Kelly Tandiono | OTC Digest

Kelly Tandiono: "Sehat, Nggak Perlu Diet"

Bagi Kelly Tandiono, hidup terasa membosankan jika hanya dilalui dengan diam. Mengaku tomboi, “Dari kecil aku suka pecicilan, nggak bisa diem. Mungkin kelebihan tenaga, hahaha.” Saat libur Agustus 2016 lalu, ketika orang lain memilih berleha-leha, ia ikut lomba triatlon di Bali (Herbalife Bali International Triathlon).

Kelahiran Singapura 28 Oktober 1986 ini mengawali karier sebagai model di Singapura. Dari sana, karirnya terus menanjak dan pernah bergabung dengan Next Model Management di Los Angeles, Amerika Serikat. Tubuh langsingnya terbentuk alami. Bukan karena diet, tapi sejak kecil ia gila olahraga. Pernah menjadi atlet sprinter saat masih sekolah, juga renang dan basket.

“Aku tidak pernah diet khusus. Makan apa saja. Pernah diet pas ada fashion week, malah nggak ada tenaga ” ungkapnya.

Dengan olahraga ia jarang sakit. Ia membuka aktivitas harian dengan berlari. Sore usai beraktivitas, ia kembali berlari. Traveling ke luar negeri, sepatu lari tak pernah ketinggalan. Coba tengok akun Instagramnya @kelly_tandiono. Kita bisa melihat video ia berlari dengan latar belakang menara Eiffel, Paris.

Pemilik tinggi badan 175 cm ini memilih bikram yoga dan muay thai, sebagai olahraga pelengkap. Bela diri silat juga dicoba. Awalnya, “Aku tertarik belajar silat untuk keperluan pembuatan film. Film gagal tayang, aku terus belajar silat.” Lewat silat, ia bisa latihan fokus, tenaga dalam dan pernapasan. “Bagus juga untuk kesehatan,” papar murid perguruan pencak silat Merpati Putih itu.

Dengan muay thai, lari, silat, bikram yoga, ia merasa fisiknya terasa fit dan tidak mudah sakit. “Kerjaan banyak, pulang malam, besok berangkat pagi lagi. Aku merasa badanku kuat,” katanya. Kegemarannya pada olahraga, terutama lari, menginspirasi banyak orang. Ia sempat mengadakan event lari bertajuk “Tandioners Run”. Bukan lomba lari, tapi lari bareng. Tak disangka, “Banyak yang ingin lari bareng aku. Senang bisa membantu sesama untuk hidup lebih sehat dan menciptakan sesuatu yang positif.”

 

Lomba triatlon

Ajang trilomba (triatlon) merupakan tantangan baru. Di Triatlon ada 3 jenis olahraga: lari, bersepeda dan berenang di laut. “Aku anak laut, jadi dari dulu senang berenang di laut,” tutur mentor di ajang Asia’s Next Model musim ke-4 ini.

Kalau ikut lomba lari sudah biasa. Tahun lalu, di ajang Maybank Bali Marathon, ia turun di kelas 10 K dan berhasil naik podium sebagai pemenang kedua. Dana yang diperoleh dari lomba lari, ia sumbangkan untuk membangun Rumah Pandai di distrik Sota, Papua.

Tahun ini, pemeran Lina dalam film “Loe Gue End” ini ikut dua event triatlon. Pertama, Sungailiat Triatlon di Provinsi Bangka Belitung. Di ajang ini ban sepedanya pecah, membuat urutannya yang semula di depan, tergeser ke belakang.

Menghadapi Herbalife Bali International Triathlon, persiapan lebih matang. “Aku latihan pagi banget, jam 04.30 sudah sepedaan di Senayan. Di sana latihan lari dan bersepeda. Malamnya latihan renang sekitar dua jam. Itu aku lakuin dua kali seminggu, tiap hari Selasa dan Kamis,” ujarnya.

Ia mengakui tak bisa menjadi juara dalam berbagai cabang olahraga yang digelutinya. Bersepeda merupakan olahraga yang di mana ia masih minim pengalaman. “Paling aku naik sepeda muterin komplek perumahan. Pakai sepeda biasa. Kalau naik sepeda balap dengan teknik balap sepeda, itu masih baru banget,” katanya.

“Sepeda aku lemah, tapi di lari dan renang aku cepat. Berenangnya duluan,jadi bisa bantu aku di sepeda. Kebetulan untuk latihan renang aku gabung sama komunitas polo air. Mereka itu renangnya jago banget, cepet banget,” papar model yang identik dengan potongan rambut poni pendek di atas alis itu.

Di Herbalife Bali International Triathlon, pemain film “Negeri Tanpa Telinga” ini turun di kategori sprint distance kelompok umur 20-29 tahun, Kelly finish di urutan ketiga dengan catatan waktu 1 jam 25 menit. Ia tampil prima setelah menjalani persiapan yang intens selama beberapa bulan.

 

Nutrisi dan latihan

Menjelang lomba, Kelly tak merasa perlu diet. Bahkan perlu cukup makan, ditambah mengonsumsi vitamin dan cukup istirahat. Tentu,bukan sekedar makan. “Aku biasa makan nasi merah, dada ayam, atau sirloin beef yang nggak berlemak. Semua makanan itu tidak ada yang digoreng, semuanya di-grilled (panggang).”

Pagi hari sebelum latihan agar punya energi, Kelly menyantap beberapa potong roti. Setelah latihan, menu sarapannyah oatmeal dan yogurt, serta vitamin.

Selain kecukupan nutrisi, latihan rutin menjadi kunci suksesnya di ajang triatlon. Kalau tidak disiplin saat latihan, terasa sekali stamina jadi mudah gembos. “Betul, terasa banget. Misal kalau awalnya latihan rutin, terus stop 2-3 minggu, kerasa banget stamina pasti kurang. Jadi harus konsisten latihan lari, sepeda dan renang,” paparnya.

 

Distrik Sota

Di sela-sela kesibukannya, Kelly tidak lupa menyisihkan dana, termasuk waktu dan perhatiannya untuk kegiatan sosial. Ia terlibat dalam program sosial Rumah Pandai yang digagas desainer Kanaya Tabita. Setidaknya, sudah 6 Rumah Pandai yang berhasil dibangun di daerah pedalaman Indonesia, termasuk Rumah Pandai yang dibangun di Papua.

“Anak-anak di sana memang butuh bantuan. Ya, kami ke sana. Keadaan mereka sangat memprihatinkan, kelaparan, terutama di distrik Sota yang terletak di perbatasan. Ditambah lagi, cuaca yang buruk. Masyarakat sana kadang bisa panen, kadang tidak bisa.Kalau tidak bisa panen, ya mereka kelaparan,” jelas Kelly.

Ia menduga, tidak adanya lumbung bahan pangan membuat mereka yang tinggal di distrik Sota semakin menderita. Maka, di sana Kelly dan teman-teman membangun lumbung agar sebagian hasil panen dapat dikumpulkan dan disimpan, agar sewaktu-waktu bisa dimanfaatkan.

“Kami ke sana bukan sekedar charity.Kami ingin membantu mencerdaskan dan ikut mensejahterakan bangsa Indonesia,” kata Kelly semangat. (jie)