

Penting untuk melakukan persiapan untuk memperkecil risiko penyakit, atau mengontrol penyakit pada mereka yang sudah memilikinya, sehingga tidak menimbulkan komplikasi lebih lanjut.

“Sebetulnya kita harus sudah menyiapkan masa tua yang sehat sejak awal, di tiap siklus kehidupan. Khusus lansia kita mengenal usia pra-lansia, di usia ini harus betul-betul lebih aware menjaga pola hidup, pola makan, cek medis rutin dan olahraga,” terang dr. Anastasia yang juga salah satu tim penulis Modul Healthy Aging.

Dr. Marsen Isbayuputra, SpOK, tim penyusun Modul Healthy Aging lain, menambahkan penting untuk melakukan pemeriksaan medis rutin sejak diusia produktif.

“Saat masih produktif (bekerja) kita ada pemeriksaan medis tahunan, ini bisa menjadi check point mengetahui kondisi kesehatannya seperti apa. Sehingga ketika muncul penyakit, sudah diketahui dan diintervensi sejak di masa kerja,” kata dr. Marsen. (jie)

Baca juga: Waspadai Malnutrisi Tersembunyi pada Lansia