Cerita Shahnaz Haque tentang Pohon Kanker Keluarga
shahnaz_haque_kanker

Cerita Shahnaz Haque tentang Pohon Kanker Keluarga

Shahnaz Haque selalu terbuka soal pengalamannya sebagai penyintas kanker ovarium. Sebagaimana diketahui, ia kena kanker ovarium pada 1998, di usia 26 tahun. Ibu dan neneknya juga meninggal akibat penyakit yang sama. Tak hanya itu, tantenya pun ada yang meninggal karena kanker.

Setelah dinyatakan bebas dari kanker, Shahnaz mulai mengubah pola hidupnya. Ia mengaku, dulu kurang peduli dengan kesehatan. Datang ke RS hanya saat sakit, dan bergerak hanya untuk bekerja, bukan untuk olahraga.

Ia kini berupaya untuk hidup lebih sehat. Ia tidak lagi mengonsumsi makanan kaleng seperti sarden dan kornet. Makanan pun tidak bolak-balik masuk lemari es dan dipanaskan. “Jadi sekali makan habis, nggak dipanaskan,” ujarnya, dalam webinar media Kampanye 10 Jari Mengenali Tandai Kanker Ovarium, beberapa waktu lalu.

 

Pohon Kanker Keluarga Shahnaz Haque

Pada 2001, Shahnaz Haque menikah dengan Gilang Ramadhan. Apa boleh dikata, kedua orang tua Gilang, serta nenek Gilang juga meninggal karena kanker. Ayah Gilang meninggal karena kanker prostat, sedangkan ibunya meninggal akibat kanker payudara. “Jadi pohon keluarga untuk kanker tuh kenceng banget,” ucap Shahnaz.

Bisa dibilang, rsiko kanker selalu mengintai. Apalagi, Shahnaz dan Gilang dikaruniai 3 orang anak perempuan. Secara genetik, mereka lebih berisiko mengalami kanker payudara, kanker ovarium, maupun kanker organ reproduksi lainnya.

Kabar menyesakkan datang belum lama ini. Putri sulung Shahnaz, Pruistin Aisha Haque Ramadhan, yang menjadi atlet softball dan mukim di Kanada, mengungkapkan bahwa dia mungkin harus ke onkolog untuk melakukan pemeriksaan biopsi.

“Ada sesuatu dengan payudaraku,” ujar Shahnaz menirukan ucapan putrinya. Dokter yang memeriksa Pruistin sampai berujar, pastilah ia sudah diajari oleh ibu untuk segera ke dokter bila merasakan sesuatu. “Dia dibiopsi, juga menjalani pemeriksaan DNA untuk mengetahui mutasi gen, dan macam-macam. Itu semua harus kami hadapi,” imbuhnya.

Baca juga: Cerita Shahnaz Haque: Pikiran Positif Penting untuk Penderita Kanker di Masa Pandemi COVID-19

Lain lagi cerita putri bungsunya, Mieke Namira Haque Ramadhan. “Saat lahir, di pipinya ada bulatan, dan itu tidak normal. jadi mungkin saya akan membesarkan ketiga anak perempuan saya dengan kondisi yang mungkin tidak normal,” ujar Shahnaz.

Bulatan di pipi Mieke adalah hemangioma. Ini adalah tumor jaringan lunak berbentuk benjolan kenyal berwarna merah pada kuit bayi, dan tergolong sebagai tanda lahir. Hemamioma memang tidak bersifat kanker, dan bisa hilang sendiri, biasanya di usia 5-10 tahun. Meski “cuma” tanda lahir dan bukan kanker, tetap saja perlu waspada. Bisa terjadi perdarahan dan infeksi bila hemangioma sampai pecah atau luka.

Pohon kanker di keluarga tak hanya melingkupi Shahnaz Haque, suami, dan anak-anak. Anjing kesayangan mereka, Paris, juga meninggal karena kanker. Setelah ditelusuri, memang ada riwayat kanker di silsilah keluarga Paris. Kondisi Paris terus memburuk akibat kanker yang dialaminya, hingga ia mengalami gagal ginjal. Akhirnya 5 Februari 2022 lalu, menyeberangi the rainbow bridge.

 

Melawan Risiko Kanker

Meski memiliki “pohon kanker” di keluarga, Shahnaz dan suami tidak ingin ketiga putri mereka hidup dalam ketakutan. Untuk itu, sejak awal perbincangan soal kanker sangat terbuka di keluarga, termasuk menjelaskan mengapa mereka perlu vaksinasi HPV sebelum menstruasi pertama. "Saya kasih tahu kepada anak, sakit itu rasanya tidak enak. Jadi mereka tahu jika mereka mau mencoba sesuatu yang berisiko, mereka harus tahu cara menanggulanginya," ujar Shahnaz.

Anak-anak juga diajarkan untuk mengenal tubuhnya, faktor risiko dan gejala kanker, serta riwayat kanker di keluarga, “Mereka tidak bisa memilih riwayat leluhur, tapi mereka bisa pilih bagaimana menjalani kehidupan mereka.”

Baca juga: Kampanye 10 Jari, Kenali Faktor Risiko dan Gejala Kanker Ovarium

Shahnaz bersyukur, anak-anaknya sudah sadar untuk menjaga pola makan sehat, dan aktif bergerak. Pola hidup demikian memang sudah diajarkannya kepada anak-anak sejak mereka kecil.

Sebagai atlet, bisa dibayangkan betapa sehat pola makan putri sulungnya, Pruistin. Toh, risiko kanker tetap saja mengintai. Edukasi seputar kanker yang ditanamkan Shahnaz sejak dini, membuat Pruistin memiliki kesadaran sendiri untuk periksa ke dokter begitu merasakan ada sesuatu pada payudaranya.

Adapun putri kedua Shahnaz, Charlotte Fatima Haque Ramadhan, adalah seorang atlet berkuda. Seperti kakaknya yang juga atlet, pola makannya pun sangat sehat. “Anak nomor tiga seniman, seperti ayahnya. Dia juga harus bergerak terus,” ujarnya.

Shahnaz Haque sadar betul, gaya hidup keluarga tergantung dari pola hidup ibu. “Anak akan meniru, jadi kita perbaiki diri dulu,” tandasnya. (nid)

_______________________________________________

Foto: Instagram Shahnaz Haque (@shahnaz.haque)