Poppy Dharsono Percaya Homeopati | OTC Digest

Poppy Dharsono Percaya Homeopati

Usai menjalani operasi perut di sebuah rumah sakit di Paris, Perancis, Poppy Dharsono ditawari pilihan: mau menggunakan obat konvensional (obat resep dokter) atau homeopati. Setelah mendapat penjelasan apa itu homeopati, dia memutuskan untuk mencoba.

Pilihannya tepat. “Dengan obat-obatan homeopati, bagian perut yang dibedah cepat kering dan saya tidak merasa sakit,” ujar kelahiran Garut, 8 Juli 1951.

Poppy tak pernah melupakan peristiwa yang terjadi >25 tahun lalu itu. Sejak itu pula, untuk menjaga kesehatan mau pun pengobatan – selain Chinese medicine seperti akupunktur dan ramuan -  ia memanfaatkan homeopati.

Metode pengobatan homeopati ditemukan oleh Dr. Samuel Frederick Hahnemann, dokter medis asal Jerman, pada tahun 1790. Obat homeopati bekerja sama dengan sistem imun tubuh, untuk membantu tubuh mempertahankan diri dari serangan dari luar. Dapat meningkatkan resistensi tubuh tuduh terhadap infeksi, mempercepat penyembuhan, mencegah komplikasi dan mengurangi rasa sakit.

Obat homeopati antara lain berasal dari hasil tambang (batu-batuan, logam, kimia organik & inorganik), hewan (seluruhnya, racun atau susunya), imponderabilia (bersumber dari artificial energies dari alam yang berkhasiat menakjubkan), sarcodes (dari kelenjar manusuia dan hewan yang sehat), dan lain-lain.

Selain di Jerman, di banyak negara maju seperti Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Australia, Selandia Baru dan Kanada, homeopati banyak dipelajari dan diakui dalam pelayanan kesehatan. Di AS, ada ribuan dokter medis yang menggunakan homeopati. Di Indonesia sendiri mulai banyak yang memanfaatkannya, untuk menjaga kesehatan dan mengobati bermacam penyakit. Poppy sendiri seringnya berobat homeopati pada seorang dokter di Singapura.

Poppy adalah perempuan Indonesia dengan citra modern, modis dan “barat banget”. Dia anggota DPD dari Jawa Tengah, pengusaha, menekuni tari, perancang mode, artis dan foto model. Betapa banyak pun kegiatan dan masalah yang dihadapi, ia selalu tampil berkelas, cantik, penuh percaya diri, dan kesehatannya prima.

”Saya medical check up paling tidak setahun sekali. Pemeriksaan lab terakhir, secara umum hasilnya bagus. Kolesterol saya agak tinggi, tapi total kolesterol masih di bawah batas normal,” ujarnya.

Di masa muda, sekitar usia 25 - 30-an tahun, ia suka terserang migren, biduren (gatal-gatal), empedu terganggu, peranakan terbalik, bahkan pernah sakit “aneh” saat di Perancis. Sejak usia 31, penyakit seperti menjauh darinya.

Yang belum hilang adalah perutnya yang sensitif. Kalau pergi ke suatu daerah dan makan makanan tertentu, “Makanannya terasa enak, tapi kemudian perut terasa tidak nyaman.” Begitu juga bila ia mengonsumsi makanan kalengan. Kalau sudah begitu, “Saya minum norit dan air kelapa hijau.”

Perutnya juga terasa tidak enak kalau makan buah tertentu. “Makan mangga, perut saya sakit atau timbul jerawat. Jadi saya coba kurangi, padahal saya doyan sekali mangga. Makan  pisang ambon, juga nggak kuat,” tuturnya. Bagi yang bergolongan darah AB positif,  pisang memang tidak cocok karena asamnya tinggi. Tapi kalau makan pisang tanduk, pisang raja, “Nggak apa-apa.”

Dulu sakit, “Karena saya belum belajar tentang keseimbangan jiwa, pikiran, perasaan dan tubuh.” Poppy sadar, kesehatan harus dijaga dengan baik. Untuk mengontrol berat badan, ia menimbang badan 2 kali sehari; saat hendak tidur dan ketika bangun tidur. Perutnya yang sensitif sedikit banyak membantu Poppy untuk tidak sembarangan mengonsumsi makanan, dan kalau makan ia selalu dengan porsi kecil/sedikit.

Untuk kesehatan tubuh, Poppy rutin melakukan body treatment. Sebulan sekali ia meluangkan waktu seharian, mulai pukul 11.00 -21.00, untuk mendapat perawatan mulai ujung rambut sampai ujung kaki. Facial, massage, sauna, dirangsang titik-titik meridiannya untuk memperlancar peredaran darah dan oksigen ke seluruh tubuh. Untuk menjaga kesehatan psikis dan spiritual, ia mempelajari ajaran Tao, Budha, meditasi, sufisme termasuk Syekh Siti Jenar, juga berpuasa.

Poppy yang modern, ternyata tak pernah melupakan tradisi dan percaya pada kearifan budaya timur. Bisa jadi karena ia canggah (turunan ke-5) Paku Buwono IX, dan berkerabat dekat dengan Mooryati Soedibyo (cucu Paku Buwono X).

Dengan tinggi badan 164 cm, Poppy berusaha agar berat badannya di bawah 50 kg. “Lebih dari itu, badan terasa berat dan sepertinya nggak sehat,” ujarnya. Untuk itu, pagi ia cukup sarapan setengah buah pir dan roti bakar. Kadang tahu goreng plus bawang goreng  dan kecap. Minumnya kopi tambah susu kedele, “Untuk mencegah demensia (pikun).” Siang dan malam makan nasi sekedarnya, sayur dan sepotong kecil daging. Puasa Senin Kamis, puasa ngrowot, mutih, rutin dilakukan. Wajar bila tubuhnya langsing, cenderung kurus.

 

Anda pernah terserang “sakit” aneh. Seperti apa?

Waktu saya tinggal di Perancis, seorang seniman asal Indonesia menitipkan barang termasuk beberapa buah keris. Kesehatan saya mendadak terganggu dan sering kehilangan, termasuk kehilangan uang. Ketika keris diambil, sakit saya hilang. Di Perancis saya juga pernah sakit akibat kecapekan, karena nyetir sendiri ke mana-mana. Ketika di USG, dokter mendiagnosis peranakan saya terbalik dan harus dioperasi.

 

Operasi jadi dilaksanakan?

Tidak. Pulang ke Indonesia, suhu Perguruan Bangau Putih tempat saya berlatih silat antara lain dengan penyair dan budayawan WS Rendra, menyuruh saya gulingan. Kaki ke atas dan badan rol  ke samping, bolak balik seperti baling-baling. Pagi, siang, malam masing-masing 18 kali gulingan. Setelah  1 – 2 bulan, ketika dicek ke dokter peranakan saya sudah kembali normal. Luar biasa.

 

Sejak mengenal homeopatis Anda selalu memanfaatkannya?

Setelah saya pelajari, memang bagus sekali. Kalau nggak bisa tidur, saya minum sedikit. Kalau pusing minum material tertentu. Memakainya sedikit saja, cukup 4 butir ditaruh di bawah lidah. Rasanya kayak gula. 

Pak Moer (Moerdiono, Mantan Menteri Sekretaris Negara, suami) dirawat karena kanker paru-paru stadium 3 di National University Hosputal (NUH), Singapura. Beliau sempat 3 kali dikemo, tetapi tidak kuat sehingga dihentikan. Selama 17 bulan Pak Moer sakit, atas ijin dokter saya memanfaatkan homeopati. Pak Moer bisa tidur nyenyak dan tidak merasa sakit. Padahal pasien kanker paru biasanya sangat kesakitan. Pak Moer meninggal 7 Oktober 2011 di NUH Singapura.

 

Sebagai manusia, Anda tidak lepas dari stres. Bagaimana mengatasinya?

Ketika Pak Moer sakit sampai meninggal, saya sedih dan stres. Dulu, waktu menunggang kuda, saya belajar bagaimana cara antisipasi agar kalau jatuh, tidak sakit atau berakibat fatal. Intinya adalah “keseimbangan”.